“Yaudah kita pulang yuk, aku udah selesai.” Ajak Elang yang baru saja menghampiri Chacha. Wanita itu baru saja selesai makan malam dengan Andre di kantin.“Boleh.” Chacha langsung saja bangkit berdiri.“Maaf ngerepotin ya Lang, titip Chacha.” Kata Andre pada Elang.“Santai aja Kak, kayak sama orang asing aja. Yaudah kalau gitu kita pamit pulang, kalau ada apa-apa kabarin ya Kak.” Andre menganggukkan kepalanya. Elang dan Chacha berjalan meninggalkan Andre menuju parkiran. Tak butuh waktu lama untuk mereka sampai ke apartemen Elang.“Makasih ya, aku mandi duluan.” Chacha segera masuk ke dalam kamarnya tanpa menunggu jawaban dari Elang.Wanita itu segera masuk ke dalam kamar mandi dan membuka seluruh pakaiannya. Chacha menghidupkan shower dan membasahi tubuhnya. Pintu kamar mandi terbuka membuat Chacha kaget dan melihat Elang yang masuk tanpa menggunakan apapun. Kini Elang sama telanjangnya seperti Chacha.“Kamu mau ngapain?” Tanya Chacha panik.“Mau mandi jugalah.” Jawab Elang sambil te
Chacha terbangun dari tidurnya saat handphonenya berdering dari tadi. Wanita itu masih sangat mengantuk, bahkan Elang masih saja tidur di sampingnya. Wanita itu mengambil handphonenya di atas nakas dan melihat Andrew menghubunginya melalui panggilan video. Sudah pasti hal itu membuat Chacha sangat kaget, dengan cepat ia turun dari tempat tidur dan memakai bajunya.Wanita itu segera keluar dari kamar dengan membawa handphonenya. Chacha menutupi tubuhnya dengan benar bahkan memperbaiki penampilannya agar Andrew tak curiga padanya. Jantungnya berpacu dengan cepat, semoga saja Andrew tidak sadar ada sesuatu yang aneh dengannya. Ia juga berharap agar Elang jangan sampai bangun dari tidurnya dan sadar bahwa ia tak ada di samping pria itu.“Hallo,” Jawab Chacha dan tersenyum menerima panggilan video dari Andrew itu.“Kenapa kau sangat lama sekali mengangkat panggilanku?” Tanya Andrew.“Aku baru saja bangun tidur karena kau menghubun
Untung saja Chacha berpakaian dengan layak karena Andrew tadi menghubunginya. Tadinya Chacha takut Andrew menemukan sesuatu yang aneh ditubuhnya saat panggilan video, maka itu Chacha berpakaian cukup tertutup untuk ukuran di rumah saja. Dengan memakai kaos kebesaran dan celana pendek yang kaosnya menutupi lebih dari setengah paha Chacha.“Kamu kenapa kayak kelihatan kaget gitu? Kamu nggak senang aku datang?” Tanya Indira dengan pakaian rapi dan membawa kotak makanan.“Enggak, aku kaget aja dengan kamu yang tiba-tiba datang tanpa kasih tahu aku.” Indira berdecak.“Aku dari tadi udah hubungi kamu, tapi kamunya aja yang nggak jawab telepon aku. Mau sampai kapan kamu nahan aku di sini? Kamu nggak mau kasih aku masuk?” Tanya Indira lagi, akhirnya Elang sadar dan membuka pintu lebih lebar dan membiarkan Indira masuk.“Hai Indira, selamat pagi.” Sapa Chacha ramah begitu Indira masuk.“Hai Cha, udah bangun juga ternyata. Aku pikir kamu masih tidur, kalian kompak ya dua-duanya udah bangun.” Ka
Sesampainya di hotel Chacha mengirimkan pesan sebuah nomer kamar dan nama hotelnya agar Elang bisa mengirimkan barangnya. Wanita itu tak lagi menanggapi pesan yang dikirimkan Elang padanya. Chacha langsung saja menghapusnya setelah membacanya. Pintu tertutup, Andrew langsung saja menariknya menuju ranjang.Tanpa pikir panjang, Andrew langsung saja membuka pakaian Chacha dan menanggalkan pakaiannya juga. Chacha tahu ia tak lagi bisa menolak keinginan pria itu, karena sudah beberapa saat mereka tidak melakukannya. Untung saja ia bisa menahan Elang untuk tidak meninggalkan bekas ditubuhnya.Maka itu ia aman dan Andrew tidak tahu apa yang sudah dilakukannya di belakang Andrew selama ia berada di Indonesia. Andai saja Andrew tahu, maka hidupnya akan hancur. Andrew akan menyiksanya dan tidak akan memberi ampun padanya. Lagi pula saat ini ia juga sangat merindukan kekasihnya itu. Karena ini pertama kali bagi keduanya berpisah cukup lama setelah menjalin hubungan.&ldqu
“Hai, Kak Andre,” sapa Chacha pada Andre yang duduk di ruang tunggu.“Hai,” balas Andre ketika melihat adiknya datang dengan seorang pria bule yang ia tahu itu adalah kekasih adiknya. Andre sudah pernah bertemu dengan Andrew sebelumnya. “Hallo Andrew, apa kabar?” tanya Andre dengan ramah.“Hai Andre, kabarku baik. Bagaimana denganmu?” tanya pria itu balik.“Kabarku juga baik,” jawab Andre.“Bagaimana keadaan Bryan apakah ada perkembangan?” tanya Andrew lagi.“Belum, kita berharap dia bisa segera kembali,”“Bagaimana jika Bryan dibawa ke tempatku? Aku tahu dokter terbaik di sana, kupikir dia bisa segera sembuh jika dibawa ke sana. Aku yang akan menjamin semuanya, kau tak perlu memikirkan banyak hal. Aku yang akan menanggungnya, keluarga Chacha akan menjadi keluargaku juga,” Chacha senang mendengar hal itu.“Tidak perlu Andrew, terima k
“Aku tak percaya apapun, aku hanya percaya pada bukti yang kutemukan. Menjauhlah, jika kau memang tak takut,” Chacha melangkah mundur, ia takut terkena amarah dari Andrew.Pria itu memeriksa handphone Chacha, sedangkan wanita itu berharap bahwa Andrew tak menemukan apa-apa dari handphonenya. Setelah itu Andrew melempar handphone Chacha ke atas ranjang dan menatap Chacha dengan tajam membuat wanita itu takut.“Buka pakaianmu,” desis Andrew membuat Chacha mendongakkan kepalanya menatap Andrew.“Kau ingin memeriksaku? Kau tak percaya padaku? Aku melakukannya hanya denganmu, bahkan sampai tadi kau lupa?” tanya Chacha.“Bukalah atau aku akan menariknya paksa!” desis Andrew lagi membuat Chacha akhirnya tak bisa melawan. Wanita itu mulai meloloskan pakaian yang digunakannya satu persatu. “Buka semua sampai kau tak menggunakan apa-apa,” kata Andrew lagi. Chacha menuruti perkataan Andrew dan membuka semua
Pria itu kaget saat menemukan Chacha tak menggunakan apapun di balik pintu. Mata pria itu langsung saja berubah dan Elang tak bisa pungkiri bahwa ia sangat bergairah melihat Chacha saat ini. Namun saat melihat tubuh telanjang Chacha, kening pria itu mengernyitkan.“Kamu kenapa bisa sampai kayak gini? Ini semua kenapa?” tanya Elang khawatir sambil menyentuh setiap bercak merah bahkan luka yang ada di tubuh Chacha.“Menurut kamu aja kenapa?” tanya Chacha balik. “Kamu kenapa berani datang ke sini? Gimana kalau Andrew sampai tahu? Lebih baik kamu keluar sekarang.” Chacha saat ini lebih takut Andrew datang dan tahu keberadaan Elang saat ini. Sudah cukup Andrew menghukumnya tadi malam dan lukanya masih ada sampai sekarang.“Kamu tenang aja, Andrew masih lama di rumah sakit. Tadi aku yang lihat sendiri dia baru pergi ke sana. Apa ini semua perbuatan Andrew?” tanya Elang memastikan.“Menurutmu siapa yang bisa
“Kau yakin tak ada lagi barangmu yang tertinggal?” tanya Andrew memastikan pada Chacha.Wanita itu hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Kini keduanya sudah dalam perjalanan menuju bandara, Chacha melihat keluar jendela dan mengabaikan Andrew. Pria itu tahu jika Chacha masih saja kesal padanya karena memaksanya untuk pulang bersamanya.“Aku bisa mengirimkan Bryan ke Paris nanti untuk bersama kita, jika kau mau. Kalau kau merindukan mereka, kita bisa meminta mereka untuk datang. Kita juga bisa datang membawa anak-anak, bukankah kita sudah janji kepada mereka untuk membawa mereka pada keluargamu?” Andrew berusaha membujuk Chacha saat ini agar tak marah padanya.“Ya terserahmu saja, aku tak bisa memberikan pendapat karena semua keputusan ada padamu bukan?” Chacha hanya menatap Andrew sekilas membuat pria itu menghela napasnya panjang. Andrew menarik Chacha ke dalam pelukannya dan wanita itu hanya bisa pasrah saat Andrew