Share

Bab 61. Rahasia Besar

Penulis: Aurelia Rahmani
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-08 09:02:13

Reza terus memacu mobilnya di jalanan yang semakin ramai. Klakson kendaraan lain bersahutan ketika ia menyalip dengan kecepatan tinggi. Anya menggenggam erat sabuk pengaman, jantungnya berdetak liar.

“Mereka masih mengejar!” Rio berseru dari kursi belakang, matanya tak lepas dari kaca belakang. Dua motor itu tetap membuntuti mereka, bahkan semakin mendekat.

Reza menekan pedal gas lebih dalam, mencoba mencari jalan keluar. Tapi tiba-tiba—jalan di depan mereka berakhir di sebuah gang buntu.

“Sial!” Reza membanting setir ke kiri, namun ruang untuk berbelok terlalu sempit.

Anya menoleh panik. “Kita harus keluar dari sini sekarang!”

Motor pengejar berhenti beberapa meter dari mereka. Dua pria berpakaian hitam turun, salah satu dari mereka mengacungkan pistol ke arah mobil.

Rio meraih pegangan pintu. “Kita harus lari ke dalam gang sebelum mereka menembak!”

Reza dan Anya saling pandang sejenak, lalu mengangguk. Tanpa membuang waktu, mereka bertiga membuka pintu dan berlari ke gang kecil di s
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 62. Vila yang Menyimpan Rahasia

    Malam itu, Anya, Reza, dan Rio berkumpul di apartemen Reza untuk membahas langkah selanjutnya. Pikirannya masih dipenuhi oleh informasi yang baru saja mereka temukan."Kita harus menemukan orang itu secepatnya," kata Reza dengan nada serius. "Kalau dia benar-benar tahu sesuatu tentang Nathan, dia mungkin dalam bahaya seperti Larasati dulu."Anya mengangguk, pikirannya masih tertuju pada sosok misterius dari masa lalu Nathan. "Siapa sebenarnya orang ini, Reza? Bagaimana kamu tahu dia bisa membantu?"Reza menghela napas dalam. "Aku pernah mendengar tentang dia dari Larasati sebelum dia meninggal. Namanya Adrian. Dia dulu bekerja untuk Nathan, tapi tiba-tiba menghilang tanpa jejak."Rio menyipitkan matanya. "Menghilang? Maksudmu dia mungkin sudah...""Tidak," potong Reza cepat. "Dia tidak mati. Aku yakin dia hanya bersembunyi. Dan jika kita bisa menemukannya, mungkin dia bisa memberi kita jawaban."Anya menggigit bibirnya, merasa cemas. "Tapi bagaimana kita bisa menemukannya? Kalau dia b

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-08
  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 63. Sosok di Balik Kemudi, Kotak Pandora Terbuka

    Anya merasakan ketegangan, detak jantungnya berpacu. Reza dan Rio saling bertukar pandang, mencari jalan keluar. Nathan masih berdiri di halaman, sementara seseorang yang tak terlihat semakin mendekat dari dalam rumah.“Kita harus keluar dari sini,” bisik Rio.Tanpa berpikir panjang, Reza meraih tangan Anya dan menariknya ke sisi balkon. Ada pohon besar di dekatnya, dengan cabang yang cukup kuat untuk menahan berat mereka.“Kita lompat ke sana,” ujar Reza mantap.Anya menelan ludah. Itu terlihat berbahaya, tapi lebih baik daripada terjebak di sini bersama Nathan.Rio melompat lebih dulu, mencengkeram cabang pohon dan dengan gesit turun ke tanah. Reza membantu Anya memanjat pagar balkon sebelum dia sendiri melompat turun dengan sigap.Mereka bertiga mendarat di rerumputan, napas memburu. Nathan tampak terkejut dengan aksi nekat mereka, tapi sebelum dia bisa bereaksi, mereka sudah berlari menembus pekarangan dan keluar dari area vila.“Ke mobil!” seru Rio.Namun, saat mereka hampir menc

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-08
  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 64 Penampakan Larasati

    Malam turun dengan angin yang menusuk, membawa bisikan yang sulit dijelaskan secara logika. Anya duduk di atas sajadah, menenangkan hatinya dengan dzikir. Tapi entah mengapa, malam itu berbeda. Ada aura berat yang memenuhi udara, seperti pertanda akan sesuatu.Telepon genggamnya bergetar. Pesan masuk dari nomor tak dikenal: “Aku belum tenang. Lihat ke cermin.”Anya tertegun. Napasnya tercekat, tapi perlahan ia bangkit dan melangkah ke depan cermin besar di sudut kamarnya.Awalnya tak ada yang aneh. Tapi dalam kerlip kecil lampu meja, bayangan Larasati muncul di belakangnya. Tak marah. Tak sedih. Hanya tatapan mata penuh pesan. Mulutnya bergerak pelan, tapi tak ada suara.Anya menatapnya lewat cermin. “Apa yang kamu inginkan dariku, Laras?”Bayangan itu menunduk, lalu menunjuk ke arah laci meja kecil di kamar. Anya mendekat, membukanya, dan menemukan satu buku catatan lama—bukan miliknya. Ia memeriksa halaman pertama: “Catatan Larasati.”Tangan Anya bergetar. Di halaman berikutnya te

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-08
  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 65: Bukti Video Kejahatan Nathan

    Malam itu, setelah konfrontasi penuh emosi dengan Reza, Anya duduk di ruang tamu apartemennya. Cahaya lampu redup menemani kegelisahan dalam pikirannya. Di atas meja, kartu tarot yang tadi pagi ia gunakan masih berserakan.Ia menarik napas dalam-dalam, lalu mengambil satu kartu secara acak.The Moon.Kartu kebohongan, ilusi, dan rahasia yang belum terungkap.Seolah semesta sedang berbicara. Anya menatap kartu itu lama, lalu berbisik pada dirinya sendiri, “Sudah cukup. Ini waktunya membuka semuanya, satu per satu.”Beberapa saat kemudian, ponselnya bergetar. Pesan masuk dari nomor tak dikenal."Kau ingin tahu siapa yang membunuh Larasati? Temui aku di taman belakang gedung teater tua. Malam ini. Sendiri."Anya menelan ludah. Jantungnya berdetak cepat. Ia menatap ke luar jendela. Malam itu sunyi, tapi penuh firasat. Bukan hanya karena undangan misterius itu—tapi karena ia tahu, setiap langkah semakin mendekatkannya ke sisi tergelap dari kebenaran.Ia menggenggam ponsel erat-erat, lalu b

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-08
  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 66: Bertemu dengan Sekutu

    Anya berdiri terpaku di depan jendela apartemennya. Langit malam Jakarta membentang kelabu, seperti menyembunyikan rahasia yang tak terucapkan. Pikirannya penuh oleh isi flashdisk dan pesan ancaman yang baru saja masuk. Tapi kali ini, ia tidak ingin lari.Ia menarik napas panjang dan menatap pantulan wajahnya di kaca. “Larasati sudah cukup berani… sekarang giliranku.”Ia mengambil ponselnya dan menghubungi Reza.“Halo?” suara Reza terdengar khawatir.“Kita harus bicara. Sekarang. Aku tahu siapa yang terlibat… dan aku tahu kenapa Larasati dibunuh.”Reza tak menjawab seketika, lalu berkata dengan pelan, “Aku datang.”Tak butuh waktu lama, Reza tiba di apartemen. Anya memutar video itu lagi untuknya. Reza duduk dengan tubuh menegang, sorot matanya berubah serius.“Ini bisa menghancurkan banyak orang, Anya.”“Aku tahu,” jawabnya mantap. “Tapi ini juga bisa jadi keadilan untuk Larasati. Dan… mungkin untuk orang-orang yang pernah dibungkam Nathan selama ini.”Reza menatapnya, kagum dan khaw

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-08
  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 67: Kebenaran yang Tertunda

    Hujan belum reda saat Anya menyalakan lilin di sudut apartemennya. Listrik tiba-tiba padam sejak lima belas menit lalu. Petir menyambar, menggetarkan kaca jendela. Dan entah mengapa, malam ini terasa lebih sunyi, seolah ada sesuatu yang menahan waktu.Anya duduk di dekat jendela, sambil menggenggam satu kartu tarot—The Moon. Kartu yang selalu muncul belakangan ini. Simbol ilusi, kebohongan, dan kebenaran yang tersembunyi.Tiba-tiba, ponselnya menyala. Pesan suara dari Dinda."Anya… aku butuh bicara. Aku baru saja cek rekaman asli dari flashdisk kamu. Ada bagian yang seperti dimanipulasi. Seseorang mencoba menghapus satu detail penting. Tapi aku berhasil ambil kembali datanya. Ada nama lain yang terlibat. Bukan hanya Nathan."Jantung Anya berdebar cepat."Kita harus ketemu. Tapi jangan di tempat biasa. Aku takut kita sedang dipantau. Kirim aku lokasi yang aman. Dan satu lagi… hati-hati dengan Reza. Aku belum yakin, tapi—”Pesan berhenti. Terputus. Tidak selesai.Anya menatap ponselnya

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-08
  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 68: Membaca Energi Kembar

    Pagi itu, Anya kembali membuka satu kotak tua yang sebelumnya belum sempat dibuka. Di dalamnya terdapat beberapa lembar jurnal, secarik peta kecil bergambar simbol aneh, dan sebuah liontin perak berbentuk bulan sabit.Ia memutar liontin itu, dan ternyata bisa dibuka. Di dalamnya ada potongan foto kecil—wajah seorang bayi laki-laki. Di belakangnya tertulis inisial: E.N."El dan… Nathan?" gumamnya pelan.Rio yang datang tanpa pemberitahuan langsung duduk di seberangnya. “Apa kamu tahu... kalau Nathan pernah ikut komunitas spiritual underground? Tempat orang-orang bicara soal reinkarnasi, manipulasi energi, bahkan eksperimen jiwa?”Anya mengangkat alis. “Kamu yakin ini bukan teori konspirasi?”“Aku baru saja pulang dari tempat itu. Dan kamu harus lihat ini,” kata Rio sambil membuka ponselnya. Ia menunjukkan video pendek yang direkam diam-diam. Terlihat Nathan sedang memimpin semacam ritual, mengenakan pakaian hitam dengan simbol bulan dan mata.Di belakang Nathan, tampak El berdiri… mata

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-08
  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 69: Bayangan yang Mengintai

    Anya berdiri di depan kaca di apartemennya malam itu, menatap bayangan dirinya yang samar, seolah mencoba membaca sesuatu yang tak bisa dijelaskan hanya lewat logika. Pikirannya sibuk dengan apa yang baru ia temukan di restoran. All—kembaran El—datang menyamar. Tapi apa niatnya?Tiba-tiba, ponselnya berbunyi. Nomor tak dikenal.“Anya,” suara berat terdengar di seberang. “Kamu belum tahu segalanya tentang All.”Anya terdiam. “Siapa ini?”“Aku seseorang yang pernah ada di lingkaran mereka. El dan All. Mereka tidak hanya kembar biasa. Mereka bagian dari eksperimen lama, dan hanya satu yang stabil. Tapi... yang satunya memiliki kemampuan spiritual lebih tinggi.”Jantung Anya berdegup cepat. “Kamu bicara soal All?”“Ya. All tidak hanya menyamar. Dia mengambil identitas El. Secara perlahan. El menghilang, dan All mulai menyusup ke hidup semua orang yang pernah dekat dengan El, termasuk kamu, Rina, bahkan Nathan.”“Kenapa?”“Karena El tahu sesuatu tentang kematian Larasati yang seharusnya ti

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-08

Bab terbaru

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 103: Restu dan Janji di Hadapan Orang Tua

    Anya tertawa pelan sambil menunjukkan pesan itu pada Reza.“Kayaknya sahabatku sudah nggak sabar ikut heboh.”Hari itu mereka kembali ke Jakarta dengan hati penuh rencana. Setibanya di apartemen, mereka langsung menemui orang tua Anya dan Reza. Kedua keluarga menyambut dengan suka cita dan mendukung rencana mereka sepenuhnya.Minggu-minggu berikutnya diisi dengan berbagai kesibukan. Reza menemani Anya memilih undangan, fitting kebaya akad, dan mencari tempat resepsi yang sesuai. Rio, meskipun menahan rasa di hati, ikut membantu menjadi koordinator tamu.Suatu sore di kafe langganan dekat apartemen, Rina, Anya, dan Rio berkumpul untuk membicarakan konsep dekorasi. Rina bersemangat menunjukkan moodboard yang sudah ia siapkan, sementara Rio diam-diam memperhatikan Anya dengan tatapan lembut.“Anya, kamu benar-benar bahagia sekarang, ya?” tanya Rio, suaranya tenang.Anya mengangguk penuh keyakinan.“Iya, Rio. Aku yakin Reza orang yang tepat untuk aku.”Rio mengulum senyum. Ia menunduk sej

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 102: Merangkai Masa Depan Baru

    Pagi itu, udara Bali begitu sejuk, seolah menyambut lembaran baru dalam hidup Anya dan Reza. Deburan ombak terdengar lembut dari kejauhan, menenangkan hati yang selama ini penuh ketegangan.Anya menatap ke arah balkon vila tempat mereka menginap. Reza sedang berbicara santai dengan Rio, keduanya tampak jauh lebih tenang dan damai setelah semua yang terjadi.Tak ada lagi bayang-bayang masa lalu. Tak ada lagi kejaran musuh ataupun ancaman kekuatan gelap.Anya tersenyum sendiri. Siapa sangka, perjalanan panjang penuh luka dan air mata ini akhirnya berujung pada ketenangan dan cinta sejati?Saat Reza menyadari tatapan Anya, ia segera menghampirinya dan menggenggam tangannya.“Kamu kelihatan tenang pagi ini.”Anya mengangguk pelan.“Setelah semua yang terjadi… aku rasa ini saatnya kita mulai merangkai masa depan yang baru.”Reza tersenyum, lalu menarik Anya perlahan menuju meja sarapan di taman kecil vila mereka. Meja itu sudah dihiasi bunga kamboja putih dan minuman segar khas Bali.“Pagi

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 101: Energi Terakhir Sang Guru

    Suasana pura kembali menegang. Langit di atas kepala mereka tampak mulai gelap, padahal matahari belum sepenuhnya terbenam. Awan hitam berkumpul, menciptakan tekanan udara yang menyesakkan.Anya dan Reza berlari kembali ke lingkaran pelindung, tempat Guru Adarma berdiri tegap meskipun napasnya sudah mulai berat. Lelaki tua itu menoleh ke arah mereka, tatapannya tajam namun penuh ketenangan.“Bram dan anak buahnya akan melancarkan serangan kedua,” kata Guru Adarma, suaranya dalam dan mantap. “Kali ini mereka tidak hanya mengincar liontinmu, Anya. Mereka ingin membuka gerbang dimensi yang akan membangkitkan kekuatan kegelapan yang selama ini tersegel.”Anya mengangguk pelan, mencoba menenangkan dirinya. Tangannya masih erat dalam genggaman Reza."Apa yang harus kami lakukan, Guru?"Guru Adarma tersenyum samar.“Percayakan segalanya pada keyakinan dan cinta kalian. Itu kunci terakhir yang bisa menetralisasi kekuatan mereka.”Sementara itu, dari sisi lain pura, Bram, Rangga, dan Rio telah

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 100: Ritual Perlindungan dan Serangan Malam

    Langit malam di Bali mulai gelap pekat. Aroma dupa dari Pura Guru Adarma semakin menyebar, membungkus suasana dengan keheningan dan kesakralan. Anya duduk bersila di dalam lingkaran pelindung bersama Reza dan Rio. Di hadapan mereka, Guru Adarma menutup mata, tangan beliau membentuk mudra kuno, mulutnya terus melantunkan mantra dengan suara stabil.Cahaya lilin di sekeliling mereka tampak bergetar. Liontin di leher Anya bersinar samar, rona keemasan menyelimuti tubuhnya perlahan. Energi perlindungan mulai terbentuk sempurna.Namun, di luar pagar pura, Bram, Rangga, dan Andre sudah memulai gerakannya. Andre mengeluarkan kain hitam bertuliskan aksara kuno yang telah dirapal mantra hitam."Begitu ini ditempelkan di gerbang, pagar pelindung pura mereka akan melemah," gumam Andre dengan suara serak.Rangga mengangguk. "Cepat, sebelum energi perlindungan mereka sempurna."Dengan cekatan, Andre menempelkan kain itu di pintu gerbang pura. Angin malam mendadak berhembus kencang, langit yang se

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 99: Petunjuk dari Bali

    Pagi itu, udara di Jakarta terasa lebih sejuk dari biasanya. Anya terbangun dengan perasaan sedikit lebih tenang setelah pesan suara dari Guru Adarma semalam. Ia segera menelepon Reza dan Rio, mengajak mereka bertemu di kafe langganan dekat apartemen.Saat mereka bertiga duduk bersama, Anya mengeluarkan ponselnya dan memutar ulang pesan suara itu. Suara Guru Adarma kembali menggema, membuat mereka semua saling pandang penuh arti.Rio mengernyit.“Kalau Guru Adarma sampai menghubungi, berarti ini bukan ancaman biasa. Beliau orang yang sensitif secara spiritual, kita harus anggap serius.”Reza mengangguk, wajahnya tenang namun penuh perhatian.“Anya, aku rasa kita perlu ke Bali lagi. Kita harus bertemu Guru Adarma. Mungkin beliau punya petunjuk yang bisa membantu kita menghadapi ancaman ini.”Anya menatap Reza, ada keraguan di matanya, tapi juga harapan.“Baik. Kita berangkat akhir pekan ini.”Sementara itu, Dimas tetap di Jakarta untuk menjaga pengamanan digital dan fisik mereka. Ia me

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 98: Bayang-bayang Ancaman

    Pagi harinya, udara Jakarta yang biasanya bising terasa semakin mencekam bagi Anya dan Reza. Meski berita besar sudah tersebar luas, mereka sadar — bahaya justru mulai mendekat.Di ruang tamu apartemen, Anya, Reza, Arman, Maya, dan Pak Surya duduk melingkar, mendiskusikan langkah selanjutnya. Ponsel Anya terus berbunyi — pesan dukungan, permintaan wawancara, dan… pesan ancaman anonim.Pak Surya menekankan, “Mulai hari ini, kita harus tingkatkan keamanan. Jangan bepergian sendirian. Kalau perlu, kita pakai jasa pengamanan pribadi untuk sementara waktu.”Reza menggenggam tangan Anya erat. “Aku gak akan lepas kamu. Kita lewati semua ini sama-sama.”Maya menimpali dengan tegas, “Aku sudah hubungi temanku yang di LSM. Mereka bisa bantu awasi dan beri perlindungan kalau situasi makin panas.”Sementara itu, di tempat lain, Bram dan Andre bertemu di sebuah vila tersembunyi milik salah satu kolega mereka. Wajah Andre gelap penuh amarah.“Kalau data ini terus tersebar, kita selesai. Kita butuh

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 97: Jejak yang Mulai Terbuka

    Setelah malam yang penuh ketegangan, pagi itu rumah Arman terasa lebih tenang. Anya duduk di meja makan, menatap secangkir teh hangat yang mengepul perlahan. Reza dan Arman duduk di ruang tamu, membicarakan langkah selanjutnya, sementara Maya sesekali melirik ke arah pintu jendela, masih dibayangi kecemasan.Reza bangkit dari kursi dan menghampiri Anya. Tangannya lembut menyentuh bahu perempuan yang dicintainya itu.“Kita sudah sangat dekat, Anya. Data dari Maya bisa jadi kunci utama untuk membuka semuanya,” ucapnya dengan nada yakin.Anya mengangguk pelan. “Aku tahu… Tapi aku masih penasaran satu hal, Reza. Kenapa Bram dan Andre begitu berani? Seolah-olah mereka tak takut dengan siapa pun.”Arman yang mendengar itu ikut bergabung. Ia menatap serius, lalu berkata,“Karena mereka punya orang dalam di lembaga hukum. Polisi, jaksa, bahkan beberapa petinggi bisnis yang melindungi mereka. Kalau kita mau menang, kita harus cari cara agar data ini sampai ke tangan yang bersih.”Maya tiba-ti

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 96: Pertempuran yang Sesungguhnya

    Anya menunjukkan pesan itu ke Reza.Mereka saling bertukar pandang — firasat mereka mengatakan, malam ini akan menjadi malam yang panjang dan penuh jawaban.***Matahari mulai condong ke barat saat Reza dan Anya kembali ke apartemen untuk bersiap. Suasana hening sepanjang perjalanan; keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing tentang pesan misterius yang baru saja mereka terima.Pukul 18.45, mereka sudah tiba di Kafe Seroja — kafe kecil bergaya vintage dengan interior kayu dan lampu temaram. Kafe itu tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa pengunjung yang asyik dengan kopi dan laptop mereka.Reza memilih meja di sudut ruangan yang menghadap pintu masuk. Anya duduk di seberangnya, matanya sesekali melirik ke sekitar. Tepat pukul 19.00, pintu kafe berderit terbuka.Masuklah seorang pria paruh baya, berjaket hitam dan celana kain gelap. Rambutnya sudah memutih di pelipis, namun sorot matanya tajam dan penuh perhitungan. Ia melangkah mantap ke arah meja mereka dan duduk tanpa diundang.“

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 95: Masa Lalu Rio dan Keluarganya

    "Ini bukan orang biasa," gumam Reza. "Namanya Harun. Dulu dia pengacara gelap yang pernah terkait dengan kasus korupsi besar-besaran, tapi lolos karena kurang bukti."Rangga mengangguk. "Benar. Aku juga temukan bahwa Andre dan Harun bekerja sama untuk menguasai salah satu perusahaan properti warisan milik keluarga Nathan. Mereka ingin mengalihkan aset besar ke rekening luar negeri menggunakan dokumen palsu."Anya mengernyit. "Tapi bukankah aset-aset itu masih dalam proses hukum setelah Nathan tertangkap?""Justru itu. Mereka memanfaatkan kekosongan dan celah hukum. Kalau mereka berhasil, bisa jadi semua properti itu lenyap tanpa jejak," jelas Rangga.Reza mengepalkan tangan, rahangnya mengeras."Kita nggak bisa diam saja. Aku punya beberapa kolega di kejaksaan yang bisa bantu percepat proses blokir aset. Tapi kita butuh bukti konkret keterlibatan Andre dan Harun."Rangga tersenyum tipis dan menarik satu amplop cokelat dari tasnya."Aku sudah siapkan ini. Ada rekaman percakapan dan sal

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status