MasukKeesokan paginya, suasana di mansion mewah Sean terasa hangat dan aman, kontras dengan kengerian yang mereka alami semalam.
Elyssa sudah terlihat jauh lebih segar dari semalam. Ia turun ke ruang makan dan menemukan Selena sudah duduk di sana, didampingi seorang perawat. Kaki Selena yang diperban diletakkan di atas kursi kecil.
"Selena! Bagaimana kakimu?" sapa Elyssa, langsung duduk di hadapan Selena.
Selena tersenyum tipis. "Udah mendingan, Kak. Perawat Sean bener-bener profesional. Aku mau berterima kasih padamu, Kak, karena sudah memaksa Sean untuk membawaku ke sini."
Keduanya mulai sarapan dengan makanan mewah yang disajikan oleh pelayan mansion.
Suasana di mansion itu berbeda dari hari-hari sebelumnya, di mana hanya ada Elyssa dan Sean berduaan. Sekarang sudah ramai orang. Ada pelayan, perawat, bahkan pasukan yang berjaga di luar.
"Kamu gak perlu berterima kasih sama aku, Selen. Toh, kamu udah nolongin aku. Kamu mempertaruhkan nyaw
Elyssa merespon dengan tarikan napas dalam, membuka sedikit bibirnya, mengizinkan Sean masuk lebih jauh.Ciuman itu kini berubah semakin menuntut, penuh gairah.Sean melepaskan ciumannya sebentar, dahinya menempel di dahi Elyssa. Mata mereka terbuka, menatap satu sama lain dengan napas terengah."Aku mencintaimu, Elyssa," bisik Sean, suaranya parau dan tulus.Mata Elyssa berkaca-kaca, namun senyumnya penuh kelegaan. "Aku juga mencintaimu, Mas."Sean tidak menunggu lebih lama. Ia pun kembali mencium Elyssa, kali ini dengan gairah yang lebih besar.Sambil terus berciuman, Sean mengangkat tubuh Elyssa dari sofa.Elyssa melingkarkan kakinya di pinggang Sean, membiarkan pria itu menggendongnya.Sean berjalan mundur, membawa Elyssa ke tepi ranjang besar di kamar hotel itu. Ia lalu meletakkan Elyssa dengan hati-hati di atas seprai sutra.Tubuh Sean kini menindih tubuh Elyssa, namun ia menopang berat badannya dengan kedua lengan agar tidak memberatkan wanitanya.Sean memutus ciuman, dan beral
Di sisi lain hotel, jauh dari kegaduhan keluarga Han, Elyssa dan Sean masih dalam posisi yang sama, duduk bersebelahan di sofa empuk kamar hotel mewah itu.Tepat setelah layar menampilkan Albert dan Howard yang diseret polisi, Sean dengan lembut mengambil i-Pad dari tangan Elyssa."Tontonannya sudah selesai, Sayang. Kita simpan iPad-nya ya," ujar Sean, suaranya tenang dan hangat.Elyssa mengangguk patuh. "Iya, Mas. Simpan aja." Matanya memancarkan rasa lega dan puas."Jadi, bagaimana tontonannya? Seru, gak?" tanya Sean sambil meletakkan gawai itu di meja samping.Sebuah senyum lebar dan tulus terukir di bibir Elyssa. "Seru banget, Mas. Makasih ya," katanya lalu menghamburkan pelukan erat di tubuh Sean.Sean langsung merangkulkan tangannya di pinggul ramping Elyssa, membalas pelukan itu tak kalah eratnya. "Sekarang kamu udah bener-bener aman, Sayang. Udah gak ada lagi yang bisa gangguin kamu.”Elyssa yang tadinya menenggelamkan kepalanya di dada bidang Sean, pun mendongak. Ia menatap S
"Aku mau bercerai, Howard," ulang Tatiana. Wajahnya terlihat tegar, meskipun hatinya sangat hancur.Kalimat itu, meskipun singkat, cukup untuk menghancurkan sisa-sisa kehormatan Keluarga Han yang masih ada. Howard langsung ambruk ke kursinya, seolah semua tulang di tubuhnya telah dicabut. Tubuhnya lunglai, matanya kosong. Ia kini kehilangan segalanya: kekuasaan, reputasi, dan istrinya— semuanya lenyap dalam satu waktu.Sementara Albert, yang masih berdiri di hadapan puluhan pasang mata, hanya bisa tertawa getir. Tawa itu terdengar serak, sebuah suara keputusasaan yang tragis, sebelum lututnya benar-benar menyerah. Tak lama, ia pun kembali ambruk di lantai marmer yang dingin.Para wartawan bereaksi seperti kawanan predator yang mencium darah. Mereka semakin gencar meliput, nekat bergerak maju mendekati area panggung dan memberondong Tatiana dengan pertanyaan bertubi-tubi."Bu Tatiana, tolong ceritakan sedikit tentang luka di wajah Anda!""Apa benar pelakunya adalah suami Anda sendiri,
"Dia orangnya! Ayahku sendirilah yang mengubahku menjadi monster! Dia selalu mengekangku dari kecil! Dia tidak pernah membebaskanku memilih jalan hidup sendiri, sampai aku pun tidak bisa menikahi wanita yang kucintai! Karena dialah aku terjebak dalam pernikahan ini! Kalian tidak akan pernah paham betapa memuakkannya harus berpura-pura mencintai seseorang!”Dengan gerakan kasar, Albert membuka jasnya, disusul dengan kemejanya. Ia lalu membalikkan badan, mempertontonkan bekas-bekas cambukan yang mengerikan di punggungnya, menjadi bukti bisu atas kekerasan yang ia terima dari Howard.“Lihat! Ini adalah salah satu bukti nyata kalau ayahku lebih monster dari diriku!"Para wartawan dengan gencar memotret luka-luka itu, menyajikan ke publik headline tentang monster yang diciptakan oleh monster.Melihat putranya meraung, Tatiana langsung meneteskan air mata.Sebagai seorang ibu, ia tak tega melihat putranya hancur dan mendapatkan penghakiman da
Para tamu, terutama ibu-ibu pejabat, mulai berteriak histeris. Mereka menutup mulut, menahan mual, menatap Albert— yang kini bukan lagi menantu keluarga terpandang, melainkan monster brutal di mata mereka.Albert terhuyung. Dadanya terasa nyeri, seolah baru saja dipukul keras. Ia hanya bisa melihat setiap kejahatannya terhampar, disaksikan oleh seluruh orang penting di ibukota.Kengerian di ruangan pun mencapai puncaknya.Sebagai klimaks dari acara ini, layar LED tiba-tiba menampilkan rekaman video yang bergoyang hebat, diambil dari ponsel Selena.Video itu menunjukkan adegan mengerikan di mana anak buah Albert menyeret Elyssa turun dari mobil lalu masuk ke dalam gedung terbengkalai.Di video itu juga terlihat jelas wajah Albert yang di-zoom oleh kamera, tampak tertawa penuh kemenangan.Setelahnya, rekaman itu pun berganti. Menampilkan wajah kacau Elyssa setelah ia bebas dari kurungan. Sorot matanya kosong, menampakkan trauma mendalam.
Para penjaga pun bergegas berlarian, berusaha mencapai audio utama yang berada di sudut belakang ballroom. Mereka akhirnya berhasil mematikan seluruh sound system yang ada.Namun, keheningan yang diharapkan tidak datang. Rekaman desahan itu terus mengalun, berasal dari arah atas.Howard mendongak, matanya liar menyapu puluhan speaker yang terpasang di langit-langit ruangan.Desahan eksplisit itu terus menyiksa telinga semua tamu VIP.Para penjaga tak tahu, bahwa Sean sudah menyambungkan bluetooth dari ponselnya ke speaker di langit-langit ruangan, memastikan rekaman itu menyebar sempurna dan tak bisa dihentikan semudah itu.Beberapa detik kemudian, suara desahan eksplisit itu akhirnya berhenti juga.Keheningan sesaat menyelimuti ballroom, di mana ratusan tamu bernapas lega sembari menggeleng kecil, sebelum akhirnya ketegangan kembali merayap.Howard hanya bisa menarik napas pendek hingga speaker langit-langit kembali menyajikan rekama







