Share

2 Menunggu!

Author: Chaerani T
last update Last Updated: 2022-08-16 14:15:24

Kabar bahagia sudah terdengar oleh Bagus, operasi batu ginjal sudah berhasil dilakukan dan Dokter sudah mengatakan jika ibu Rusi sedang masa pemulihan. Sejenak hatinya merasa lega, namun kegelisahan sedang menelusup hatinya, sudah satu hari ia berada di rumah sakit, dan masih tersisa waktu dua hari, menjelang pernikahannya bersama Nora.

"Aku harus menepati janjiku, demi ibu, aku rela melakukan apapun, asal membuat ibu tetap bersamaku!" ucapnya sambil memandang ke arah jendela ruangan ibu Rusi.

"Gus! Abah sudah selesai, sekarang giliran kamu yang solat!" seru abah Romli, ayah Bagus.

Bagus mengangguk, mereka bergantian untuk melakukan solat. Setelah selesai, Bagus memberanikan diri untuk mengatakan hal yang sebenarnya pada sang abah.

"Abah, aku ingin meminta doa restu!" ucap Bagus, sehingga sang abah datang menghampiri.

"Doa restu apa Nak?"

"Aku akan menikah dengan wanita pilihanku!" tutur Bagus, mencoba untuk menutupi alasannya.

"Wanita mana? Setahu ku, kau hanya mencintai Atun, anak lurah itu!"

"Maaf Abah, aku menyukai wanita lain!" imbuhnya.

"Siapa dia?" tanya abah Romli.

"Nona Nora, majikan baruku!" ucapnya dengan was-was.

Romli hanya bisa mengangguk, saat ini yang sedang ia pikirkan adalah kesembuhan sang istri yang harus bertahan menderita penyakit ginjal.

'Ini semua aku lakukan demi Ibu, tidak apa-apa, aku merelakan cintaku pada Atun, asalkan Ibu bisa operasi dan melanjutkan kehidupannya lagi!"

***

Nora sudah begitu percaya diri, ia terlihat cantik setelah di rias oleh pengantin, semua keluarga dan kerabatnya datang begitu juga teman-temannya dan pegawainya. Nora sudah siap untuk melakukan ijab qabul, sayangnya pria yang membawa uang 500 juta miliknya sesuai perjanjian belum muncul di acara pesta pernikahan.

"Kemana si Bagus? Apa Jangan-jangan dia mencoba menipuku?" tanyanya ragu.

Nora di landa panik, ia tidak tahu harus berbuat apa, impian menikah dengan Revan sudah sirna, kini ia harus menjadi korban penipuan akibat sang sopir tidak kembali sesuai janjinya.

"Bodohnya aku! Aku tidak mau menanggung malu, jika pernikahan ini gagal!" pungkasnya.

Dalam selebaran undangan, harusnya jarum jam menunjuk angka sembilan, Nora melaksanakan ijab qabul bersama mempelai pria.

Nora memutuskan untuk pergi ke luar, ia bertanya kepada Jaki kemana keberadaan Bagus saat ini.

"Saya tidak tahu Bu, setahu saya Bagus belum kembali dari kampung, kan ibunya operasi ginjal," seru Jaki memberitahu.

Nora semakin panik, hari pernikahannya menjadi hari penuh kesialan untuknya.

Sudah lebih dari dua jam Nora menunggu, kekesalannya memuncak karena Bagus benar-benar tidak datang.

"Kok mempelai pria nggak datang sih? Revan nggak mungkin kan meninggalkan kamu seperti ini?" tanya Dwi, sepupu Nora.

"Aku tidak menikah dengan Revan, kami sudah tidak memiliki hubungan sebagai seorang kekasih!" jelas Nora memberitahu, dan itu membuat semua orang yang mendengarnya merasa heran.

"Jadi kamu mau meng-halu? Kalau. memang sudah tidak bersama dengan Revan, untuk apa kamu menggelar ini semua? Bikin malu saja!" timpal Meta, ibu dari Dwi.

"Lebih baik kalian diam, dan silakan pergj jika kalian tidak mempercayai aku akan menikah hari ini!"

"Hey, keponakan sin*ing, kami sudah datang jauh-jauh, dan kamu malah mengusir kami? Wanita memyebalkan!" seru Meta, ia sudah merasa kesal dengan sikap Nora.

Nora memilih diam, kepalanya pusing, ia memilih untuk pergi ke kamarnya namun keseimbangannya menghilang sehingga tubuhnya tersungkur di lantai.

"Nona pingsan, tolong bawa ke kamar!" teriak Jaki, ia meminta para pegawai Nora yang lain.

"Halah, palingan hanya sandiwara saja! Biasa, dia kan ratu sejagad yang tidak tahu malu!" sindir Meta.

"Sudah Bu, kita disini ingin melihat Nora menikah, kenapa sikap Ibu tidak pernah berubah, cobalah bersikap baik di hadapan Nora!" tutur Witno, paman Nora.

"Ayah lupa, dia sudah pernah membuat kita malu! Biarkan saja, mungkin ini karma untuknya!" balas Meta dan berlalu pergi meninggalkan pesta keponakannya.

Semua orang merasa tertipu, mereka sudah jauh-jauh datang dan hanya menyaksikan Nora jatuh pingsan.

"Bagaimana ini, tubuh Nona panas?!" tanya Sora, asisten rumah tangga Nora.

"Saya bingung Sor, yang Nona cari itu si Bagus, bukan Pak Revan, apa jangan-jangan Nona berpacaran dengan Bagus?"

"Hus, ngawur kamu, Bagus kan pegawai baru, mana mungkin!" seru Sora, sesekali kedua tangannya memijit tangan bos besarnya.

"Ya sudah, aku akan menelepon Dokter saja!" usul Jaki, disambut anggukkan Sora.

Jaki turun ke lantai bawah, pak Penghulu datang menghampirinya.

"Apakah Bu Nora sudah sadar?" tanya pak Penghulu.

"Belum Pak, ini saya mau menghubungi Dokter dulu!" sahut Jaki.

"Oh ya sudah, karena sekarang mempelai prianya sudah datang dan saya membutuhkan saksi!" tutur pak Penghulu.

"Apa?" ucap Jaki tak percaya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Cinta Sopir Pribadi    53 Kembalilah Padaku

    Semalaman Nora tidak bisa tidur, menjelang acara ijab qabul ia hanya mampu berdoa agar semua pelaksanaan pernikahannya lancar. Namun satu hal yang membuatnya merasa aneh saat ini. Temy tidak mengabarinya sama sekali sejak kemarin, dan hanya Rion yang rela menjaga dan menunggunya sampai malam. Jemarinya mengusap layar ponsel, ia akan mencoba menghubungi Temy sekali lagi, dan lagi-lagi hanya suara operator wanita yang menjawab panggilannya. "Kemana kamu Tem?" Rasa takut dan cemas menjadi satu dalam lubuk hatinya. Pasrah karena sudah lelah menghubungi Temy, akhirnya rasa kantuk menghampirinya dan membuatnya terlelap pagi hari ini. Sementara itu di tempat lain, Bagus baru saja menyelesaikan solat subuhnya. Kemarin Temy sudah pergi, pria itu benar-benar pergi ke Korea dan menyerahkan segalanya pada Bagus. Pakaian pengantinnya yang berwarna putih begitu indah bagi Bagus. Sekilas, ia mengingat bagaimana pernikahannya bersama Nora dulu, pakaian seragam sopirnya. Ia hanya tersenyum kecil

  • Gairah Cinta Sopir Pribadi    52 Menjelang Pernikahan

    Pagi-pagi buta sekali Nora sudah bersiap untuk hari ini. Sudah tiga hari ini Nora tidak pergi ke rumah Temy. Ia terpaksa, karena dengan begini, ia bisa fokus pada Temy, calon suaminya. Dan dua hari lagi adalah hari pernikahannya bersama Temy, saat itu juga ia akan melepas statusnya sebagai seorang janda. Ia menatap dirinya di depan cermin, perlahan ia membuang napasnya. Walaupun Bagus hadir sebagai Rion, ia tidak mungkin meninggalkan Temy. Temy adalah pria yang selalu baik kepadanya, tiada salahnya jika ia pun berkorban demi membalas semua kebaikan Temy. Agenda hari ini adalah mencoba gaun pengantin di butik, dengan rancang desain terkenal. Temy sudah menyiapkan segalanya dengan cepat. Acara ijab qabul akan dilakukan di rumah Nora, dan Temy berjanji akan memberi kejutan pada pesta malam pernikahan mereka. Suara deru mobil terdengar jelas memasuki halaman. Nora bergegas untuk turun dan menemui Temy. Nora berlari ke pintu utama, di sana sudah terlihat Rion yang berdiri dengan tangan k

  • Gairah Cinta Sopir Pribadi    51 Melupakan Aku

    "Nora berhenti, dengarkan aku dulu!" teriak Temy. Nora terus berlari menjauh, ia tidak mau berhubungan kembali dengan Temy atau Bagus lagi. "Ini semua bisa kita bicarakan baik-baik, jangan pergi lagi Nora." Temy tidak putus asa, ia akan terus mengejar Nora dan tidak akan pernah membiarkannya menghilang. Nora berhenti dan napasnya tersengal, ia baru menyadari jika sudah berlari jauh sekali. Dan ia tampak terkejut melihat Temy tengah berlari mengejarnya. "Kenapa kamu mengikutiku?" Nora memandang kesal ke arah Temy, namun pria itu tetap tersenyum dan berjalan menghampirinya. "Aku ingin menjelaskan semuanya Nora! Maaf aku tidak memberitahumu sejak awal, tapi memang ia adalah adikku!""Kamu bohong, apa ini rencana kamu? Kamu mau membuat aku lebih tidak bisa melupakan dia?""Dengar dulu! Dia adikku Nora, bertahun-tahun kami berpisah. Apa kau lebih tega, membiarkan saudara kandungku terus menjadi orang lain, dia lupa siapa dirinya yang sebenarnya!"Nora terdiam, Temy pun terdiam."Kemba

  • Gairah Cinta Sopir Pribadi    50 Rion

    Seperti kata dokter, sesekali Bagus menginggau dan berteriak dalam tidak sadarkan diri. Temy rasa, Bagus sedang bermimpi tentang masa lalu, hingga terkadang ia harus diberi obat penenang oleh perawat yang menjaganya. Nora tidak pernah bosan untuk menghubungi Temy, sayangnya Temy belum siap menceritakan tentang Bagus kepada Nora. Jemari Bagus bergerak perlahan, kedua matanya terbuka perlahan. Terlihat jelas langit-langit kamar berwarna putih. Temy bangkit dari duduknya, menyambut suka cita Bagus sudah siuman. "Apa kau baik-baik saja?" tanya Temy, tak sabar. Bagus terdiam, ia menatap Temy dengan jelas. Senyumnya merekah, ia mengenali Temy dan berusaha bangun untuk melihat sekelilingnya. "Hati-hati!"Temy membantu Bagus, ia merasa bingung dengan sikap Bagus sesaat setelah siuman. "Dimana aku?" Bagus melihat ke sekelilingnya. "Kau di rumah sakit, kepalamu terbentur, dan kau merasakan sakit kepala yang begitu hebat, hingga membuatmu tidak sadarkan diri selama lima hari!""Kau tetap s

  • Gairah Cinta Sopir Pribadi    49 Doa untuk adikku

    Temy memejamkan kedua matanya, lalu menghembuskan napasnya kasar. Kedua bahunya bersandar pada daun pintu ruangan di mana Bagus tengah di periksa oleh dokter. Kini segalanya harus bisa ia terima jika takdir mempertemukannya dengan Bagus, adik kandung yang selalu ia cari sejak dulu. "Tak ku sangka jika kamu adikku! Bibi Rusi membohingiku, entah mengapa sebabnya!"Temy mengambil ponselnya, senyumnya mengembang seketika melihat gambar Nora yang terlihat bahagia di layar ponselnya. "Haruskah aku membiarkan Nora bersama Bagus? Padahal, hubungan ini sudah lama ku nantikan!"Air mata Temy menetes perlahan, ia hanya ingin berkumpul dengan orang-orang yang ia cintai. Sampai ia harus bisa menerima pria yang ia anggap sebagai penganggu hubungannya kini adalah adik yang sangat ia rindukan. "Pak Temy!"Mendengar seseorang memanggilnya, Temy segera menghapus air matanya dan berdiri menghadap dokter yang menangani Bagus. "Bagaimana dengan dia?""Tenang saja, keadaan kini membaik, dia merasakan sa

  • Gairah Cinta Sopir Pribadi    48 Kabar Bahagia

    Air matanya mengalir perlahan, memori indah bersama Bagus terulang jelas kini, ada rasa rindu menelusuk di dalam hatinya pada sang mantan suami. Air hujan perlahan membasahi gelapnya ibu kota malam ini. Lima jarinya menghapus air mata di pipi, dan tak lama senyum terukir ketika pria disebelahnya menatap penuh cinta. "Kau suka hujan Nora? Sejak tadi pagi sampai malam, kau tidak pernah lepas untuk melihat hujan deras ini!"Wanita berambut panjang itu menampilkan senyum manisnya. “Karena hujan mengingatkanku pada Bagus!” Suasana menjadi hening sekejap. "Nora, kamu melamun?""Oh, ya Tem! Aku menyukai hujan, terkadang cuacanya membuat hatiku tenang dan damai!"Temy mengangguk, secangkir cappucino ia berikan untuk calon istrinya. "Untukmu, supaya kau tetap hangat!""Terima kasih!"Nora tersenyum sipu, pandangannya menyelidik ke arah Temy, yang terlihat gagah dan berwibawa. Entah mengapa wajah dari dekatnya begitu persis dengan wajah Bagus. “Ayolah Nora, kau sudah berjanji untuk melupa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status