共有

132. Janjimu, Bisakah Kupegang?

作者: Lil Seven
last update 最終更新日: 2025-07-01 21:46:46

Mobil hitam itu meluncur pelan keluar dari basement gedung. Di balik kaca gelap, kabin dalamnya terasa tenang dan jauh dari hiruk-pikuk kota.

Aroma lembut parfum kayu dan kulit jok menyatu dengan semerbak samar dari tubuh Ariella yang baru saja didandani ulang oleh Rigen.

Ariella duduk di sebelah suaminya di baris tengah, alih-alih di kursi belakang sendiri seperti biasanya.

Supir mereka tahu diri, menyalakan musik jazz pelan, dan menaikkan pembatas kaca otomatis tanpa disuruh. Rigen hanya menatap keluar sebentar, sebelum menoleh dan meraih tangan istrinya.

“Hari ini kamu cantik sekali, Istriku,” bisiknya pelan.

Ariella tersenyum simpul. “Padahal tadi kamu yang bikin aku kusut lebih dulu, Rigen.”

Rigen mencondongkan tubuh, menyentuhkan bibirnya ke jari-jari Ariella, mencium tiap ruas jemari dengan perlahan. Tangannya yang satu lagi menyentuh paha istrinya—tidak tergesa, hanya mengusap dengan gerakan kecil yang membuat detak jantung Ariella berubah ritme.

“Aku suka kamu begini,” kata
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
ロックされたチャプター

最新チャプター

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   183. Musuh Dalam Selimut?

    Ariella tengah di taman rumah sakit sendirian, saat langkah pelan terdengar di belakangnya.“Elisabeth?” Suara Ariella pelan tapi tajam, tanpa menoleh.Wanita itu berhenti, tersenyum kecil. "Kamu tahu aku di sini?"“Kamu memakai parfum yang sama,” jawab Ariella, menoleh. “Mawar putih.”Elisabeth tertawa ringan, duduk di sampingnya seolah mereka sahabat lama. "Wah, wah. Kamu selalu sensitif terhadap detail kecil. Itu... menarik."Ariella menatap wanita itu lekat-lekat. “Kupikir kamu sudah pergi. Menghilang setelah... semua yang terjadi," sahut Ariella dengan ekspresi skeptis. “Aku sempat berniat,” sahut Elisabeth tenang, membenarkan letak rambutnya yang ditiup angin. “Tapi saat aku melihat kalian berdua... di taman itu malam itu… aku sadar satu hal.”Ariella menunggu.“Bahwa aku tidak bisa pergi begitu saja. Bahwa mungkin aku masih punya peran dalam semua ini.”Ariella mengernyit. “Peran sebagai apa? Penonton? Penolong? Atau... penyusup?”Elisabeth terkekeh kecil. “Kenapa selalu c

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   182. Pergi Untuk Menyusun Rencana Baru

    Tiga hari setelah berita itu viral…Elisabeth duduk di ruang tamu rumah keluarganya yang kini terasa seperti penjara. Tirai jendela ditutup rapat. Telepon rumah dicabut. Asisten pribadinya tidak lagi datang. Dunia yang dulu tunduk di bawah kakinya, kini menjauh dengan kejam.Wajahnya pucat. Rambut pirangnya diikat sembarangan. Matanya cekung, tak tidur selama dua malam. Namun bukan karena penyesalan. Tapi karena berpikir—bagaimana menyelamatkan dirinya.“Kalau aku jatuh… aku akan jatuh dengan anggun. Dan bangkit lebih tinggi," bisik Elisabeth pada dirinya sendiri, dengan suara serak. Ia menatap bayangannya di kaca jendela. Senyum tipis kembali muncul, bukan senyum penuh percaya diri seperti dulu—tapi senyum penuh strategi.Ia menghubungi seseorang. Butuh tiga kali nada dering hingga tersambung.“Halo?”“Maaf mengganggu. Tapi aku rasa kita butuh bicara... tentang kesepakatan yang pernah tertunda,” ucap Elisabeth dengan nada datar.“Kamu yakin? Sekarang semua mata tertuju padamu, Lis.

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   181. Membalas Elisabeth

    “Kamu pikir aku akan terus diam setelah semua yang kamu lakukan, Lis?” Suara Rigen menggema di udara malam, tajam dan berat, seperti petir yang membelah langit. Ia berdiri di ambang pintu rumah besar keluarga Ataraka, tepat di ruang utama tempat Elisabeth duduk dengan segelas anggur di tangan, tampak tenang seolah tidak pernah berbuat dosa. Elisabeth mengangkat wajahnya. Tatapannya tidak goyah. Senyum licik itu tetap menghiasi bibirnya. “Kalau kamu datang untuk menyalahkanku, silakan. Aku sudah terbiasa menjadi kambing hitam dalam hidupmu," ucapnya. Rigen melangkah masuk, matanya menyala penuh amarah. “Kambing hitam? Kamu hampir membunuh ibu dari anakku, Lis!” “Ariella yang lemah itu memang selalu mencari simpati. Aku hanya menunjukkan kenyataan. Sejak awal, kamu dan dia tidak pernah cocok,” balas Elisabeth, nada suaranya penuh ejekan. Rigen menghantam gelas anggur Elisabeth hingga pecah berkeping di lantai. “Aku diam selama ini karena aku masih mengingat bahwa kau sepu

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   180. Mengincar Ariella

    "Kamu pikir kamu bisa sembunyi dariku selamanya, Ariella?" Suara itu menghantam udara pagi seperti duri dingin menusuk kulit. Ariella membeku. Tangannya yang baru saja membuka pintu penginapan langsung bergetar. Ia mengenali suara itu bahkan sebelum tubuh ramping dan tinggi milik Elisabeth Ataraka muncul dari balik tiang batu taman kecil depan penginapan. "Aku tidak mau ada masalah. Pergi dari sini," bisik Ariella, suaranya tercekat, namun matanya berusaha tenang. Elisabeth berjalan mendekat, langkahnya angkuh dan penuh percaya diri. Mata birunya menatap tajam, dingin, seperti tidak mengenal rasa kasihan. "Masalah?" sinisnya. Bibir merah itu menyeringai. "Sayang sekali. Masalah itu selalu ada di mana pun kamu pergi, Riel. Apalagi kalau kamu masih menggendong sesuatu yang seharusnya jadi milikku." Ariella mundur satu langkah, memeluk perutnya refleks. "Anak ini bukan urusanmu." Elisabeth tertawa pelan. "Oh, betapa naifnya kamu. Kamu pikir Rigen akan benar-benar memilih kamu

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   179. Momen Manis

    "Riel, kamu masih suka aroma melati?"Ariella mengangkat wajahnya dari bantal, menoleh ke arah suara Rigen yang berdiri di ambang pintu kamar penginapan. Pria itu membawa nampan kecil berisi secangkir teh melati hangat dan beberapa potong roti manis.Ia tersenyum samar. "Kamu masih ingat itu, Rigen?"Rigen meletakkan nampan di meja kecil dekat jendela. Ia duduk perlahan di sisi tempat tidur, memandangi istrinya yang kini mulai terlihat kehamilannya. Perut kecil itu perlahan membulat, dan hanya dengan melihatnya, hati Rigen terasa penuh."Mana mungkin aku lupa hal sekecil itu? Kamu selalu bilang teh melati bisa bikin kamu tenang. Jadi… kupikir kamu butuh itu sekarang," jawabnya dengan ekspresi melembut. Ariella terdiam sejenak, menatap teh itu sebelum akhirnya perlahan duduk dan mengambil cangkirnya.Hangat."Aku… belum bisa bilang semuanya kembali seperti semula, Rigen," katanya lirih.Rigen mengangguk. "Aku tidak akan memaksamu, Riel. Tapi biarkan aku temani kamu melewati ini.

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   178. Menjemput Ariella

    “Ariella.”Suara itu lirih, tapi cukup untuk membuat tubuh Ariella membeku di tempat. Tangannya yang sedang menuang teh di cangkir kecil berhenti gemetar.Ia perlahan menoleh, dan saat matanya bertemu sosok tinggi yang berdiri di ambang pintu penginapan, seluruh dunia terasa berhenti berputar.Rigen.Dengan rambut sedikit acak, mata merah, dan wajah penuh kecemasan yang belum pernah Ariella lihat sebelumnya. Tubuhnya seperti memikul beban dunia. Tapi tatapannya hanya tertuju padanya—seolah tak ada yang lebih penting di seluruh bumi selain wanita di hadapannya.“Bagaimana kamu tahu aku di sini?” bisik Ariella.Rigen melangkah masuk perlahan. “Aku cari ke mana-mana. Hampir gila karena tak tahu kamu hidup atau…”Ariella mundur satu langkah. “Jangan lanjutkan.”Hening.Angin laut bertiup melalui jendela terbuka. Daun pintu bergoyang pelan, seakan ikut menahan napas.Rigen mengembuskan napas panjang. “Ella… tolong dengarkan aku dulu.”“Aku sudah dengar semuanya,” potong Ariella. “Dari Elis

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status