Home / Urban / Godaan Penghuni Kos Puteri / Cahya, Penghuni Baru x Belanja Bulanan

Share

Cahya, Penghuni Baru x Belanja Bulanan

Author: NomNom69
last update Last Updated: 2025-12-21 17:35:57

Matahari naik pelan, tapi anginnya masih adem. Raga duduk sendirian di ruang tamu rumah Tante Maya yang terpisah dari bangunan kosan di depan. Pintu rumah terbuka setengah, membiarkan udara masuk bercampur aroma kopi hitam di cangkirnya.

Televisi menyala sekedar agar tidak terlalu sepi. Raga lebih sibuk merokok, punggungnya bersandar malas di sofa, pikirannya entah ke mana.

Dari arah kamar, suara pintu terbuka terdengar.

Tante Maya keluar dengan rambut masih sedikit basah, mengenakan daster rumah yang sederhana. Handuk kecil melingkar di lehernya. Ia berhenti sejenak di ambang ruang tamu sebelum bicara.

“Kamu udah diinfoin nggak ama Laura?” tanya Tante Maya.

Raga menoleh, mengangkat alis sedikit.

“Soal temennya yang mau ngekos ya, Tan?” jawabnya.

“Iya,” kata Tante Maya sambil melangkah mendekat. “Katanya siang ini datengnya.”

Raga mengangguk pelan.

“Oh gitu. Iya, Tan.”

Tante Maya duduk di sofa di sebelah Raga. Jarak mereka dekat—cukup dekat untuk membuat Raga sed
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Curhatan Wulan x Cemburu

    Raga berdiri di atas bangku kecil, satu tangan menahan ujung wallpaper, tangan satunya lagi meratakan permukaannya dengan kain kering. Dinding kamar Rahma perlahan berubah, motifnya mulai rapi tanpa gelembung. Rahma sendiri berjongkok di lantai, sesekali menyerahkan lem sambil memperhatikan hasilnya. “Mas, kurang pas yang itu,” kata Rahma sambil menunjuk sudut dinding. “Bagian situ masih miring.” Raga menunduk sedikit, menggeser posisinya. “Iya, ini bentar. Kalo keburu kering malah susah.” Rahma berdiri, menyender ke lemari kecil di sudut kamar. Nada suaranya berubah lebih santai, seperti obrolan yang sengaja ditunggu momennya. “Mas Raga tau nggak,” katanya pelan, “Wulan kemarin cerita ke aku.” Raga terkekeh kecil tanpa menoleh. “Cerita apaan lagi itu anak.” “Katanya,” Rahma melanjutkan, “semenjak ada penghuni baru si Elistia itu, Mas lebih sering ngobrol sama dia.” Raga berhenti sebentar, lalu tertawa kecil sambil menggeleng. “Ya ngobrol kan wajar lah, Ma. Masa ak

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Kedekatan Raga & Elistia x Kecemburuan Wulan

    Sore itu saung terlihat lebih lengang dari biasanya. Matahari sudah condong, cahayanya masuk miring di sela-sela atap. Di sana cuma ada Laura dan Cahya. Laura duduk bersandar, sementara Cahya selonjor di bangku, satu tangan memegang camilan, satu lagi memegang ponsel. Suasana santai, nyaris tanpa suara selain angin dan dengung motor sesekali dari luar gerbang.. Langkah kaki terdengar mendekat. Raga muncul dari arah gerbang, kausnya sedikit lembap karena habis bantu-bantu Tante Maya. Begitu melihat saung, langkahnya melambat. “Ga,” panggil Laura lebih dulu. “Sini bentar.” Raga mendekat. “Kenapa, Ra?” Laura menggeser badannya sedikit, memberi ruang. “Kenalin nih, Cahya.” Cahya langsung duduk lebih tegak. Ia menurunkan camilannya, menatap Raga tanpa canggung. “Cahya.” “Raga,” balas Raga sambil tersenyum tipis. “Udah dapet kamar?” “Udah,” jawab Cahya santai. “Di samping kamar Laura.” “Oh iya?” Raga mengangguk pelan. “Enak lah gak perlu naik tangga ya.” Cahya terkekeh kecil.

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Cahya, Penghuni Baru x Belanja Bulanan

    Matahari naik pelan, tapi anginnya masih adem. Raga duduk sendirian di ruang tamu rumah Tante Maya yang terpisah dari bangunan kosan di depan. Pintu rumah terbuka setengah, membiarkan udara masuk bercampur aroma kopi hitam di cangkirnya. Televisi menyala sekedar agar tidak terlalu sepi. Raga lebih sibuk merokok, punggungnya bersandar malas di sofa, pikirannya entah ke mana. Dari arah kamar, suara pintu terbuka terdengar. Tante Maya keluar dengan rambut masih sedikit basah, mengenakan daster rumah yang sederhana. Handuk kecil melingkar di lehernya. Ia berhenti sejenak di ambang ruang tamu sebelum bicara. “Kamu udah diinfoin nggak ama Laura?” tanya Tante Maya. Raga menoleh, mengangkat alis sedikit. “Soal temennya yang mau ngekos ya, Tan?” jawabnya. “Iya,” kata Tante Maya sambil melangkah mendekat. “Katanya siang ini datengnya.” Raga mengangguk pelan. “Oh gitu. Iya, Tan.” Tante Maya duduk di sofa di sebelah Raga. Jarak mereka dekat—cukup dekat untuk membuat Raga sed

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Kehangatan Pertama Elistia x Penghuni Baru?

    "Kemana sih ini anak. Di rumah gak ada, di kosa juga gak ada." Ucap Laura dengan Nada sedikit kesal setelah cukup lama mencari Raga dari Rumah Tante Maya sampai seluruh kosan. Lalu Laura mengambil air dari dapur dan berjalan kembali menuju kamarnya. Disisi lain, Raga. "Gak perlu malu atau pura-pura, Mas." Ucap Elistia di sela sentuhan hangat mereka. "Aku bukan pura-pura, aku hanya memastikan apakah tadi cuma sekedar jebakan atau permintaan Mbak." Bisik Raga, yang kemudian menjatuhkan tubuh Elista ke ranjang. Elistia tersenyum, dan membiarkan Raga melepaskan kain penutup bawahnya hingga kebagian dalam. Tanpa menunggu perintah, Elistia memberikan jalan untuk Raga dapat bermain dengan kesenangan para Pria. "Uughh!!" Elistia melenguh menikmati setiap gerakan yang di berikan Raga. Raga membenamkan Wajahnya di sela jalur kenikmatan yang sengaja di buka untuk memberi akses sepenuhnya kepada Raga. Tanpa menyiakan sedetik pun Raga memulai permainan yang mungkin pertama kali di r

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Sentuhan Pertama Elistia

    "Pagi, Mas.." Sapa Rahma yang berjalan menghampirinya menuju dapur. Raga yang saat itu sednag merapihkan dapur lantai satu pun menoleh ke arah Rahma yang sudah berpakaian rapih. "Pagi, Ma. tumben agak siangan berangkatnya?" Tanya Raga yang menyadari Rahma baru keluar kamar saat sudah jam delapan lewat. Rahma berjalan ke arah galon untuk mengisi air ke dalam tumblernya yang sejak tadi ia pegang. "Iya nih Mas, soalnya mau langsung ke event kantor." "Eh Iya, Mas. Nanti bantu aku pasang wallpaper di kamarku yaa." Ucap Rahma sambil menutup kembali tumblernya yang sudah terisi air. Raga mengangguk, dan berkata. "Boleh, kapan mau di pasang?" "Hmmm.. Nanti malam? gimana?" Pinta Rahma. "Yaudah nanti malam ya." Kata Raga. Tak lama Rahma pun pamit untuk segera berangkat ke kantor. Ia menuju halaman kosan dan keluar gerbang. **** Menjelang siang, kosan sudah mulai sepi. Beberapa penghuni tidak berada di kosan, hanya ada Laura yang seperti biasa berada di kamarnya menonton drakor dan

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Elistia Penasaran x Godaan Awal

    “Haaaaahhh… makasih sayaang,” ucap Tante Maya dengan napas yang masih belum sepenuhnya teratur. “Kamu selalu tau caranya buat tante merasa puas.” Tubuhnya masih menempel, lengan itu belum mau lepas. Raga hanya tersenyum tipis, menatap langit-langit kamar yang temaram, membiarkan dada itu tetap menjadi sandaran. Ia tidak banyak bicara. Tangannya hanya bergerak pelan, menenangkan, seperti kebiasaan yang sudah terlalu sering dilakukan. Di kamar itu, semuanya kembali hening, hanya sisa kehangatan yang tertinggal di udara. Di sisi lain, di kamar Elistia. Malam pertama Elistia tidur di kosan baru itu terasa aneh—bukan karena tidak nyaman, tapi karena terlalu sunyi. Ia berbaring telentang beberapa saat, lalu berbalik duduk, meraih ponselnya saat layar menyala karena panggilan masuk. “Gimana disana, enak kan, Lis?” tanya Wina dari seberang telepon. “Yaa mayan sih enak,” jawab Elistia santai. “Depan kamar gue pas kayak saung gitu.” Ia bangkit dari ranjang, berjalan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status