Share

206. Menangkap Ekor Tikus

Author: Lil Seven
last update Huling Na-update: 2025-08-06 22:14:44

Pukul 04.00 dini hari.

Markas Bayangan Ataraka – Ruang Operasi Rahasia.

“Status?”

Suara Rigen terdengar dingin seperti es, sementara ia berdiri di depan layar besar dengan sorot mata tak berkedip.

Jovian menekan beberapa tombol. Peta digital dengan jejak pelacakan merah menyala terpampang di layar—bergerak pelan menuju perbatasan barat.

“Tim S sudah menangkap dua orang dari sel kecil mereka, Tuan. Mereka tidak bicara, tapi file dalam laptop menunjukkan keterhubungan dengan nama yang sudah lama hilang dari radar kita... Alice.”

Dahi Rigen menegang. Nama itu kembali—seperti luka lama yang belum sembuh, kini disentuh lagi dengan pisau baru.

“Bawa semua ke ruang bawah. Siapkan Veritas. Kalau mereka tidak bicara… lidah mereka tetap akan berguna untuk tim forensik.”

Jovian menelan ludah. Ia tahu maksud Rigen bukan ancaman kosong. Obat Veritas—serum kebenaran khusus milik jaringan Ataraka—selalu menjadi akhir cerita dari para pengkhianat.

“Kita tidak bisa percaya siapa pun sekarang,” lanj
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   220. Pengintaian

    Semua segera bergerak. Dalam tempo singkat, Rigen sudah duduk di kursi belakang mobil lapis baja, tatapannya lurus ke depan. Ia membawa senjata yang jarang ia gunakan sendiri—sebuah pistol hitam dengan ukiran kecil di gagangnya. Senjata itu hanya keluar saat situasi benar-benar gawat. Di tengah perjalanan, komunikasi dari tim pemantau masuk. “Tuan, kami melihat Nyonya Ariella berada di sebuah kafe dekat pelabuhan tua. Ia bersama seorang pria tak dikenal. Mereka tampak berbicara serius.” Rigen memicingkan mata. “Deskripsi pria itu.” “Berbadan tinggi, mengenakan jas abu-abu, rambut hitam rapi, sekitar awal tiga puluhan. Kami tidak menemukan data identitasnya di basis kami.” Ada jeda beberapa detik sebelum Rigen menjawab. “Tetap pantau. Jangan sampai mereka keluar dari pandangan.” Mobil melaju kencang, namun pikiran Rigen semakin bercabang. Pelabuhan tua adalah wilayah rawan—tempat banyak transaksi ilegal berlangsung. Fakta bahwa Ariella berada di sana dengan pria asing memb

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   218. Jangan Terus Mengujiku

    Ariella berusaha mengatur napasnya, meski jantungnya berdetak tidak beraturan. Tatapan mata lelaki di hadapannya—dingin, tajam, penuh perhitungan—seolah menelanjangi setiap pikiran yang berusaha ia sembunyikan. Rigen berdiri hanya berjarak beberapa langkah, kedua tangannya bersedekap, namun ketegangan di bahunya memperlihatkan amarah yang sedang ia tahan. “Aku hanya ingin memastikan semuanya baik-baik saja,” ucap Ariella dengan suara rendah, mencoba mengendalikan getaran di nada bicaranya. “Baik-baik saja?” Rigen menyeringai tipis, namun senyum itu dingin. “Kau bahkan tidak sadar siapa orang-orang yang kau dekati. Dan sekarang… mereka mungkin sudah tahu terlalu banyak.” Kata-kata itu membuat Ariella membeku. Ia tidak sepenuhnya mengerti apa yang dimaksud Rigen, tapi dari nada suaranya, jelas sekali ini bukan sekadar kecemasan biasa. Rigen melangkah mendekat, suaranya merendah namun setiap katanya menekan. “Mereka bukan orang biasa, Riel. Mereka bagian dari pihak yang selama

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   217. Selamatkan Aku

    Rigen memandang layar besar yang memuat daftar nama para pengkhianat yang berhasil teridentifikasi. Sorot matanya tajam, seakan setiap nama yang tertulis di sana sudah mendapat vonis tanpa harus melalui pengadilan. Suasana ruang rapat tertutup itu mencekam, hanya suara dengung pendingin ruangan yang terdengar di antara jeda sunyi. “Nama-nama ini sudah diverifikasi?” tanya Rigen dengan nada datar namun penuh tekanan. Jovian, yang berdiri di sisi meja, menunduk sedikit. “Sudah, Tuan. Semua bukti telah kami kumpulkan, termasuk rekaman komunikasi dan transaksi mereka.” Rigen mengangguk pelan, lalu berjalan menuju ujung meja. Jemarinya mengetuk pelan permukaan kayu, menciptakan irama monoton yang justru semakin menambah ketegangan. “Kita tidak akan memberi mereka kesempatan untuk menjelaskan diri. Waktu kita terlalu berharga untuk dihabiskan pada kata-kata bohong.” Tatapannya kemudian beralih pada salah satu nama yang terpampang di layar. “Orang ini… Naka. Dia yang memimpin kebocoran

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   216. Kamu Keterlaluan!

    Darven hanya tersenyum tipis, namun matanya menyimpan kilatan berbeda. “Tentu, Tuan Ataraka. Sampai jumpa lagi, Nyonya.” Rigen menggiring Ariella ke mobilnya tanpa memberi kesempatan untuk membantah. Di dalam mobil, suasana tegang. “Rigen, itu berlebihan. Dia hanya mengundangku untuk membicarakan kegiatan sosial.” “Dan kau pikir dia melakukannya tanpa agenda tersembunyi?” Rigen menatap lurus ke depan, tangannya menggenggam kemudi erat. “Dunia ini penuh dengan orang yang memanfaatkan kelembutan untuk menembus pertahanan.” Ariella terdiam, tapi dalam hati ia mulai merasa bahwa Rigen mungkin terlalu berprasangka. Ia belum menyadari bahwa kedekatannya dengan Darven perlahan membawa dirinya ke pusaran bahaya yang lebih besar. Malamnya, di ruang kerjanya, Rigen menerima pesan terenkripsi dari tim intel. “Target: Darven Hale — aktivitas terbaru: mencoba membangun kontak personal dengan Ariella. Tujuan: mendapatkan akses ke informasi internal Ataraka Corp.” Rigen mengetik bal

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   215. Memuncak

    “Aku akan mengurus sisanya,” ujar Rigen tegas, matanya tajam menyapu ruangan rapat bawah tanah itu. “Tidak ada ruang untuk kesalahan. Bila ada yang mencoba menghalangi, singkirkan.” Jovian mengangguk, meskipun ekspresinya terlihat sedikit ragu. “Target utama bergerak di pelabuhan timur, tapi ada indikasi mereka juga menempatkan umpan di pusat kota.” Rigen tersenyum tipis, senyum yang sama sekali tidak mengandung kehangatan. “Biarkan umpan itu bergerak. Aku ingin mereka percaya bahwa kita terpancing.” Sementara itu, di sisi lain kota, Ariella berdiri di lobi sebuah gedung perkantoran tinggi. Ia tidak tahu, pria yang menemuinya kali ini—seorang pengusaha dengan nama alias Raka—sebenarnya adalah salah satu figur kunci dalam jaringan musuh Rigen. “Bu Ariella?” Suara bariton pria itu memanggilnya. “Maaf membuat Anda menunggu.” Ariella tersenyum sopan. “Tidak masalah. Saya memang ingin mendengar langsung tentang kerja sama ini.” Raka mempersilakan Ariella masuk ke ruangannya. “Saya d

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   214. Musuhku Musuhmu Juga

    “Serangan balik,” jawab Rigen tegas. “Mereka sudah terlalu lama merasa aman.”Beberapa jam kemudian, Rigen berdiri di sebuah ruangan yang dipenuhi layar monitor. Rekaman CCTV, peta lokasi, dan laporan intelijen terpampang jelas di hadapannya. Tangannya menunjuk salah satu titik merah di peta.“Target utama ada di sini. Mereka mengira aku tidak mengetahui markas cadangan itu. Malam ini, kita buat mereka sadar bahwa aku selalu selangkah di depan,” perintahnya kepada anak buahnya.“Bagaimana dengan pengamanan di sekitar lokasi?” tanya salah satu orangnya.“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Mereka terlalu sibuk memindahkan aset untuk menyadari kita sudah mengurung mereka,” jawab Rigen datar, lalu matanya menyipit. “Tidak ada belas kasihan. Semua yang terlibat, habisi.”Sementara itu, Ariella berada di sebuah kafe yang tidak terlalu ramai. Ia memutuskan untuk keluar sebentar karena merasa sesak di rumah. Tanpa ia sadari, pria yang menolongnya siang tadi duduk di meja seberang.“Kita bert

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status