Renata menitikkan air mata, inilah dilema terbesar dalam hidupnya dimana dia harus memilih antara suami atau perasaan cinta dan nyaman terhadap atasannya."Aku sungguh bingung, kepalaku rasanya mau pecah mas, aku nggak tau harus bagaimana," kata Renata."Kamu sungguh mempersulit posisi aku mas, andaikan kamu mau mengerti," sambungnya."Aku nggak mempersulit posisi kamu sayang, tapi memang cinta ini sangat besar yang membuat aku nggak bisa jauh dari kamu," sahut Dion yang semakin mengerutkan pelukannya.Renata hanya diam tak tau lagi harus berkata apa, Andika dan Dion kini telah bersarang di hatinya yang membuatnya bingung memilih yang mana.Haruskah dia pilih keduanya? sehingga tidak ada dilema lagi tapi jelas itu tidak mungkin.Dion membalikan tubuh Renata, kemudian dia mengangkat dagunya, tangan Dion bergerak menyusuri bibir Renata yang membuatnya kecanduan.Ciuman tak dapat terelakkan lagi, dengan lembut Dion melumat bibir manis Renata.Inilah yang tidak bisa Renata tolak, sentuhan
Semenjak perusahaan dipegang anak pertamanya, pak Ferdi memutuskan untuk tinggal diluar negeri karena dengan begitu dia bisa sedikit melupakan kenangan istri dan anak keduanya yang telah pergi dari hidupnya.Kewajiban akan anak pertamanya telah selesai, dia sudah menikahkan anak pertamanya dan juga sudah mewariskan semua harta bendanya.Rencananya pak Ferdi ingin menghabiskan sisa hidupnya diluar negeri tapi seiring berjalannya waktu bayangan akan anak keduanya selalu datang yang selalu menuntunnya kembali ke tanah air ditambah lagi anak pertamanya yang tak kunjung memiliki keturunan.Tepat pukul tiga sore, Dion dan Renata baru kembali dari hotel, wajah mereka berdua nampak berseri-seri seakan tidak memiliki beban.Kebetulan sekali Jerry yang hendak keluar berpapasan dengan Dion di loby jadi dia meminta Dion untuk bicara sebentar."Saya masuk dulu pak." Renata ijin masuk lebih dulu."Iya silahkan."Dion berbicara sedikit formal mengingat ada beberapa staf di loby kantornya."Ada apa J
Andika menepuk pundak sang istri lalu pergi meninggalkan Renata yang mematung di tempatnya.Dengan mata yang membasah dia menatap punggung Andika yang pergi menjauh, dia tak tau harus bagaimana lagi agar semua kembali seperti semula."Maafkan aku mas," ucap Renata.Air mata Renata terus jatuh tanpa mau berhenti, dirinya terus menangis tanpa dia sadari waktu sudah menunjukan pukul delapan pagi yang artinya dia harus segera ke kantor.Di sisi lain, Dion yang sudah datang terlebih dahulu nampak heran karena Renata belum ada di mejanya."Kemana dia, kenapa belum datang," gumam Dion.Dion mulai mengerjakan pekerjaannya terlebih dahulu hingga satu jam kemudian dia baru sadar jika Renata masih belum datang. Dirinya yang panik mencoba menghubungi sang kekasih namun Renata tidak mengangkat panggilannya."Come on sayang, kamu dimana? kenapa belum datang." Dion bermonolog dengan dirinya sendiri.Tak ingin berperang dengan prasangka-prasangka buruk Dion memutuskan untuk pergi ke rumah Renata, dia
Berbeda dengan pak Ferdi, pak Rangga nampak tidak yakin jika Andika adalah anak yang dicari pak Ferdi tapi meksipun begitu dirinya tetap mencari info terkait Andika.Saat menyelidiki latar belakang Andika, pak Rangga sangat kaget karena Andika adalah suami dari sekertaris Dion."Astaga Dunia sempit sekali," gumam Pak Rangga.Selain itu pak Rangga juga menemukan fakta jika Andika bukan anak kandung dari kedua orang tuanya, karena menurut info kedua orang tua Andika tidak bisa memiliki keturunan."Apa mungkin dia Andika yang selama kami dicari?" gumam Pak Rangga.Pak Rangga terus mencari informasi bahkan beliau pergi ke desa dimana Andika dibesarkan tapi sayang rumah masa kecil Andika telah dijual sehingga dia tidak bisa menemukan petunjuk dari sana.Karena lelah pak Rangga memutuskan untuk pulang dan dia melaporkan sedikit info yang dia dapat kepada Pak Ferdi."Andika adalah suami sekertaris Tuan muda pak, selain itu Andika juga bukan anak kandung dari kedua orang tuanya," lapor pak Ra
"Apa yang harus aku lakukan Mir," tanya Renata.Mira menggenggam erat tangan Renata, dia ingin menenangkan temannya tersebut."Kalau saran aku mending kamu akhiri pernikahan kamu dengan Andika."Sontak Renata menatap Mira dengan tatapan yang tak biasa, dia merasa heran dengan Mira yang memintanya untuk berpisah dengan Andika."Kenapa bisa begitu? bukankah seharusnya hubunganku dengan Dion lah yang harus diakhiri," Protes Renata."Justru itu yang salah," tukas Mira.Renata semakin heran dan bingung, bukankah itu adalah pilihan yang benar? mengakhiri hubungan dengan Dion dan menjalani hidup dengan Andika seperti dulu."Hati Andika ibarat sebuah gelas, kamu telah menghancurkannya dan sampai kapanpun hati itu tidak akan kembali utuh seperti sedia kala," jelas Mira.Renata masih bingung dengan penjelasan Mira yang menurutnya ambigu."Maksudnya Mir?" tanya Renata."Kalau kamu mempertahankan pernikahan kamu, apa kamu yakin akan bahagia? apa kamu yakin Andika mau menerima kamu? setelah skanda
Andika mundur selangkah, matanya membola menatap Renata yang duduk sambil menangis.Mendengar kehamilan sang istri benar-benar membuat Andika shock berat."Istri saya hamil Dok?" tanya Andika dengan lirih."Iya istri anda hamil, untuk lebih jelasnya nanti kita akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan USG," jawab Dokter.Andika sangat bingung, seharusnya ini adalah berita yang bagus karena selama ini dia mengharapkan istrinya hamil tapi mengingat apa yang dilakukan sang istri membuat dia tidak tahu harus senang atau sebaliknya.Di dalam kandungan sang istri, entah itu benih milik siapa, milik dirinya atau milik Dion?Tak hanya Andika Dion juga nampak bingung, dia ingin sekali bertanggung jawab tapi apa anak yang dikandung Renata adalah miliknya?Renata yang melihat Andika dan Dion bingung tak kuasa menahan air matanya, mungkin ini pelajaran berharga bagi Renata karena sejatinya wanita tidak bisa berbagi tubuh dan cinta."Kalian tenang saja, aku tidak akan meminta pertanggungjawab
"Tapi bagaimana caranya Rangga, supaya kita bisa melakukan tes DNA tanpa sepengetahuan Andika?" tanya Pak Ferdi.Pak Rangga tersenyum, beliau sudah menemukan cara yang ampuh untuk bisa melakukan tes DNA tanpa Andika tau."Kita ambil saja sample rambutnya pak," jawab pak Rangga.Di jaman modern seperti ini apapun dari anggota tubuh bisa dijadikan sample untuk melakukan tes DNA.Pak Ferdi tersenyum, asistennya sungguh pintar sekali bahkan dia saja tidak berpikir ke arah sana.Pak Ferdi yang sudah penasaran meminta pak Rangga mengambil sample rambut milik Andika, kali ini Pak Rangga meminta Andika untuk mengantarnya ke rumah sakit tapi sebelumnya dia meminta Andika untuk merapikan rambutnya yang kelihatan acak acakan."Mari pak kita berangkat," ajak Andika.Sebelum berangkat pak Rangga meminta Andika untuk menunggu di mobil sedangkan dirinya pergi diam-diam ke kamar Andika, beliau ingin mengecek sisir milik Andika."Untung ada rambut yang ketinggalan di sisir," gumam Pak Rangga.Dengan h
Pak Ferdi duduk lemas di kursi kebesarannya saat pak Rangga memberikan amplop warna coklat. Air mata bahagia mengalir dari kedua matanya, akhirnya pria tua ini menemukan harta yang telah lama hilang. "Feeling aku nggak pernah salah Rangga, dari awal bertemu aku sudah merasakan sesuatu," kata Pak Ferdi. "Iya pak, selamat akhrinya anda bisa menemukan putra anda kembali," sahut Pak Rangga yang ikut senang. Pak Ferdi yang tidak sabar mengajak Pak Rangga untuk pergi ke rumah Andika, saat ini ingin sekali pak Ferdi memeluk Andika. "Pak, boleh saya memberi saran," kata Pak Rangga. Pak Ferdi mengerutkan alisnya beliau merasa heran dengan Pak Rangga yang tiba-tiba ingin memberinya saran. "Saran apa?" tanya Pak Ferdi. "Begini Pak, selama ini yang Andika tahu orang tuanya bukanlah anda, kalau anda langsung memberitahunya, saya takut kalau dia akan shock yang kemungkinan terburuknya dia tidak mau menemui anda lagi," jawab Pak Rangga. "Apa menurutmu aku harus diam saja dan tidak m