Share

29. Tidur tanpa bra?

Penulis: Harucchi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-28 13:50:02

Jam dinding yang digantung di ruang TV menunjukkan pukul sebelas. Suara detiknya memecah hening malam. Mengenakan baju tidur kebanggaan—kaos oblong tipis dan celana training panjang, Dimas berjalan keluar dari kamar, lalu menutup pintu sepelan mungkin.

Pandangannya menelisik ke arah dua pintu kamar di sebelah pintu kamarnya. Semuanya tampak tenang. Tak ada tanda-tanda pergerakan seperti seseorang akan membuka pintu kamar. Dia menunggu, barangkali akan ada seseorang yang keluar kamar.

Melintas di pikirannya pembicaraan dengan Karina beberapa saat lalu.

“Kamu serius Kar? Kita beberapa kali nyaris ketahuan loh.”

“Dimas, kita cuma hanya akan tidur. Aku janji. Aku cuma berharap, di hari ulang tahunku, aku nggak tidur sendirian.”

Mempertimbangkan harapan Karina, juga bahwa dia tak menyiapkan apa pun, maka Dimas setuju.

Malam ini, dia harus menahan segala godaan untuk tak menyentuh Karina berlebihan.

Cukup tidur di ranjang yang sama.

Di antara redup penerangan di koridor depan kamar, langka
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gairah Liar Ibu Kos Cantik   34. Pesona yang membutakan

    “Kenapa jadi emosi gitu sih, Dim? Baru diajak barbeque-an sama mantan, gimana diajak berumah tangga?” celetuk Jimmy, kontan saja mengundang lirikan sinis Dimas.Genta di seberang nyaris menyemburkan tawa. Agus bergegas menyenggolnya hingga tawanya lekas diredam menjadi deheman.Jujur, sejak Ghina datang, Dimas merasa sangat tak nyaman. Apalagi Jimmy heboh meledeknya bagai mak comblang bayaran. Bahkan ketika Ghina baru saja menaruh gelas kosongnya, Jimmy langsung menggoda ‘Dim, beliin lagi dong. Kasihan tuh Ghina kopinya udah habis.’“Gue balik duluan.” Dimas berdiri. “Woy, Dimas! Kok balik sih lo? Dimas!” Jimmy menyahut dengan suara keras.Dimas hanya terus melangkah, berpura-pura tak mendengar. Suara kendaraan yang berlalu lalang dan klakson yang bersahutan mengiringi langkah Dimas menyusuri trotoar. Tiba-tiba sebuah tangan menahan lengannya dari belakang.“Dimas!” Dimas menoleh, menemukan Ghina sudah berdiri di belakangnya.“Kenapa pulang?” tanyanya, nada suaranya menyiratkan kec

  • Gairah Liar Ibu Kos Cantik   33. Rencana tahun baruan

    Setelah satu minggu berlalu, Dimas akhirnya mulai menyesuaikan diri dengan ritme kerja di malam hari, dan tidur di siang hari. Sambil menatap bayangan diri pada cermin besar yang menyatu dengan lemari pakaian, Dimas memasukkan lengan ke dalam jaket berkerah andalannya. Malam ini, sesuai janji, Dimas akan pergi berkumpul dengan Genta, Agus dan Jimmy. Tujuannya kafe di depan MegaMart, jaraknya hanya lima belas menit berjalan kaki. Kabarnya, Genta sudah menempati kursi di sana. Jimmy akan menyusul setelah pulang dari meliput. Jadi, hanya Dimas dan Agus yang bertolak dari kosan. Bersama Agus, Dimas berjalan melewati gang yang tak terlalu sempit. Benaknya menghitung berapa jumlah sisa uang di dompetnya, dan berapa jumlah maksimal pengeluarannya untuk di kafe nanti. Dia masih harus bertahan setidaknya tiga minggu lagi sampai gaji pertamanya cair. Yang kebetulan, masuknya akan berbarengan dengan pembayaran aplikasi yang dia jual. Sepuluh miliar lebih akan masuk ke rekeningnya dala

  • Gairah Liar Ibu Kos Cantik   32. Ciee ciee!

    Ghina mengembangkan seringainya ketika menemukan pemandangan Annaya dan Karina yang sedang ribut di area dapur. “Nggak Annaya, kamu salah dengar. Kakak sebut ‘Mas’!” ucap Karina yang kini membalikkan bahu meninggalkan dapur. Annaya kemudian tampak bergegas mengejar Karina. “Masa sih? Kok aku dengarnya ‘Dimas’?” timpal Annaya. “Salah dengar kamu!” Karina mendongak. Seketika, pandangannya bertemu dengan Ghina. Wanita bernama Karina itu mematung, terperangah. Tangannya sedikit gemetar. Mungkin baginya waktu terhenti selama beberapa detik. Ghina sekuat mungkin menahan diri untuk tak mendengus sinis. ‘Makanya, Tante, kalau sudah menikah, jangan mengaku-ngaku pacar orang lain. Kaget kan?’ Ghina mengembangkan senyum sesopan mungkin. Sementara Annaya berlari menghampiri sambil menyahut. “Nah, Kak. Ini temanku yang tadi kubilang mau pinjam baju. Kakak ada nggak blus, kemeja atau tunik gitu? Kayaknya ukuran Kakak sama Ghina nggak jauh beda deh.” Annaya memindai penampilan Ka

  • Gairah Liar Ibu Kos Cantik   31. Insiden es kopi

    Alunan instrumen pengiring kafe terdengar sayup. Tak banyak orang yang duduk di kursi pengunjung pada siang hari begini. Di sudut ruangan di pinggir jendela, Ghina menyedot frapuccino-nya sesaat, kemudian lanjut mengetik cepat di laptop.Kantornya, sebuah perusahaan e-commerce besar memang memberlakukan sistem hybrid—sesekali kerja di rumah, sesekali kerja di kantor, dengan jadwal yang sudah ditentukan. Dan hari ini, adalah gilirannya mendapat jadwal work from home. Walau alih-alih bekerja dari rumah, dia memilih bekerja dari kafe, lebih produktif menurutnya.Ghina membuka satu tab berlatar hijau dan abu-abu di layar. Tampilan WA versi website itu menampilkan deretan chat. Pandangannya kini tertumbuk pada satu baris chat yang membuatnya termenung.[ Dimas, boleh ketemu nggak? ]Tangan Ghina kembali mengangkat gelas minumnya, menyedotnya sekilas. Tangannya mengerat lebih keras di badan gelas yang berembun itu. Chat yang dia kirim kemarin sore itu, walau sudah dibaca, tidak juga dibala

  • Gairah Liar Ibu Kos Cantik   30. Salah tebak

    Dimas menarik dirinya, menatap Karina dengan ketegangan menggantung pekat di wajah. Jantungnya menggebu ramai di dada. “Diimmasss!! Bangun Dim!! Pinjam jaket dong! Jaket gue nggak ada yang kering!” Tok! Tok! Tok! Panik, matanya melirik kaku ke sekitar, kepalanya berdenyut memikirkan bagaimana dia menyelamatkan diri. Lebih baik tetap diam di lantai satu atau bergegas naik dan mengarang cerita yang mendukung? “Dim bangun woy, bro! Gue masuk ya!” Jantung Dimas bagai diremas ketika Jimmy mengancam akan masuk. Gawatnya, Dimas lupa mengunci pintu kamar. Krrrieeettt!! Sialan. Dia benar-benar membuka pintu. “Eh, nggak ada orangnya. Udah bangun dia? Kemana?” suara Jimmy mengecil. Sejurus kemudian suaranya kembali lantang terdengar. “Dimaaasss!!” Tampaknya dia kembali melangkah keluar kamar. Beruntung, Jimmy bersuara saat berjalan. Dimas jadi bisa melacak keberadaannya. Arah suara itu ke bagian belakang—ruang cuci jemur. Gegas Dimas beranjak pergi dari dapur. “Aku na

  • Gairah Liar Ibu Kos Cantik   29. Tidur tanpa bra?

    Jam dinding yang digantung di ruang TV menunjukkan pukul sebelas. Suara detiknya memecah hening malam. Mengenakan baju tidur kebanggaan—kaos oblong tipis dan celana training panjang, Dimas berjalan keluar dari kamar, lalu menutup pintu sepelan mungkin.Pandangannya menelisik ke arah dua pintu kamar di sebelah pintu kamarnya. Semuanya tampak tenang. Tak ada tanda-tanda pergerakan seperti seseorang akan membuka pintu kamar. Dia menunggu, barangkali akan ada seseorang yang keluar kamar.Melintas di pikirannya pembicaraan dengan Karina beberapa saat lalu.“Kamu serius Kar? Kita beberapa kali nyaris ketahuan loh.”“Dimas, kita cuma hanya akan tidur. Aku janji. Aku cuma berharap, di hari ulang tahunku, aku nggak tidur sendirian.”Mempertimbangkan harapan Karina, juga bahwa dia tak menyiapkan apa pun, maka Dimas setuju.Malam ini, dia harus menahan segala godaan untuk tak menyentuh Karina berlebihan. Cukup tidur di ranjang yang sama.Di antara redup penerangan di koridor depan kamar, langka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status