Setelah melepas paksa tangan Romi, kini papa Hasan mengusir menantunya tersebut. "Pergi dari sini!"Papa Rey dan juga mama Riri yang berdiri di belakang sang putra, tidak mengatakan apapun. Bagi keduanya, apa yang dilakukan papa Hasan, wajar. Karena memang putranya tersebut salah besar."Pa, aku mohon. Maafkan aku," Pinta Romi dengan kesadaran penuh. "Aku ingin memperbaiki hubungan aku dengan Devi," ucapnya.Papa Hasan kini memilih diam, sampai akhirnya mama Hani mendekat Setelah mendengar keributan."Romi." ucap mama Hani, melihat keberadaan sang menantu. Lalu menatap pada mama Riri dan juga papa Rey berganti.Romi mendekati mama mertuanya tersebut. "Maafkan aku, Ma." Romi kembali berlutut, sekarang di hadapan mama Hani. "Maafkan aku, setelah apa yang aku lakukan pada Devi." mohon Romi.Mama Hani yang sudah tahu, jika Romi terpengaruh oleh mantra sihir dari perempuan itu. Kini meminta Romi untuk bangun. "Bangunlah, untuk apa kamu seperti ini." ucapnya sambil menarik satu tangan Romi.
Devi hanya melirik sekilas pada Romi, tanpa menjawab pertanyaannya. Lalu melangkahkan kakinya kembali yang sempat terhenti karena kehadiran Romi yang mengsejajarkan langkahnya.Romi mengikuti langkah Devi, lebih dari dua jam ia menunggu Devi keluar dari ruang perawatan Lili. Tentu saja ia tidak ingin kehilangan kesempatan untuk berbincang dengan istrinya tersebut."Aku akan mengantar kamu." ucap Romi terus mengikuti langkah Devi.Devi tetap diam dan terus melangkah keluar dari rumah sakit. Harusnya ia menunggu taksi online yang di pesannya tepat di lobi rumah sakit.Tapi demi menghindari Romi, Devi terus melangkah dan membatalkan taksi online yang telah di pesannya. Dan memilih mencari taksi di depan rumah sakit, sepertinya ide yang bagus agar Romi tidak menunggunya."Vi, aku ingin bicara sebentar saja dengan kamu." pinta Romi tanpa menghentikan langkahnya."Tidak ada yang perlu kita bicarakan." sahut Devi, akhirnya membuka mulut. "Tentu saja ada Vi, kita masih suami istri. Apapun ma
Romi terus menatap pada Devi, dimana istrinya tersebut terus memalingkan wajahnya ketika melihat kehadirannya.Tentu saja Devi akan memalingkan wajahnya, karena ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk melupakan Romi. Meskipun itu akan sulit bayi Devi, karena cintanya yang begitu besar pada pria yang masih menyandang status sebagai suaminya itu.Romi mengalihkan tatapannya pada perut Devi yang mulai membuncit, karena jaraknya berdiri tidak jauh dari Devi, membuat satu tangan Romi refleks mengelus perut sang istri.Mendapat sentuhan tiba-tiba dari tangan Romi, membuat Devi langsung menampik tangan suaminya tersebut. "Jangan sentuh aku!" tegas Devi, dan akhirnya menatap pada Romi. "Vi, bayi yang kamu kandung juga bayiku." kata Romi, dan ingin mengelus perut Devi kembali.Tapi dengan segera Devi memundurkan langkah untuk menjauh dari Romi."Bayi ini bayiku." Ucap Devi sambil mengelus perutnya.Romi menatap pada Devi dengan intens, membuat Devi langsung memalingkan wajahnya."Aku mem
Mama Feli dan juga Lio berbincang berdua di sofa.Sebelum sang putra menanyakan kenapa ia bisa mengetahui, jika Lona yang berada di balik semua kejadian yang hampir saja mencelakai Lili. Mama Feli segera memberi tahu, dari mana dirinya tahu."Bela, mama tahu dari Bela. Dan dia juga menyerahkan beberapa bukti yang kini sudah berada di kantor polisi." Mama Feli menyebut nama perempuan yang masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Rumah sakit yang sama, dengan rumah sakit dimana Lili sang menantu berada.Lio menautkan kening. "Bela?" tanyanya."Iya dia yang memberi tahu. Semalam mama menjenguk dia, dan dia mengatakan Luna menyuruh orang bayaran untuk menghabisi Lili, dan dia juga menunjukkan bukti, dari foto dan juga beberapa video yang kini berada di kantor polisi untuk jadi bukti.""Pasti dia juga terlibat." kata Lio, yang masih tidak percaya dengan Bela."Kamu bicara apa hah? Kalau dia terlibat, untuk apa dia sampai mengorbankan diri,""Bisa saja untuk menutupi kedoknya Ma, pokok
Mama Feli berdiri dengan tubuh tegang, kedua tangannya refleks menahan pot bunga yang diangkat Luna tinggi-tinggi, yang siap dihantamkan ke kepalanya. Aura amarah Luna begitu pekat, hingga udara di teras rumahnya terasa mencekam. Sejak awal, mama Feli sudah menduga bahwa perempuan yang pernah menjadi menantunya itu akan bertindak nekat padanya.Mama Feli tanpa ragu mendorong benda berat itu yang masih berada di kedua tangan Luna."Dasar perempuan iblis!" bentak mama Feli. "Menyesal dulu aku mengizinkan putraku menikah sama kamu! Dan untung saja Lio sudah bersama Lili sekarang!" Mama Feli terus bersyukur, sekarang sang putra sudah bersama perempuan yang tepat.Dorongan keras mama Feli membuat pot batu itu terjatuh dan tanpa sengaja menimpa salah satu kaki Luna ketika ia ikut tersungkur ke lantai. Benturan keras membuat suara gedebuk terdengar jelas, disusul ringisan nyeri dari mulut Luna."Awwww! Sakit!" pekiknya.Namun, mama Feli sama sekali tidak menunjukkan empati. Ia berdiri di de
Lio terus menasihati Romi, berharap sahabatnya tersebut akan sadar."Tinggalin dia, dan balik ke Devi. Itu pilihan terbaik untukmu, sebelum Devi benar-benar mengajukan gugatan perceraian." ujar Lio.Romi yang sudah duduk di sofa, langsung menggelengkan kepalanya. "Aku tidak bisa."Lio melotot mendengar apa yang sahabatnya tersebut katakan, lalu memukul kepalanya dengan keras.Plak!"Tolol di pelihara!" Lio benar-benar kesal. "Aku tetep ingin bersama dengan Lona." Kata Romi yang memang masih terpengaruh mantra sihir dari Wilona, dan apapun yang telah Wilona lakukan. Tetap saja bagi Romi itu hal biasa.Lio menggelengkan kepalanya, ingin sekali ia memukul kepala Romi lagi, tapi ia takut membuat sahabatnya tersebut gegar otak."Bodoh bin Tolol!" seru Lio."Aku hanya butuh kerjaan, kalau aku punya uang. Lona pasti kembali padaku, Li." "Itu namanya dia cuma butuh uang kamu tolol. Bukan mau kamu," sahut Lio sambil menahan emosinya."Tapi hidup memang memerlukan uang.""Terserah kamu!" Lio