Share

bab3. Satu hal

Penulis: Rentya Karin
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-19 08:27:08

Pagi menyingsing pelan di langit Jakarta. Langit masih kelabu, seolah ikut menyimpan kegelisahan yang tersisa sejak malam tadi. Clarissa terbangun dari tidur yang tak nyenyak, tubuhnya menggigil meski selimut tebal sudah membungkusnya semalam. Di luar jendela vila, kabut menggantung rendah di antara pepohonan.

Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar mewah yang asing, dengan dinding-dinding putih bersih, aroma kayu manis samar, dan cahaya matahari yang mulai menembus tirai. Seharusnya ini seperti hotel bintang lima, tapi tidak, ini adalah penjara emas.

Clarissa duduk dan memeluk lututnya. Perasaannya kacau. Ia masih belum bisa mencerna semuanya. Bagaimana hidupnya berubah dalam hitungan jam. Dari sekadar sekretaris kantor ke dunia yang dipenuhi peluru, rahasia, dan pria seperti Leonardo De Luca.

Pria itu… terlalu dingin. Terlalu berbahaya. Tapi kenapa justru wajahnya yang pertama kali muncul di benak Clarissa saat membuka mata?

BRAK.

Pintu terbuka tiba-tiba. Clarissa tersentak dan refleks menarik selimut ke dada.

Leonardo berdiri di ambang pintu, mengenakan kemeja putih dan celana panjang hitam. Rapi. Berwibawa. Menyeramkan dan… menggoda. Tatapannya menyapu tubuh Clarissa yang masih duduk di tempat tidur.

"Kau masih hidup. Bagus," katanya datar. "Turun. Sarapan. Aku tak suka orang lemah."

Clarissa mengepalkan tangan. "Aku bukan tahananmu." Teriaknya marah.

Leonardo berjalan perlahan masuk, dengan langkah tenang namun mengintimidasi. "Sayangnya, sebelum aku bosan, kau tetap milikku."

"Milikmu?" Clarissa mendengus. "Kau pikir aku barang?"

Leonardo berhenti di hadapannya, membungkuk sedikit, mempertemukan pandangan mereka. "Tidak. Kau lebih dari itu. Kau... adalah teka-teki. Dan aku tak pernah meninggalkan teka-teki sebelum terpecahkan." Ucapnya pelan namun dingin. Clarissa tidak mengerti, namun sebelum ia berkata laki-laki itu sudah berbalik dan keluar tanpa kata lain.

Clarissa menggertakkan giginya. Amarah. Bingung. Dan ada sesuatu lagi... perasaan tak terjelaskan yang membuat jantungnya berdebar lebih cepat tiap kali pria itu menatapnya.

***

Beberapa menit kemudian

Clarissa duduk di meja makan panjang yang didominasi warna kayu gelap. Makanan tersaji lengkap, omelet, buah, roti panggang, dan teh hangat. Ia sama sekali tidak menyentuhnya.

Leonardo duduk di seberangnya, membaca koran sambil menyeruput espresso. Ia seperti pria biasa di pagi hari. Tapi Clarissa tahu, tangan itu bisa mencabut nyawa dalam satu tembakan.

"Kau bisa makan," katanya tanpa menoleh. "Aku tidak menaruh racun di situ. Setidaknya belum, karena aku masih ingin bermain-main denganmu."

Clarissa mendengus kesal mendengar ucapan pria dingin itu. "Lucu sekali."

Leonardo melipat koran, menatapnya dengan serius. "Aku akan bicara terus terang. Seseorang sedang mengincarmu. Bukan aku. Tapi orang lain, lebih gila dari aku. Namanya Lin Ji. Bos dari kelompok Triad yang sedang berebut wilayah Jakarta."

Clarissa meneguk ludah, sepertinya kali ini ia tidak bisa meremehkan ucapan laki-laki itu. "Bos Lin yang semalam? Kenapa mereka mengincarku?" tanyanya takut.

"Karena kamu melihat sesuatu. Dan... aku yakin kau menyimpan sesuatu." Leonardo mengeluarkan ponsel dari sakunya dan melemparnya ke atas meja. Layarnya memperlihatkan sebuah gambar, rekaman CCTV dari kejadian malam itu.

Di situ, Clarissa terekam jelas berdiri di ujung koridor saat tembakan dilepaskan.

"Kau bilang kau hanya ‘lewat’, tapi kenapa kau mengambil ponsel korban sebelum lari?" tanya Leonardo tajam.

Clarissa terdiam, wajahnya pucat. Tangannya gemetar.

"Aku... aku hanya... takut. Aku pikir, mungkin bisa kukasih ke polisi."

Leonardo tertawa pelan. "Polisi? Di dunia ini, polisi lebih takut padaku daripada pada hukum." Ucapnya dingin dan menakutkan.

Ia menyender santai pada kepala kursi, matanya masih menatap wajah Clarissa yang nampak cantik tanpa riasan. "Clarissa, dengarkan aku baik-baik. Kau sudah masuk ke dalam dunia yang tidak punya jalan keluar. Dan satu-satunya alasan kau masih bisa bernapas adalah karena aku belum bosan denganmu."

Kata-katanya mengiris seperti belati, membuat Clarissa langsung berdiri dengan tiba-tiba. "Kalau begitu, bunuh saja aku! Biar aku selesai dari semua ini!" ucapnya frustasi.

Leonardo menatapnya lagi. Dalam. Lama. Lalu berdiri, menghampiri, dan menarik lengan Clarissa dengan kasar tapi terkendali.

"Kau pikir aku belum pernah membunuh wanita sebelumnya? Tapi kenapa aku tak bisa melakukannya padamu, hah?!" bisiknya penuh kemarahan. "Karena sialnya... tiap kali kulihat matamu, aku lupa siapa aku." Bisiknya lagi terdengar berat.

Clarissa membeku. Ada ledakan emosi yang mengguncang mereka berdua. Ketegangan di antara mereka seperti bara dalam sekam. Dan saat Leonardo perlahan mendekatkan wajahnya, nyaris menyentuh bibir wanita itu, Clarissa hanya bisa menutup mata...

Tapi suara letusan pistol di luar Villa memecah semuanya.

DOOOR!

Anak buah Leonardo berteriak dari luar. "Mereka datang, Boss! Ada penembak dari sisi timur!"

Leonardo langsung menarik Clarissa, mendorongnya ke belakang dinding. Ia mencabut pistolnya, matanya berubah tajam, wajahnya kembali menjadi sosok Tuan Mafia yang mematikan.

"Kita akan bicara lagi nanti," katanya sambil melirik Clarissa, sebelum menghilang ke luar pintu.

Clarissa gemetar. Untuk pertama kalinya… bukan karena takut akan kematian, tapi karena ia baru menyadari satu hal, kepedulian Leo terhadap dirinya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gairah Cinta Tuan Mafia   bab6. Untuk pertama kalinya

    Clarissa berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya dalam gaun malam hitam sederhana namun elegan. Gaun itu tak terlalu terbuka, tapi tetap menonjolkan siluet tubuhnya dengan anggun. Rambutnya digerai, dan sepatu hak tinggi yang diberikan Leonardo terasa agak asing di kaki, seperti dunia tempat ia akan melangkah malam ini."Kau terlihat sangat cantik."Suara itu datang dari belakang. Leonardo muncul dalam setelan jas hitam rapi, dasi merah gelap, dan ekspresi penuh kekuasaan. Satu tatapannya cukup membuat siapa pun bertekuk lutut, termasuk Clarissa, jika ia tidak menguatkan hatinya."Jangan pikir pujianmu akan membuatku lupa siapa dirimu sebenarnya," sindir Clarissa datar.Leonardo hanya menyeringai kecil. "Aku tidak berharap kau lupa. Aku hanya ingin kau tahu bahwa mulai malam ini… dunia yang kau lihat bukan lagi dunia biasa." Tekan Leo yang hanya mendapat deheman pelan dari gadis itu. "Kita berangkat sekarang," ajak Leo sambil sambil menghentikan langkah kakinya. Clarissa me

  • Gairah Cinta Tuan Mafia   bab5 badai belum datang

    Hening. Hanya suara daun-daun bergesekan dan burung liar yang terdengar di tengah belantara. Rumah kayu di kaki gunung itu seperti terisolasi dari dunia, dan bagi Clarissa… ini seperti berada di ambang dua kutub, pelindung dan penculik, ketenangan dan bahaya.Pagi itu, Leonardo pergi sebentar untuk mengurus seseorang, yang entah artinya menginterogasi, menyuap, atau membunuh. Clarissa ditinggalkan dengan pesan pendek, "Jangan pergi ke mana pun. Aku akan tahu." Itu bukan hanya sekedar pesan biasa, melainkan sebuah ancaman. Tapi itu semua demi kebaikan dan keselamatan gadis itu. Di ruang tamu kecil yang hangat, Clarissa duduk sendiri dengan secangkir teh dan rasa gelisah yang tak kunjung reda. Matanya tertuju pada tas kecil miliknya yang sempat ia bawa dari kantor saat kejadian penembakan. Ia baru ingat satu hal, ia masih menyimpan ponsel milik korban, ponsel yang Leonardo pikir sudah hilang.Dengan tangan gemetar, Clarissa mengeluarkan ponsel itu dari saku rahasia tasnya. Layarnya sud

  • Gairah Cinta Tuan Mafia   bab4 cinta dan kehancuran

    Ledakan pertama terdengar begitu keras hingga kaca jendela vila retak. Clarissa menjerit kecil dan menunduk, tubuhnya gemetar hebat. Dia tak tahu siapa yang menyerang atau berapa banyak orang yang datang. Tapi dia tahu satu hal, Leonardo berada di luar sana, melawan sesuatu yang jauh lebih besar dari apa pun yang pernah Clarissa hadapi dalam hidupnya.Tembakan demi tembakan menggema di halaman depan vila. Raungan senapan mesin dan jeritan menyayat membuat udara pagi berubah jadi medan perang. Asap dan bau mesiu menyeruak lewat celah-celah pintu dan jendela.Clarissa merayap ke balik sofa, mencoba mengatur napasnya. Matanya menatap ke sekeliling ruangan, berharap menemukan sesuatu yang bisa ia gunakan untuk bertahan. Tapi tak ada. Yang ada hanya dirinya dan rasa takut yang membara.Tiba-tiba, suara pintu dibuka paksa dari luar. Seorang pria berbadan besar dengan wajah penuh tato masuk membawa pistol."Mereka bilang gadis itu harus di tangkap hidup-hidup!" serunya pada dua pria lain di

  • Gairah Cinta Tuan Mafia   bab3. Satu hal

    Pagi menyingsing pelan di langit Jakarta. Langit masih kelabu, seolah ikut menyimpan kegelisahan yang tersisa sejak malam tadi. Clarissa terbangun dari tidur yang tak nyenyak, tubuhnya menggigil meski selimut tebal sudah membungkusnya semalam. Di luar jendela vila, kabut menggantung rendah di antara pepohonan.Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar mewah yang asing, dengan dinding-dinding putih bersih, aroma kayu manis samar, dan cahaya matahari yang mulai menembus tirai. Seharusnya ini seperti hotel bintang lima, tapi tidak, ini adalah penjara emas.Clarissa duduk dan memeluk lututnya. Perasaannya kacau. Ia masih belum bisa mencerna semuanya. Bagaimana hidupnya berubah dalam hitungan jam. Dari sekadar sekretaris kantor ke dunia yang dipenuhi peluru, rahasia, dan pria seperti Leonardo De Luca.Pria itu… terlalu dingin. Terlalu berbahaya. Tapi kenapa justru wajahnya yang pertama kali muncul di benak Clarissa saat membuka mata?BRAK.Pintu terbuka tiba-tiba. Clarissa tersentak da

  • Gairah Cinta Tuan Mafia   bab2 ingin memilikimu

    𝘿𝙤𝙤𝙧.... 𝙙𝙤𝙤𝙧..... 𝙙𝙤𝙤𝙧𝙧.... Suara tembakan itu terdengar sangat jelas di luar gudang. Leonardo langsung berdiri. Wajahnya berubah dingin. Aura membunuh langsung menyelimuti seluruh ruangan itu. Leo menoleh pada anak buahnya yang muncul dari pintu samping. "Orang-orang Bos Lin datang. Mereka mengejar si saksi juga. Mereka tahu dia ada di sini," lapor pria itu cepat.Clarissa langsung menatap Leonardo dengan panik. "Siapa Bos Lin? Apa maksudnya mereka juga mengejarku?" tanya Clarissa dengan raut wajah yang terlihat khawatir, sekaligus takut. Belum juga selesai berurusan dengan Leo, malah muncul lagi orang yang mengejarnya. Sungguh sial sekali nasib wanita ini. Leo menarik pistol dari balik jaket kulitnya, lalu menoleh sebentar ke arah Clarissa. "Itu artinya... hidupmu sekarang lebih bergantung padaku daripada yang kau kira." Ucapnya sekilas memperlihatkan seringai kecil dari sudut bibirnya. Tanpa berpikir panjang, Leo menarik tangan Clarissa. "Ikut aku. Sekarang." Pin

  • Gairah Cinta Tuan Mafia   Bab1. Di culik

    Hujan mengguyur kota dengan deras saat Clarissa berjalan cepat menyusuri trotoar. Jaket tipis yang membalut tubuhnya tak cukup untuk menahan dinginnya malam. Sepatu haknya terendam genangan air, dan tas kecilnya terayun di bahunya. Namun, tak satu pun itu membuat langkahnya goyah. Ia harus kabur. Sebelum orang-orang itu menemukannya.Di balik kaca jendela mobil hitam yang berhenti tak jauh dari sana, seorang pria bertubuh tegap dan wajah dingin mengawasi setiap gerak Clarissa. Matanya tajam, penuh kuasa. Tak ada emosi terpancar di sana, selain rasa tertarik yang samar namun dalam."Temukan dia. Sekarang." Suaranya rendah dan dalam, cukup membuat seluruh anak buahnya langsung bergerak. Ia adalah Leonardo De Luca, pria berdarah campuran Italia-Indonesia, pemimpin keluarga mafia De Luca yang ditakuti dari Palermo hingga ke Jakarta.Clarissa baru saja menyaksikan pembunuhan yang tidak seharusnya ia lihat, dan sayangnya, yang dibunuh adalah klien besar dari De Luca Group. Ia hanya seorang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status