Setelah pintu tertutup, Amel meraih ponsel dari atas meja kecil, yang terletak di samping tempat tidur. Ia ingin menghubungi ibunya, menceritakan niat buruk Bram terhadapnya. Tetapi Amel mengurungkan niat, mengigat kondisi ibunya yang sedang sakit saat ini.Saat Amel akan menaruh ponselnya! Tiba-tiba ada yang mengirimkan sebuah pesan."Malam Amel, kamu sibuk gak? Ke luar yuk, aku butuh teman curhat ini," ucap Amel sambil membaca pesan dari Bryan.Tanpa berpikir, Amel langsung menerima ajakan Bryan. Ia menemui pria tampan itu dengan menaiki taksi, Amel tidak mungkin meminta Lukas untuk mengantarnya, ia takut jika sopirnya itu melihat Bryan.Setibanya di sana, seorang waiters sudah menunggu di depan pintu. Wanita berseragam hitam itu, mengantar Amel ke ruangan VIP di mana tempat Bryan menunggunya."Maaf, sudah membuat kakak lama menunggu," ucap Amel sambil melangkah dari pintu.Bryan memutar kepala ke arah datangnya suara, ia tersenyum lebar melihat Amel sudah tiba. Bryan bangkit dari k
Keduanya masuk ke dalam kamar, setelah waktu menunjukkan pukul 1 malam. Amel berbaring di sisi kanan ranjang, sedangkan Bram di sisi kiri. Keduanya saling memunggungi dan berpura-pura tidur.Namun hingga pukul 3, Bram belum bisa tidur. Begitu juga dengan Amel, wanita cantik itu menyadari kalau Bram resah sejak tadi. Tapi Amel berpura-pura tidak tahu, ia hanya diam sambil menikmati gerakan Bram melalui tempat tidur.Bram memutar tubuh, dipandangnya Amel yang memunggunginya. Ia menghela napas, lalu menggeser tubuhnya untuk mendekati Amel."Amel, bisakah aku menyentuhmu," bisik Bram dengan lembut, sambil tangan kekarnya menarik pinggang Amel, untuk merapatkan tubuh keduanya."Hum...." jawab singkat Amel."Aku berjanji, pasti menjaganya," ucap Bram.Amel meluruskan tubuhnya, ia pasrah Bram membuka seluruh pakaian yang melekat di tubuh mungilnya. Ia menikmati setiap sentuhan dari prai tampan itu, mengizinkannya menggagahi seluruh bagian sensitif miliknya.Setelah bertempur selama 45 menit,
Akhirnya Tania menerima permohonan Amel, ia memintanya untuk datang ke suatu tempat, di mana ia menahan Maria dan Tia."Kamu bisa tinggal di rumah ini untuk selamanya. Tapi ingat! Jangan pernah menginjakkan kaki di Jakarta, apalagi sampai bertemu dengan Bram," ucap Tania kepada Amel."Iya, aku berjanji," jawab Amel sambil mengangguk."Bagus."Setelah mengatakan itu, Tania dan orang suruhannya segera pergi. Sedangkan Amel berusaha membuka ikatan Maria dan Tia, ia menyadarkan kedua wanita itu dengan bantuan air.Perlahan Maria dan Tia membuka mata, keduanya terkejut setelah melihat sekelilingnya berbeda."Di mana ini?" ucap Maria."Ibu, ibu," panggil Amel."Sayang, ini kamu?" tanya Maria dengan rasa tidak percaya, "Kita di mana?" lanjutnya sambil memutar mata, melihat setiap sudut dari ruangan itu.Amel berusaha menenangkan Maria dan Tia, setelah itu ia menceritakan apa yang terjadi. Hal itu membuat Maria mengingat segalanya."Itu artinya, kedua wanita itu adalah suruhan Tania. Mereka d
Waktu telah menunjukkan pukul 11 malam, tetapi Bram masih duduk di kursi kerajaannya. Pria tampan itu sama sekali tidak berniat untuk meninggalkan perusahaan Pratama Grup, jika Bryan tidak menghubunginya! Mungkin Bram tidak akan beranjak dari sana."Melepaskan Tania begitu saja! Oh tidak, aku harus memberinya pelajaran," ucap Bram kepada dirinya sendiri.Ia semakin menekan gas, melanjutkan mobilnya membelah jalan Ibu kota. Tidak disangka tiba-tiba seekor kucing melintas di depan, yang membuat Bram refleks menginjak rem.Seketika mobil mewah itu terguling bebas di tengah jalan, seketika itu juga Bram tidak sadarkan diri. Berita kecelakaan itu pun langsung memenuhi majalah bisnis dan televisi, hingga ke manca negara.Kesempatan itu pun tidak disia-siakan oleh Tania, ia segera kembali ke Indonesia dan berharap Bram tiada, agar semua harta warisan suaminya itu jatuh ke tangannya. Sedangkan di tempat lain, Amel merasa jantungnya tidak stabil. Bahkan Maria ikut cemas karena wajah Amel terl
Pagi ini Bram sudah diizinkan untuk pulang, pria tampan itu meminta Amel untuk ikut ke kediaman Wijaya. Tapi Amel menolaknya, ia memilih pulang ke Apartemen.Setibanya di kediaman Wijaya, Tania sudah menunggu di teras. Wanita cantik itu langsung bergegas menghampiri Bram yang baru turun dari mobil."Sayang, akhirnya kamu bisa pulang. Aku sangat khawatir dan merindukanmu." Tania memeluk Bram, sambil berpura-pura menagis."Aku juga merindukanmu," balas Bram, ia juga berpura-pura sama seperti yang dilakukan Tania.Tania menuntun Bram masuk ke dalam rumah, meminta pelayan untuk menyiapkan bubur yang sudah ia masak tadi. Dengan penuh semangat, Tania menyuapkan bubur ke mulut Bram, tetapi pria tampan itu menolak."Kenapa sayang?" tanya Tania dengan lembut."Aku tidak lapar, aku ingin istirahat," jawab Bram."Oh baiklah, aku akan mengantarmu ke kamar," ucap Tania sambil tersenyum.Bibirnya bisa tersenyum, tetapi raut wajahnya tidak bisa berbohong, di sana jelas terlihat kekecewaan yang begit
Setibanya di kediaman Wijaya, Amel melihat James sedang berbincang-bincang dengan Lukas di taman, sedangkan Tania di dapur. Wanita bertubuh tinggi itu memasak sesuatu, dibantu oleh pelayan."Wah, kamu masak apa?" tanya Bram.Ia berdiri di bibir pintu dapur, dengan posisi kedua tangan terlipat di dada."Sayang, kamu sudah pulang," balas Tania, "Ini, aku sedang membuat sup daging untuk kamu. Karena kamu baru sembuh! Jadi harus banyak makan agar tenaga kamu cepat pulih," lanjutnya."Terima kasih sayang," ucap Bram.Ia tersenyum kepada Tania, sambil berbisik dalam hati, "Tania, Tania, sejak kapan kamu peduli denganku? Sejak kapan kamu membuatkan makanan untukku dan Bryan? Kamu pikir aku tidak tahu, kalau sup itu adalah untuk James. Tapi enggak apa-apa, aku akan mengikuti permainan ini, sampai kamu menyesal seumur hidup." "Sayang, aku ke kamar dulu ya?" Bram bergegas meninggalkan dapur, melangkah menaiki anak tangga menuju ruang kerjanya yang terletak di lantai tiga.Di sana Bram menghubu
Suara dering ponsel membangunkan Amel di pagi hari. Lukas menghubunginya untuk memberitahu kalau Ibunya sudah tiba di Jakarta, dan saat ini dirawat di rumah sakit.Amel segera bangkit dari tempat tidur, bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, lalu meninggalkan Apartemen menuju rumah sakit tempat Ibunya dirawat.Setibanya di sana, Maria dirawat di ruang VIP. Tentu hal itu atas perintah dari Bram, yang membuat hati dan perasaan Amel semakin dalam kepada pria tampan itu."Ibu," panggil Amel, ia berlari ringan dari pintu menuju tempat tidur."Sayang, kamu sudah datang," sahut Maria, sambil membalas pelukan putrinya."Bagaimana keadaan Ibu? aku sangat mengkhawatirkan Ibu." Ame mengungkapkan perasaannya."Ibu tidak apa-apa sayang, kamu tidak perlu khawatir." Tentu Maria berkata demikian, ia tidak ingin putri kesayangannya itu terlalu mencemaskannya.Namun sesungguhnya, kondisi Maria saat ini sudah semakin parah. Tetapi ia berusaha kuat dan santai, untuk menutupinya dari Amel, b
Saat Bram kembali ke kediaman Wijaya, James sudah menunggu di ruang tamu."Kakak sudah pulang?" sapa James, saat melihat Bram muncul dari pintu utama."Apa kamu menungguku?" Bram melangkah menuju ruang tamu, duduk di sofa tepat di hadapan James."Iya, aku ingin membicarakan tentang tender waktu itu," jawab James, "Beberapa hari yang lalu, aku sudah mengajukan pinjaman. Mungkin dua atau tiga hari lagi dananya akan cair," lanjutnya."Benarkan? Woa...kamu memang benar-benar berubah," puji Bram dengan wajah meyakinkan, "Dalam bisnis, kita harus berani untuk mengambil tindakan. Menang atau kalah! Itu sudah resiko, yang penting kita harus nekat," lanjutnya."Iya, aku percaya kepada kakak. Aku ingin berhasil seperti kakak." James sangat yakin dengan Bram."Iya, kamu harus percaya kepadaku, jika kamu ingin berhasil dan memiliki perusahaan sendiri. Sebagai kakak sepupu, aku tidak mungkin menipumu." James benar-benar percaya dengan apa yang terucap dari mulut Bram, ia sama sekali tidak curiga.