Beranda / Romansa / Gairah Cinta Om Mafia / BAB 3 # Si Bajingan

Share

BAB 3 # Si Bajingan

Penulis: De Lilah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-18 20:55:21

Mata biru, rahang keras, bibir tebal dan kulit putih yang kecokelatan membuat penampilan pria di hadapan Arren begitu mempesona. Wajahnya sangat tampan. Tatapannya pun memancarkan gairah yang sukar dijelaskan.

“Sudah puas mengamati wajahku?” 

Satu hal. Suara itu. Suara yang sangat dibenci oleh Arren. Suara yang selalu menyakiti hati dan alat vitalnya selama beberapa waktu. “BAJINGAN!” 

Arren menggeram kemudian hampir menyundulkan kepala untuk mengusirnya, sayangnya … pria itu sangat lihai dalam menyiksanya lagi dan lagi. “Tenanglah, nanti infusmu copot!” Leon menahan dahi Arren yang hendak dihentakkan kepadanya. 

Hangat.

Telapak tangan pria itu begitu kontras dengan kondisi Arren yang dingin dan pucat.

“Lepaskan!”

Arren menggelengkan kepala, berusaha menjauhkan diri dari sentuhan pria tadi. Untuk sesaat, Arren baru menyadari bahwa ada banyak selang yang terhubung pada tubuhnya. Kamarnya pun tidak lagi suram. Semuanya tampak terawat dengan baik. Wajahnya … ketika Arren melihat ke cermin, semuanya tampak begitu berbeda.

‘Apakah orang ini merawatku?’ gumamnya dalam hati. Arren masih belum bisa percaya.

“Kau harus banyak beristirahat.”

Pria itu kemudian beranjak dari ranjang Arren dan pergi begitu saja. Perilakunya masih sama seperti ketika datang dan pergi dari kamar ini seenaknya. Hanya saja, ada satu hal yang berbeda: dia tak lagi memperkosanya.

“Hiks ….”

Mengingat hal itu, hati Arren kembali sakit. Ia sangat takut. Sebenarnya, apa yang terjadi? Mengapa seorang pria asing menculik dan memperkosanya? Lalu secara tiba-tiba … memberikan perawatan seperti ini?

“Ibu ….”

Hanya tangis pilu yang dapat menemani keterasingannya di tempat ini. Arren tidak tahu, harus kepada siapa ia menanyakan segala risau di hati.

***

Malam harinya, seorang dokter tiba-tiba datang untuk memeriksanya. Awalnya, Arren bersikap waspada, namun keramahan dokter dan perawat itu meruntuhkan penjagaannya.

“Syukurlah, Anda sudah membaik, Nona.”

“Ya ….”

Arren kikuk. Ia tidak tahu harus bersikap bagaimana.

“Tuan Leon pasti akan sangat senang. Beliau telah mengeluarkan biaya ribuan dollar untuk mendatangkan segala kebutuhan medis Anda. Sungguh beruntung bisa memiliki kekasih sepertinya,” ucap sang perawat sambil tersenyum menggoda.

“Kekasih? Cih!” Arren mendecih. Bukannya bersyukur, ia malah bingung. Apa yang bisa dilakukannya? Bahkan, keberadaannya di sini pun bukan atas kemauan sendiri. Beruntung? Yang benar saja!

“Ellen, kau terlalu banyak bicara,” Dokter itu memperingatkan si perawat agar diam. Ia lalu memeriksa keadaan Arren untuk kali terakhir. “Saya akan datang kembali untuk memastikan perawatan Anda berjalan sempurna. Untuk sementara, mohon jangan terlalu banyak bergerak.”

Arren mengangguk. Setidaknya, luka lebam yang dideritanya juga semakin membaik. Dulu, Arren sering dipukuli oleh Ayahnya ketika pria itu sedang mabuk. Meski sering menghindar namun, kekuatan Arren tidak sebanding dengan tenaga ayahnya yang sedang hilang kesadaran. Beruntung, insiden itu hanya sampai pada pemukulan, bukan pemerkosaan atau pembunuhan.

“Hhh ….”

Arren benar-benar bernasib sial. Seharusnya, ibunya tidak meninggal terlalu cepat. Atau, jika memang harus meninggal, seharusnya ia mengajaknya ikut serta. Untuk apa Arren berada dalam dunia yang kejam seperti ini? Tanpa seorang pun yang mempedulikan, tanpa bahu untuk bersandar.

Oh! Takdir kejam sungguh terjadi tanpa belas kasihan.

“Tersenyumlah, Nona. Anda akan segera sembuh,” ucap perawat itu kemudian pamit undur diri. Ia bahkan tidak tahu bahwa murungnya Arren bukan karena luka raga yang dideritanya, melainkan … luka jiwa yang sejak dulu mendera.

***

“Kau … sudah sehat?” 

Keesokan paginya, pria itu kembali datang. Leon, kata sang dokter. Itu lah namanya. 

“Apa yang kau inginkan?” 

Lelah bertengkar, Arren akhirnya tidak lagi menyerang Leon. Lagi pula, dokter melarangnya untuk banyak bergerak. Setidaknya, hari ini, ia ingin berbicara dengan si penculik itu dengan benar.

“Bebaskan aku! Aku akan menebus hutang ayahku!”

“Hm … menarik.”

Bukannya membebaskan Arren, atau setidaknya … memikirkan untuk menuruti kemauan gadis itu, Leon malah tersenyum senang. Ia memperhatikan setiap gerak-gerik Arren dengan wajah berbinar. “Gadis yang lucu.”

Pria itu berjalan mendekat, kali ini … ia tidak memaksa Arren untuk melakukan apapun. Bahkan, kata-kata ‘budak’ tidak lagi terlontar dari mulutnya itu. “Kau sudah tahu siapa aku?” tanyanya seraya mendekat dan duduk di tepi ranjang.

Arren menghindar. Ia beringsut menjauh sehingga … setidaknya tidak bersentuhan dengan penculik laknat yang telah merenggut kehormatannya itu! “Apa peduliku? Kau hanyalah seorang bajingan.”

Leon terkekeh. Perkataan Arren memang benar. “Mendengar kata ‘bajingan’ dari bibir kecilmu itu sungguh menyenangkan. Ternyata, begini rasanya mendengar kutukan secara langsung.”

“Dasar gila!”

Pria itu kembali tertawa, namun detik kemudian, ia tampak memindai Arren dari ujung kaki hingga ujung kepala. Melihat rona wajah Arren yang kembali cerah dan luka di kaki yang berangsur membaik, Leon tampak lega.

“Baguslah. Kau sudah cukup sehat.”

Arren merasa diperlakukan seperti binatang ternak. “Apa maksudmu? Memangnya, kalau aku sudah sehat, kau mau apa?” cecarnya sambil menatap Leon tajam.

Penampilan Arren saat ini sungguh seperti kucing hutan yang mencoba melawan macan. Menggemaskan. “Tentu saja kau harus melayaniku kembali! Memangnya, untuk apa lagi?”

Sejak saat itu, Arren memutuskan untuk tidak lagi mengobrol dengan pria bajingan itu. Siapa tadi namanya? Leon. Leon si bajingan!

De Lilah

Ayo kirimkan Gem untuk mendukung karya ini naik peringkat! Follow juga agar terus update cerita terbaru dari Madam, xoxo.

| 1
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gairah Cinta Om Mafia   Bab 253 # Ending

    Ujung belati itu bengkok. Tidak ada yang menyangka bahwa belati tajam bisa berubah bentuk menjadi seperti itu. “Ti–tidak!” pekik si pelayan. Ia sangat kebingungan. Bagaimana perut Arren yang seharusnya ternoda darah malah membengkokkan belati tanpa setitik pun usaha? Dalam momen yang menentukan, belati itu telah mengalami deformasi plastis, seperti tarian metal yang mengubah bentuknya tanpa bisa kembali ke keadaan semula. “A–apa yang terjadi?” Pelayan itu bertanya-tanya dengan tangan yang gemetar. Arren hanya menyunggingkan senyum penuh kemenangan. Lawannya telah kalak telak tanpa perhitungan. “Aku sudah mengantisipasi hal ini, Lesel,” ujar Arren dengan wajah jumawa. Ya. Lesel. Ternyata, dialah kaki tangan Esme yang begitu ingin menghabisi nyawanya. “Ba–bagaimana kau tahu?” Arren segera menyobek kain tule yang menutupi area perutnya. Ada sebuah aksesori mengkilat di sana. Sebuah sabuk baja. “A–apa?” Pada awalnya, suara gemuruh dan getaran memang dirasakan oleh Lesel. Ia tak

  • Gairah Cinta Om Mafia   Bab 252 # Klimaks

    Pelayan berambut pirang mengerucutkan bibirnya, sementara si rambut hitam tetap menatap lurus ke arahnya. “Baiklah!” jawabnya agak kesal, namun memang rencana mereka tidak boleh berantakan. “Aku akan awasi sekitar. Kau harus segera bersiap-siap.” “Oke.” Dua pelayan mencurigakan itu kemudian meneruskan misi rahasia mereka. Tidak banyak yang harus mereka lakukan kecuali mencari target dan melancarkan aksi balas dendam. “Sepertinya, dia ada di balkon barat. Tunggu aba-abaku, kita akan segera melakukan serangan!” “Oke!” *** Suasana jamuan masih meriah dengan alunan musik lembut yang merdu di telinga. Beberapa tamu menikmatinya sambil bersantap, ada juga yang masih mengobrol lama. Arren dan Leon tampak berbahagia sambil menyalami tamu-tamu yang ada di sana. “Sepertinya, aku merasa sesak,” lirih Arren pada Leon. Kehamilan ini membuatnya gampang lelah dan juga merasa panas sepanjang waktu. “Kau mau pergi dari tempat ini?” tanya Leon sambil merangkulkan lengannya ke pinggang sang

  • Gairah Cinta Om Mafia   Bab 251 # Si Pelayan

    Mata Ava berbinar bahagia. Ia mengangguk cepat dan memeluk Arren sebagai balasannya. “Terima kasih, Bibi!” Ava tidak mengira bahwa ulang tahunnya akan dapat dirayakan dengan jamuan spesial, meski jamuan itu tidak dilangsungkan secara khusus untuknya. “Sama-sama, Ava!” Arren melakukan hal yang sama. Ia bahagia dapat menyemangati kawan kecilnya yang sepertinya sedang sendu dan tidak memiliki semangat karena ketidakhadiran ayah dan ibunya. “Kami harus pergi, Ava. Ini untukmu,” ucap Leon sambil menyerahkan kotak berbungkus kado dengan pita ungu di atasnya. “A–apa ini, Pak?” tanya Ava heran sekaligus senang. Ia tidak mengira akan mendapatkan kado dari Pak Leon di hari yang bukan ulang tahunnya. “Anggap saja kado cicilan,” gurau Leon sambil tertawa kecil padanya. “Ahaha! Terima kasih banyak!” seru Ava sambil membuka bungkus kado itu. Isinya boneka beruang dengan warna bulu kecokelatan. “Lucu sekali!” pekik AVa bahagia. Arren dan Leon senang melihatnya. Tak lama kemudian, mereka bena

  • Gairah Cinta Om Mafia   Bab 250 # Antisipasi

    Setelah beberapa waktu di rumah sakit, Arren akhirnya diperbolehkan pulang. Tidak ada tanda-tanda bahaya ataupun kontraindikasi dari pengobatan yang diterimanya. “Terima kasih, Dokter. Saya merasa lebih sehat,” ucap Arren setelah dokter mengunjunginya untuk kali terakhir. “Sama-sama, Nyonya. Saya senang Anda sudah berhasil membaik tanpa kesulitan.”Dokter Freddy dan Dokter Josh melepas Arren pergi dengan hati lega. Akhirnya, kekhawatiran mereka sirna. Arren benar-benar terbebas dari bahaya racun yang mengintai nyawanya. ***Dalam perjalanan pulang, Leon terus saja menatap Arren dengan perasaan tak menentu. Ia sungguh senang dengan kesembuhan istrinya namun ada suatu hal yang membuatnya merasa khawatir. “Kau yakin dengan rencanamu itu? Aku tidak tega padamu, Sayang!” sergah Leon yang tidak ingin mengundang bahaya lagi bagi istrinya. “Tidak ada cara lain. Kita pasti bisa, Sayang!” tegas Arren dengan tekad kuat. Leon menghela napas dalam-dalam. Ia tak bisa mencegah kekeraskepalaan s

  • Gairah Cinta Om Mafia   Bab 249 # Melenyapkan Nyonya!

    “Tuan! Anda salah dengar!” sergah perawat yang menahan lengan Leon agar tak melayangkan tinju ke arah sang dokter. “Apa?!” Leon menoleh ke arah si perawat. Ia sangat lelah dan tidak bisa lagi menolerir kesalahan dari pihak dokter yang membuat anak-anaknya akan terlahir cacat. “Salah dengar, Tuan!”“Ya, benar!”“Anak Anda baik-baik saja, Tuan.”Suara perawat dan dokter bersahut-sahutan. Leon menurunkan tinjunya dan memandang ke arah dokter Freddy yang tampaknya sedang menghela napas lega. “Katakan, Dokter! Apa yang terjadi pada istri dan anak-anakku?!” hardik Leon masih dalam keadaan penuh amarah. Sebelum sang dokter menjawab, suara Arren samar terdengar di balik punggung perawat yang ada di sisi ranjang. “On .…” panggilnya lirih. “Le—on ….” ulangnya, kali ini dengan suara yang lebih keras. “Arren!” Leon menyibak perawat-perawat yang menutupi keberadaan sang istri. “Arren!” Leon menghampiri Arren dengan berlinang air mata. “Kau … sudah sadar?” tanyanya sambil mengecul lembut keni

  • Gairah Cinta Om Mafia   Bab 248 # Anakku Cacat?

    Leon menggenggam tangan Arren dengan erat saat mereka bergegas menuju rumah sakit. Kecemasan dan kekhawatiran begitu dirasakannya. Entah mengapa, firasat Leon tidak enak. “Pak! Lebih cepat!” perintah Leon ketika melihat Arren semakin meringis kesakitan. Keringat dingin mulai mengucur dari dahi dan tubuhnya. Napas Arren tersengal-sengal. “Baik, Tuan!” Sopir segera mempercepat laju mobil dan sebisa mungkin menyeimbangkan kendaraan yang kian kencang. Ia benar-benar khawatir bahwa sang nona muda menderita sakit yang luar biasa. “Arren, bertahanlah,” pinta Leon sambil terus menenangkan Arren dengan pelukan dan genggaman tangannya. “Argh, Leon .…” Arren menggeram seakan menahan sakit yang teramat sangat pada dirinya. Tidak hanya di perut, tapi juga di sekujur tubuhnya. “Kita hampir sampai!” Sopir itu memberi aba-aba. Leon begitu cemas. Ia mengangguk dan bersiap untuk membawa Arren ke IGD begitu mereka sampai di rumah sakit sana. ***Akhirnya, setelah berkendara selama beberapa waktu,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status