Beranda / Romansa / Gairah Cinta CEO dan Peramalnya / Bab 141: Bayangan Lama Kembali

Share

Bab 141: Bayangan Lama Kembali

Penulis: Aurelia Rahmani
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-19 20:48:15

Sore itu, setelah Rio kembali ke kantor, suasana restoran mulai sepi. Anya membereskan kartu tarotnya, bersiap untuk pulang lebih awal. Namun sebelum sempat meninggalkan booth, seorang tamu tak terduga datang. Langkahnya mantap, senyumnya masih sama seperti dulu.

“Anya,” panggil Reza dengan suara berat, namun tenang.

Anya menoleh. Hatinya sejenak berdebar. “Reza?”

“Aku enggak bisa bohong, aku masih sering kepikiran kamu,” ucap Reza pelan, duduk di depan meja tarot. “Aku tahu kamu udah menikah. Tapi aku juga tahu, ada bagian dari dirimu yang dulu... hampir jadi milikku.”

Anya terdiam. Matanya memandangi Reza dalam-dalam. Ada getir, ada kenangan, tapi tidak ada lagi getaran yang sama seperti dulu. Ia tersenyum, tenang.

“Reza, kamu bagian dari fase hidupku yang penting. Tapi sekarang... hatiku sudah menetap,” jawab Anya.

Reza menunduk, lalu tertawa kecil. “Itu jawaban yang jujur. Terima kasih karena pernah jadi ‘ramalan’ terbaik dalam hidupku.”

Sebelum pergi, Reza mengeluarkan sebuah ben
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 144: Kegiatan Pemulihan Jiwa

    Kegiatan Hari Ketiga – Pemulihan Jiwa Hari ke-3.Hari ketiga di Griya Rasa Sejati dibuka dengan suasana pagi yang berbeda. Kabut sudah menipis lebih cepat, dan sinar matahari menembus celah pepohonan. Anya merasa tubuhnya sedikit lebih ringan, meski pikirannya masih diliputi kenangan tentang Rio. Hari ini difokuskan pada pemulihan tubuh fisik yang menyimpan trauma emosional, berdasarkan pendekatan psikosomatik dan terapi tubuh.06.00 – Senam Pernafasan “Napas Kehidupan” (oleh Dr. Yoga Santoso, ahli psikosomatik)Di lapangan rumput, para peserta berdiri membentuk lingkaran besar.Tujuan:Mengaktifkan sistem saraf parasimpatis untuk menenangkan tubuhMengatur ulang hubungan tubuh dan pikiranMengurangi ketegangan dari kesedihan dan traumaLatihan:Tarik napas 4 detik – tahan 4 detik – hembuskan 6 detikGerakan tangan melingkar, seolah memeluk udaraGerakan membuka dada sambil mengucapkan afirmasi: "Aku izinkan tubuhku untuk sembuh."Anya merasakan dadanya sedikit lebih longgar. Ia meny

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 143: Hari Pertama dan Kedua

    Setelah itu ada pembagian buku panduan 100 hari (berisi jadwal, jurnal harian, kutipan refleksi, lembar tugas)Buku “Melepas Tanpa Lupa” karya Prof. HaryoPena, alat tulis, dan sebotol aromaterapi lavender kecil08.15 – Sesi Pembukaan di Aula UtamaDibuka oleh Prof. Dr. Haryo Widjaya. Ia menyambut 33 peserta yang datang dari berbagai kota, sebagian besar adalah perempuan yang kehilangan pasangan. Dalam pembukaannya, Prof. Haryo berkata: “Kesedihanmu itu wajar, dan di tempat ini, kamu tidak akan disuruh ‘lupa’. Kamu hanya akan dipandu agar tidak tenggelam.”08.30 – Ice Breaking & Perkenalan Sesi Lingkaran JiwaPeserta duduk melingkar, memperkenalkan diri satu per satu, dan menjawab satu pertanyaan:“Apa yang kamu rasakan setiap kali bangun pagi?”Anya menjawab dengan lirih, “Hampa. Seperti tubuhku bangun, tapi jiwaku belum ikut.”09.30 – Sesi 1: “Mengenal Proses Duka” (oleh Dr. Ratna Arifin)Materi menjelaskan secara ilmiah tahapan duka (denial, anger, bargaining, depression, acceptan

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 142: Perpisahan yang Tak Pernah Siap

    Hujan turun perlahan di Jakarta, seolah langit pun turut berduka. Di pemakaman yang tenang, keluarga dan kerabat berdiri dalam diam. Wajah-wajah sendu menunduk, tak ada kata yang mampu menggambarkan perasaan kehilangan.Anya berdiri paling depan, tubuhnya menggigil bukan hanya karena dinginnya cuaca, tapi karena hatinya yang hampa. Mata sembabnya menatap dalam pada nisan bertuliskan nama suaminya, Rio Aryasatya.Rio telah pergi. Setelah berjuang melawan kanker otak, tubuhnya akhirnya menyerah. Ia mengembuskan napas terakhirnya, dalam tidur, dengan tangan Anya yang menggenggamnya erat.Pemakaman dilakukan di dekat rumah maminya Rio, sesuai permintaan terakhirnya. Ia ingin tetap dekat dengan keluarga, dan Anya pun menghormati itu.Setelah semua doa dipanjatkan, satu per satu orang meninggalkan makam. Tapi Anya tetap berdiri. Tangannya mengelus pelan batu nisan, air matanya jatuh satu per satu.“Terima kasih karena pernah memilih aku, Rio. Terima kasih karena sudah mencintaiku setulus in

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 141: Bayangan Lama Kembali

    Sore itu, setelah Rio kembali ke kantor, suasana restoran mulai sepi. Anya membereskan kartu tarotnya, bersiap untuk pulang lebih awal. Namun sebelum sempat meninggalkan booth, seorang tamu tak terduga datang. Langkahnya mantap, senyumnya masih sama seperti dulu.“Anya,” panggil Reza dengan suara berat, namun tenang.Anya menoleh. Hatinya sejenak berdebar. “Reza?”“Aku enggak bisa bohong, aku masih sering kepikiran kamu,” ucap Reza pelan, duduk di depan meja tarot. “Aku tahu kamu udah menikah. Tapi aku juga tahu, ada bagian dari dirimu yang dulu... hampir jadi milikku.”Anya terdiam. Matanya memandangi Reza dalam-dalam. Ada getir, ada kenangan, tapi tidak ada lagi getaran yang sama seperti dulu. Ia tersenyum, tenang.“Reza, kamu bagian dari fase hidupku yang penting. Tapi sekarang... hatiku sudah menetap,” jawab Anya.Reza menunduk, lalu tertawa kecil. “Itu jawaban yang jujur. Terima kasih karena pernah jadi ‘ramalan’ terbaik dalam hidupku.”Sebelum pergi, Reza mengeluarkan sebuah ben

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 140: Surat dari Reza

    Malam itu, setelah semua tamu pulang dan restoran sudah tutup, Anya tertidur di sofa ruang belakang Ruang Harmoni. Rio menemaninya sambil menyelesaikan laporan di laptop, tetapi tanpa sadar ikut tertidur di kursi seberang.Dalam tidurnya, Anya bermimpi aneh. Ia berada di sebuah taman luas penuh bunga lavender. Di tengah taman ada seorang perempuan tua berambut putih panjang, mengenakan jubah berwarna ungu.Perempuan itu berkata, “Anya, kamu telah melewati banyak lapisan dunia—alam sadar, bawah sadar, dan energi antar dimensi. Sekarang waktumu membimbing, bukan hanya membaca.”Anya ingin bertanya, tapi mulutnya tak bersuara. Perempuan itu mengangkat tangannya, dan cahaya keemasan turun dari langit, menyelimuti Anya. Di antara cahaya itu, terdengar suara-suara anak-anak memanggil namanya, suara-suara orang tua yang merintih, dan bisikan-bisikan dari masa lalu yang pernah ia sentuh melalui tarot.Ketika terbangun, Anya langsung duduk dan menarik napas panjang. Keringat dingin membasahi d

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 139: Kembali Aktif Sebagai Konsultan

    Pagi hari di rumah Rio dan Anya terasa berbeda. Udara terasa lebih segar, sinar matahari menyelinap lembut ke dalam ruang makan, dan aroma kopi yang diseduh Rio memenuhi udara. Anya berdiri di depan jendela besar, mengenakan gaun putih sederhana, memeluk secangkir teh hangat.Hari ini genap dua bulan sejak pernikahan mereka.Rio mendekat, memeluk Anya dari belakang.“Aku pikir cinta hanya tentang perasaan,” kata Anya pelan, “tapi ternyata… cinta juga soal keberanian, memaafkan masa lalu, dan memilih untuk tetap tinggal.”Rio mengecup pelipisnya. “Terima kasih karena tetap memilihku, setiap hari.”Di tengah sarapan sederhana, ponsel Anya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari salah satu produser acara televisi lokal yang dulu pernah melihatnya membaca tarot di mall:"Kami tertarik menjadikan Anya sebagai pembaca tarot tetap di segmen spiritual show. Apakah Anda bersedia hadir untuk diskusi minggu ini?"Anya menatap Rio dengan mata berbinar. “Apa ini pertanda, Rio?”Rio tersenyum bangga. “It

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 138: Surat Tak Terduga dari Masa Lalu

    Keesokan harinya setelah acara di Villa Aurora, Anya dan Rio kembali ke apartemen dengan hati yang penuh syukur. Saat membuka pintu, mereka menemukan sebuah amplop cokelat tua terselip di bawah pintu. Tidak ada nama pengirim, hanya tulisan tangan halus: “Untuk Anya.”Dengan hati-hati, Anya membukanya. Di dalamnya ada selembar surat tua yang sudah sedikit menguning, ditulis dengan tinta biru. Begitu Anya membaca baris pertama, tubuhnya langsung merinding.“Anya, jika kamu membaca ini, artinya aku sudah gagal melindungimu dari Nathan…”Itu adalah tulisan tangan dari Damar — teman lama sekaligus penyelamatnya saat dulu ia pertama kali belajar tarot dan spiritualitas. Damar adalah orang yang dulu mengenalkan Anya pada dunia energi dan intuisi, lalu menghilang tanpa kabar ketika Nathan muncul dalam hidupnya.“…waktu itu, aku sudah tahu kamu akan diburu oleh mereka yang ingin menggunakan kekuatanmu untuk tujuan gelap. Nathan bukan sekadar penculik, dia adalah pengumpul energi spiritual dan

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 137: Kembali ke Pelukan

    Pagi itu, setelah semalam mengalami pengalaman spiritual yang mendalam di pura, Anya kembali ke penginapan dengan hati yang lebih tenang. Sinar matahari pagi menembus tirai tipis jendela kamar. Ia duduk di balkon, memandangi hamparan sawah yang membentang hijau dan embun yang masih menempel di dedaunan.Tiba-tiba ponselnya berdering. Nama Rio muncul di layar."Sayang, kamu di mana? Aku sudah di bandara Ngurah Rai."Anya tersenyum kecil, "Aku di Ubud... Aku butuh waktu sendiri semalam."“Boleh aku jemput kamu hari ini?” suara Rio terdengar lembut, sedikit khawatir.Tanpa menjawab, Anya hanya berkata, “Aku tunggu kamu di bawah pohon beringin di depan pura tempat semalam aku meditasi.”Beberapa jam kemudian, sebuah mobil berhenti perlahan. Rio keluar, mengenakan kemeja putih sederhana. Matanya langsung menemukan Anya yang duduk di bawah pohon besar itu, mengenakan kebaya putih yang sama, rambut dikuncir rendah.Tanpa bicara, Rio berjalan pelan lalu duduk di samping Anya.“Aku sadar… sela

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 136: Undangan Rahasia

    Seminggu setelah Anya menemukan surat masa lalunya, ia menerima sebuah amplop berwarna biru muda yang dikirim ke booth tarot-nya di restoran. Tidak ada nama pengirim, hanya tulisan tangan halus di bagian depan: “Untuk Anya, tangan yang menuntun hati banyak orang.”Rio yang saat itu sedang menemaninya di booth sempat curiga, tapi Anya tersenyum dan berkata, “Mungkin dari klien.” Ia membuka amplop itu perlahan.Di dalamnya, ada selembar undangan bergaya klasik, berbau bunga lavender, tertulis:“Undangan Kehormatan:Anda diundang dalam Pertemuan Konselor Spiritual Nasional di Ubud, Bali.Tanggal: 20 Oktober Tempat: Villa Seruni Ubud Peserta Terbatas: 12 orang pilihan dari seluruh Indonesia”Rio membacanya bersama Anya. “Ini... undangan bergengsi. Kamu dikenal sampai ke tingkat nasional, Sayang,” kata Rio bangga.Anya membaca ulang nama penyelenggara. Tak ada nama lembaga resmi, hanya inisial: D & L. Tapi itu cukup menggugah rasa penasaran.“Ini bukan sekadar pertemuan biasa,” gumam Anya.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status