Share

Chapter 3

Grizelle masih saja mencibir. Bahkan ketika dia sudah tiba di dapur kantin, gadis itu masih saja mengumpat dengan mulut yang berkomat-kamit tak jelas. Bu Ambar yang menyaksikan gerak-gerik anaknya mengerutkan kening.

"Kenapa tu anak? Tiba-tiba ngedumel begitu!" gumamnya bingung.

Penasaran, bu Ambar yang sedang mencuci piring kotor di westafel, terpaksa menghentikan aktivitasnya dan segera mendekati putrinya yang terduduk kesal di kursi pelanggan.

"Kamu kenapa, Zel? Kok komat-kamit kek gitu?" tanyanya menyelidik.

"Kesel tau gak sih, Bu! Itu orang kenapa ya sikapnya kayak balok es. Udah dingin, keras lagi! Mentang-mentang punya kekuasaan, trus mandang orang kayak gitu. Sebel!" umpat Grizelle.

"Maksud kamu Tuan Tristan?"

"Iya, Bu! Siapa lagi!" Grizelle membenarkan.

"Emang apa yang Tuan Tristan lakukan sampe kamu kesal begini?"

"Dia gak ngelakuin apa-apa kok, Bu."

"Lah? Trus?"

"Aku kesal aja. Masa setelah aku antar minumannya, dia malah ngusir aku, Bu! Udah gitu, gak mau bilang terima kasih lagi. Beda banget ama para karyawannya. Mereka malah lebih tau caranya menghargai orang lain. Gak kayak bos mereka yang songong itu!" Grizelle melipat kedua tangannya ke dada dengan perasaan kesal.

"Izel ... jangan gitu dong Nak ngomongnya. Entar kalo Tuan Tristan dengar gimana? Kamu gak mau kan kita diusir dari sini," tutur Bu Ambar memperingatkan. Yang mana membuat Grizelle tersadar dan berhenti mengumpat. Sebab ia tahu kalau Tristan adalah pemilik tempat ini.

"Kesel tau gak, Bu!" Ia mengerucutkan bibirnya.

"Ya, udah gak usah dipikirin! Tuan Tristan kan emang gitu orangnya. Kamu kan tau sendiri gimana sikapnya. Dari dulu memang udah seperti itu. Gak sama kamu aja, sama yang lain juga gitu kok!"

Bu Ambar membujuk putrinya agar melupakan hal yang membuat Grizelle kesal. Ia mengelus-elus pundak Grizelle. Berharap putri sulungnya itu merasa tenang. Tapi Grizelle masih saja cemberut.

"Udah dong, Sayaaang ... jangan cemberut kayak gini, ih! Nanti wajah cantik kamu jadi cepat tua." Bu Ambar dengan senyum manisnya mencoba menggoda Grizelle.

Sudut bibir Grizelle perlahan melengkung. Menciptakan sebuah senyuman yang indah. Kedua manik matanya memandang wajah ibunya yang mulai menua. Bu Ambar membentangkan tangan. Berharap agar Grizelle masuk ke dalam pelukannya. Tentu saja Grizelle menyambut bentangan tangan itu. Dengan segera ia masuk ke dalam pelukan ibunya. Menempelkan kepalanya di dada sang ibu. Tersenyum manis karena merasa nyaman dengan posisinya saat ini.

***

Grizelle mengambil cangkir yang ada di rak piring. Meletakkannya di atas sebuah piring kecil. Lalu, mengambil gula dan sekantung teh celup. Grizelle memasukkan kedua bahan tersebut ke dalam cangkir, kemudian menyeduhnya dengan air panas. Setelah itu, dia mengaduknya untuk kemudian dia bawa ke kamar orang tuanya.

Tok! Tok! Tok!

"Permisi ..." sapa Grizelle. Membuka pintu, berjalan mendekati ayahnya yang terbaring di ranjang, kemudian meletakkan secangkir teh panas yang dia bawa tadi ke atas nakas sebelah ranjang.

"Ini tehnya, Yah!" ucapnya lembut.

"Makasih Izel ..." ucap pak Adi yang tak lain adalah ayah Grizelle.

Grizelle membalasnya dengan senyuman.

"Gimana Yah? Udah agak mendingan gak?" tanya Grizelle serius.

"Yah ... lumayanlah Zel! Udah agak mendingan dari kemarin." Pak Adi bergerak bangkit perlahan untuk duduk. Grizelle langsung membantu ayahnya membenarkan posisi duduknya.

"Hem ... syukurlah kalo begitu. Semoga Ayah bisa segera pulih kembali," harap Grizelle.

Ia duduk di tepi ranjang. Memandang wajah ayahnya dengan iba.

"Amin! Makasih banyak ya Zel. Makasih juga kamu udah mau bantuin Ibu buat ngurusin kantin."

"Memang udah seharusnya itu aku lakuin, Yah. Lagian kalo hanya bantu-bantu Ibu jualan, itu hal yang menyenangkan bagiku. Ayah gak perlu berterima kasih seperti itu!" Grizelle tersenyum, mengelus punggung tangan ayahnya dengan lembut. Menenangkan ayahnya dan berharap agar ayahnya tak lagi memikirkan bagaimana keadaannya saat bekerja di kantin perusahaan sepulang sekolah.

"Zel!" Panggilan Bu Ambar menghentak Grizelle. Grizelle membalikkan badan, memperhatikan ibunya yang berdiri di ambang pintu.

Bu Ambar berjalan mendekati putrinya. Lantas, ikut duduk di tepi ranjang tepat di samping putrinya.

"Ibu minta tolong sama kamu," lanjut Bu Ambar. "Besok kamu libur sekolah dulu yah? Tolong jagain kantin berdua ama kakak kamu. Ibu besok gak bisa ngurusi kantin. Ibu harus bawa Ayah kamu check up ke dokter. Besok kan jadwal konsultasinya Ayah kamu. Jadi ibu minta kamu dan Mbak Stella yang menggantikan tugas Ibu mengurus kantin. Kamu mau yah?" ucap Bu Ambar berharap.

"Oh, baik Bu! Ya udah biar aku dan Mbak Stella yang jagain cafe. Ibu gak usah khawatir, semua akan baik-baik aja. Dijamin deh semua tugas pasti akan kami selesaikan dengan baik!" jawab Grizelle mengacungkan kedua jempolnya.

Bu Ambar tersenyum lebar melihat respon putri bungsunya. Grizelle dan Stella memang anak yang dapat diandalkan. Itu terbukti dengan hasil kerja mereka yang selalu membanggakan kedua orang tuanya. Sekarang dia bisa tenang. Karena besok kantin sudah ada yang jamin. Yaitu kedua putrinya. Meski sudah ada dua pekerja yang bekerja dengannya di kantin tersebut, tapi Bu Ambar akan lebih tenang jika ada salah satu, atau dua keluarganya yang memantau sendiri kondisi kantin tempatnya mencari nafkah.

***

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status