Share

Bab 159

Penulis: kodav
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-07 14:14:40

Mayang kembali dari kamar mandi, jemarinya masih terasa sejuk dan basah bekas mencuci tangan.

Lana, dengan pipi memerah padam dan napas sedikit tak beraturan, meraih tangan Mayang yang dingin. Jeda singkat, mata Lana tanpa sengaja bertemu pandang dengan mata Vald, lalu tangannya yang gemetar lembut menuntun tangan Mayang, membawanya kembali ke posisi yang entah kenapa terasa begitu akrab bagi gadis polos itu. Jemari Mayang kini kembali menggenggam ‘milik’ Valdi yang sekali lagi mengeras.

"Begini, Mayang," bisik Lana, suaranya sedikit serak dan bergetar, kontras dengan ketenangan yang dia coba tampilkan, "pegangnya yang mantap. Nggak usah takut."

Mayang mengangguk patuh, matanya yang bening dan polos hanya fokus pada genggamannya. Dia mulai menggerakkan tangannya, mengikuti instruksi Lana, lalu tanpa sadar kembali ke ritme yang dia pelajari sendiri. Sensasi itu kembali datang; kehangatan yang merambat, kekerasan yang berdenyut kuat, dan getaran halus yang terasa begitu peka di ujung j
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Eko kurniawan Asfarianto
kok cuma 1 bab kak, up yg banyak kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 164

    Vina berdiri beberapa langkah di belakang kursi roda Valdi, punggungnya tegak, namun napasnya tiba-tiba terasa memberat. Pertanyaan Valdi, yang meluncur santai namun menghantam telak, masih menggema di benaknya.Apalagi diucapkan dengan tatapan mata Valdi yang intens dan penuh selidik, merobek benteng ‘ibu tiri’ yang susah payah Vina bangun. Status itu, yang seharusnya menjadi perisai pelindung, kini justru dipakai Valdi sebagai cambuk provokasi yang menggoda."Don't play around, Valdi," ujar Vina, berusaha keras mengendalikan getaran dalam suaranya. Tangan kanannya mengepal ringan di sisi tubuhnya. "We talk about your old man. Suamiku." Penekanan pada kata 'suamiku' adalah upaya terakhirnya untuk mengingatkan Valdi.Valdi tertawa pelan. Bukan tawa riang, melainkan tawa rendah yang sarat makna, membuat d

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 163

    Ada tamu? Siapa? Mayang semakin bingung. Tamu? Sekarang? Dengan kondisinya seperti ini? Kepolosan Mayang seperti perisai sekaligus kelemahan. Dia tidak mengerti akibat dari situasinya. Dia hanya tahu Valdi menyuruhnya melakukan sesuatu, dan setelah apa yang terjadi barusan, menolak terasa... tidak mungkin. Seperti ada kabel tak terlihat yang mengikatnya pada setiap perintah Valdi.Dengan langkah canggung, Mayang berjalan keluar kamar, jantungnya berdebar tak karuan. Setiap langkah terasa seperti pengumuman terbuka tentang ketiadaan pakaian dalamnya. Kaos V-neck itu mengikuti lekuk dadanya yang padat, rok mini tenisnya bergoyang sedikit di tiap langkah. Dia bisa merasakan hembusan udara di bagian bawah tubuhnya. Pipinya masih merona merah, bukan karena malu tapi sisa gairah yang belum sepenuhnya hilang.Di ruang tamu, Mayang menarik napas dalam sebelum memutar kenop pintu. Di hadapannya berdiri seorang wanita yang dilihatnya sekilas di rumah sakit beberapa waktu lalu. Wanita itu elegan

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 162

    Siang itu, matahari masih menggantung terik tapi sinarnya sudah mulai condong, memancarkan cahaya keemasan dari jendela kamar Valdi. Valdi duduk di kursi rodanya, Mayang mendorongnya pelan dari ruang makan menuju kamar. Di dalam kamar, ruangan terasa lebih sejuk dan remang-remang. Valdi mengarahkannya ke sisi ranjang. Mayang memarkirkan kursi roda di sana. Valdi memandang Mayang, matanya menyapu dari ujung kaki hingga ke wajahnya yang lugu."Om mau mandi?" tanya Mayang dengan nada polos, matanya mengerjap.Valdi mengangguk pelan, senyum tipis tersungging di bibirnya. Mayang menunduk sejenak, seperti sedang berpikir keras, keningnya berkerut lucu. "Kalau Mayang bantu Om mandi," katanya pelan, suaranya sedikit ragu, "nanti baju Mayang basah lagi, gimana ya?"Valdi tertawa kecil, suara rendah yang dalam. "Kalau gitu," katanya, nada suaranya merayu dengan kelembutan palsu, "bajunya dibuka aja."Mayang diam, pipinya mulai merona merah muda. Dia memain-mainkan ujung roknya. "Hmmm..." gumam

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 161

    “Maksudnya, mimpi apa?” Suara Valdi rendah, serak, seperti bisikan yang menggema di antara detak jantung mereka yang kian cepat. Lana tidak langsung menjawab. Pandangannya menerawang ke kejauhan, seolah menggali sesuatu yang terkubur dalam di balik mata indahnya. Napasnya ditarik pelan, membasahi bibir yang sedikit membengkak. Lalu, dengan suara yang nyaris tak terdengar, namun mengandung beban ribuan ton harapan dan keputusasaan:“Mimpi bebas. Mimpi punya hidup sendiri. Mimpi jadi pemeran utama… bukan figuran di mimpi orang lain.”Kalimat itu jatuh seperti tetes embun dingin di atas kulit yang panas, tenang tapi meresap jauh ke dalam.Valdi terdiam sejenak. Alisnya sedikit terangkat, senyum kecil terukir di sudut bibirnya yang tegas. Ia condongkan tubuhnya, memperpendek jarak di antara mereka kembali. Tangannya terulur, gerakan lambat, mengait dagu Lana dengan sentuhan yang sangat halus. Wajah Lana ditarik pelan, lembut, hingga napas mereka beradu. Mata Valdi menatap lurus ke dalam

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 160

    Seketika, bagian bawah tubuh Valdi bergerak sedikit. Gerakan kecil itu, ditambah dengan benda kokoh, tegang, dan berdenyut yang sedang "diterapi" di tangannya, membuat Mayang seolah tersadar dari rasa penasaran. Hasrat Mayang semakin terhanyut, milik Valdi itu seakan memanggilnya. Gairahnya yang memuncak sedari tadi membuatnya menyerah. Tanpa ada yang meminta, Mayang mencondongkan tubuhnya lebih dekat ke arah Valdi, membiarkan tubuhnya ikut berbaring. Matanya yang polos memandang ‘milik’ Valdi yang sudah sepenuhnya tegak, membesar, dan berdenyut di tangannya.Ia membuka bibir mungilnya, lalu memasukkan kepala batang Valdi ke dalam mulutnya. Dijilatinya ujung yang memerah itu, kemudian mulai menghisapnya perlahan. Gerakan pada tubuh Valdi yang terbaring di sebelahnya semakin terasa, membuat Mayang semakin bersemangat memberikan “terapi” terbaiknya..Entah dorongan kuat dari mana asalnya, tangan kanan Mayang perlahan turun, menyelinap di antara celana dalam tipisnya sendiri. Jemarinya m

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 159

    Mayang kembali dari kamar mandi, jemarinya masih terasa sejuk dan basah bekas mencuci tangan. Lana, dengan pipi memerah padam dan napas sedikit tak beraturan, meraih tangan Mayang yang dingin. Jeda singkat, mata Lana tanpa sengaja bertemu pandang dengan mata Vald, lalu tangannya yang gemetar lembut menuntun tangan Mayang, membawanya kembali ke posisi yang entah kenapa terasa begitu akrab bagi gadis polos itu. Jemari Mayang kini kembali menggenggam ‘milik’ Valdi yang sekali lagi mengeras."Begini, Mayang," bisik Lana, suaranya sedikit serak dan bergetar, kontras dengan ketenangan yang dia coba tampilkan, "pegangnya yang mantap. Nggak usah takut."Mayang mengangguk patuh, matanya yang bening dan polos hanya fokus pada genggamannya. Dia mulai menggerakkan tangannya, mengikuti instruksi Lana, lalu tanpa sadar kembali ke ritme yang dia pelajari sendiri. Sensasi itu kembali datang; kehangatan yang merambat, kekerasan yang berdenyut kuat, dan getaran halus yang terasa begitu peka di ujung j

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status