Se connecter"Ojel."
Nozela yang tengah berjalan bersama Thalia dan Leon menoleh saat mendengar suara sahabatnya. Wiliam sedikit berlari sambil membawa sesuatu ditangannya. "Buat lo." Ucapnya sambil memberikan paper bag kepada Nozela. Lego dan Archen hanya tersenyum jahil melihat sahabatnya rela jauh-jauh dari fakultas teknik menuju fakultas ekonomi hanya untuk memberikan buah untuk Nozela. Nozela tersenyum senang, dia menerimanya. "Makacih Liam." Nozela membuka paperbag itu, dia melihat banyak buah kelengkeng didalamnya. Dia merentangkan tangannya lalu memeluk tubuh William, Nozela senang karena William masih ingat buah kesukaannya. "Habis ini gue pinjem PS5 punya lo, buat main di apart sama mereka." Tunjuk William pada kedua temannya. Nozela melepaskan pelukannya, dia mencebikkan bibirnya. "Pamrih banget." Leon menatap tak suka pada William yang menurutnya teralu bebas pada Nozela padahal dia sudah memiliki kekasih. Dia samping Nozela, Thalia memperhatikan perubahan wajah Leon saat William datang. "WILLIAM." "Mampus lo Liam." Ucap Lego. William menoleh saat kekasihnya datang menghampirinya. Clarissa langsung merangkul lengan William dengan mesra di depan teman kekasihnya. "Jadi ke kantin?" Tanya Leon pada Nozela. Nozela mengangguk. "Jadi." "Liam, gue ke kantin dulu. Makasih loh kelengkengnya." Leon mengandeng tangan Nozela lalu mengajaknya pergi, Thalia mengikuti mereka dari belakang. Melihat kepergian sahabatnya, William juga mengajak Clarissa pergi dari sana. Sampai di kantin, Leon memesan tiga piring nasi goreng. Dia juga memesan air putih untuk Nozela. "Nanti lo free nggak?" Nozela tampak berpikir-pikir dulu sebelum menjawab. "Free sih. Emang kenapa Le?" "Temenin gue kerja, cuma sebentar sih dua jam doang. Bisa?" Nozela menatap Leon dengan mata berbinar. "Boleh?" Leon mengangguk. "Boleh dong." "Emang lo udah ngerjain tugas Prof Darma Zel?" Tanya Thalia. "Tinggal dikit sih." Jawab Nozela. "Deadlinenya kan besok." "Nanti gue bantu kerjain kalo udah selesai pemotretan." Ucap Leon pada Nozela. Thalia hanya mengangguk, tak lama pesanan mereka datang. Mereka langsung memakan nasi goreng seafood sambil ngobrol ringan. Hanya Nozela dan Leon yang asik berbicara, sedangkan Thalia hanya menyimak pembicaraan mereka. "Tapi gue bawa mobil sendiri Le. Gimana dong?" Leon menatap Thalia yang duduk di depannya. "Lo bisa bawa mobil Tha." Thalia menggelengkan kepalanya. "Enggak. Lo ngejek gue ya?" Leon tertawa kecil. "Kan gue nggak tahu, makanya gue tanya." "O atau nggak gini aja, gue suruh Liam bawa aja mobilnya." Ucap Nozela. Leon menatap gadis yang dia sukai. "Lagi-lagi Liam." Batinnya. Nozela segera mengirim pesan pada William untuk membawa mobilnya, setelah itu dia kembali melanjutkan makannya. Siangnya, kelas Nozela selesai pukul dua. Sesuai janjinya dengan Leon tadi dia akan menemani Leon untuk pemotretan cover majalah. Dia masuk de dalam mobil sport milik Leon. "Kenapa?" Tanya Nozela saat Leon menatap lama wajahnya. "Ada sesuatu di wajah gue ya Le?" Buru-buru Nozela mengambil ponselnya untuk melihat wajahnya, dia tak ingin membuat Leon ilfeel padanya. "Nggak ada apa-apa kok diwajah lo." Ucap Leon sambil menghentikan pergerakan tangan Nozela. Nozela mengerutkan keningnya. "Terus, kenapa lo lihatinnya gitu banget? Gue kira-" "Lo cantik Zel, dan gue suka." Nozela terdiam sebentar dengan mulut sedikit terbuka, dia terkejut dengan pernyataan Leon barusan. Selama mereka dekat, Leon tak pernah mengatakan perasaannya pada Nozela, tapi kali ini berbeda. "Le." "Gue suka sama lo Zel." Ucap Leon dengan serius. "Lo mau kan jadi pacar gue?" Nozela seperti kesulitan bernafas, dia mengerjabkan matanya beberapa kali mencoba menyadarkan dirinya sendiri. "Gue nggak mimpi kan?" Gumamnya. Plak! "Aww." Pekik Nozela saat dengan sengaja menampar pipinya sendiri. Leon terkekeh kecil, dia memegang tangan Nozela lalu mengelus pipinya. "Lo nggak mimpi Zel, gue emang mau lo jadi pacar gue. Gimana? Mau nggak?" Nozela berdehem beberapa kali untuk menghilangkan rasa gugupnya, sebenarnya dia juga suka denga Leon. Siapa sih yang nggak jatuh cinta sama bintang kampus, berprofesi sebagai model lagi. Sekuat mungkin Nozela menahan senyumnya, dia menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya yang pasti sudah memerah. "Nggak harus dijawab sekarang kok, kapan lo siap aja. Gue bisa nunggu." Nozela memejamkan matanya, tak lama dia mengangguk. Leon yang melihatnya merasa gemas sendiri. "Apa Zel, kok ngangguk aja." "Iya, gue mau." Ucap Nozela lirih. Leon mencondongkan tubuhnya ke Nozela. "Gimana gimana, gue nggak denger." Nozela mendongak menatap wajah Leon yang menggodanya. "Iya, gue mau jadi pacar lo." Leon melebarkan senyumnya, dia tak tahan melihat wajah Nozela yang malu-malu. Dia pun segera membawa Nozela ke dalam pelukannya. "Makasih ya Zel." Nozela membalas pelukan pacar barunya itu. "Sama-sama Le." Ting. Terdengar suara ponsel berdenting, Leon melepaskan pelukannya lalu merogoh ponsel dari saku celanannya. Ternyata managernya yang mengirim pesan. "Kita berangkat sekarang ya, manager gue udah chat suruh ke sana sekarang." Nozela mengangguk, saat hendak memasang seatbelt tangannya kalah cepat dengan Leon. Sambil menatap wajah Nozela, Leon memasangkan seatbelt. Mereka sama-sama tersenyum, setelah terdengar suara klik, Leon segera menyalakan mobilnya lalu meninggalkan fakultasnya. Tak jauh dari keberadaan mobil Leon tadi, seorang gadis memperhatikan keduanya dari kejauhan. Dia tersenyum melihat kepergian mobil Leon. "Mungkin gue emang ditakdirkan buat mencintai lo dalam diam Le. Gue seneng lihat lo bahagai sama pilihan lo, semoga lo bahagia." Ucapnya kemudian pergi dari sana. Di lokasi pemotretan, Nozela berdiri di antara staf. Dia tersenyum melihat pacarnya yang terlihat semakin tampan saat bergaya di depan kamera. "Cowok gue ganteng banget anjirr." Gumamnya. Nozela mengeluarkan ponselnya, dia mengarahkan kameranya ke arah Leon. Setelah mendapatkan fotonya, dia memposting distory i*******m miliknya tak lupa dia menandai akun milik Leon juga. "Oke, istirahat dulu." Ucap sang fotografer. Leon bersama managernya kemudian pergi ke ruang rias, Nozela mengikutinya tak lama setelah Leon pergi. "Buat lo." Leon yang tengah duduk tersenyum saat Nozela memberikannya sebotol air mineral. "Sini duduk." Nozela mengangguk lalu duduk disebelah Leon, dia mengeluarkan tissunya lalu mengusap keringat di dahi serta leher Leon. "Perasaan berAC kok keringetan sih?" Tanya Nozela. "Gue gugup Zel, baru kali ini gue kerja ditemenin pacar." Jawab Leon menikmati elusan Nozela di wajahnya. "Ih, gombal." "Enggak gombal Zel. Tapi gue seneng deh ada lo disini. Bikin gue tambah semangat." "Leon, sepuluh menit lagi sesi terakhir." Ucap Meri sang manager. "Oke kak." "Heyy, siapa gadis cantik ini. Baru lihat." "Kenalin kak, ini Nozela pacar gue." Nozela segera mengangguk lalu mengulurkan tangannya. "Nozela." "Hai Nozela, aku Meri managernya Leon." "Salam kenal kak." Ucap Nozela lalu melepaskan tangannya. Setelah selesai menemani Leon pemotretan, kini mereka sedang berada di cafe untuk sekedar mengisi perut. "Makasih ya hari ini udah nemenin." "Iya sama-sama. Lo pasti capek kan masih harus nganterin gue pulang." Leon tersenyum, dia meraih tangan Nozela lalu mengenggamnya erat. "Nggak kok. Gue malah seneng bisa berduaan sama lo." Drrtt Drrtt "Eh bentar Le, ada telpon." Nozela mengangkat panggilan dari mamahnya. "Iya mah, ada apa?" "Kamu dimana Jel?" "Ojel lagi di cafe, emang kenapa?" "Ini, smooky dari tadi pagi nggak mau makan. Kayanya sakit deh." "Apa? Kok mamah baru ngasih tau sekarang sih." "Ya mamah nggak tau, orang mamah baru sekarang nengok anjing kamu." "Yaudah Ojel pulang sekarang." Tut. "Ada apa Zel?" Tanya Leon. "Maaf Le, gue harus pulang sekarang. Smooky sakit." Leon mengerutkan keningnya. "Smooky? Siapa dia?" "Itu anjing gue." "Ya udah gue anterin pulang sekarang." "Maaf ya ngerusak acara ngedate pertama kita." "Nggak masalah Zel, besok masih bisa bisa kok." Nozela bergegas pulang saat mendengar anjing kesayangannya sakit, dia begitu khawatir dengan smooky. Sampai di rumah, Leon mengikuti Nozela sampai ke dalam. Dia juga berkenalan dengan mamah Nozela juga. "Smooky, are you oke? Kok nggak mau makan?" Tanya Nozela sambil mengelus anjing jenis beagle itu. "Bawa ke dokter sana." Ucap Tiara. "Mobil aku belum balik mah." Jawab Nozela tanpa menoleh. Leon bergidik melihat kekasihnya mengelus hewan bertelinga panjang itu. Sejujurnya dia takut dengan anjing, dengan kucing pun dia juga merasa geli. "Panggil dokter yang biasanya aja, takut keburu mati anjingnya." Ucap Tiara lagi. Sejak tadi dia melirik teman anaknya yang tampak beberapa kali mengusap lengannya. Tiara yakin jika cowok di sampingnya ini tak menyukai anjing. Terlihat jelas dari gestur tubuhnya. Tin. Tin. "Itu papah." Ucao Nozela. Tak lama Andito keluar dari mobil, dia terkejut melihat cowok tampan berdiri di samping rumah. "Ada apa mah?" Tanya Andito sambil mendekati istrinya. "Anjing Ojel sakit pah." "Sore om." Sapa Leon. "Sore, temannya Ojel ya?" Leon mengangguk. "Iya om, saya teman sekelasnya." "Ayo masuk, masa tamu dibiarin di luar sih." "Nggak usah om, saya mau pulang. Kebetulan masih ada yang harus dikerjakan." Tolak Leon sopan. Nozela berdiri lalu mencuci tangannya. "Lo beneran mau pulang?" Leon mengangguk. "Iya, udah sore juga." "Hati-hati ya." "Iya Zel." Leon mengelus pucuk kepala Nozela sebelum pergi. "Gue pulang ya. Om tante, saya pamit pulang dulu." "Iya nak, hati-hati ya." Ucap Tiara. Nozela melambaikan tangannya saat mobil Leon meninggalkan pekarangan rumahnya. "Yakin cuma temen?" Goda Andito. "Dia pacar Ojel pah." "Papah kira kamu pacaran sama Liam." ● Di tempat lain, William berada di apartemen Clarissa. Dia sendang membujuk pacarnya yang sedang merajuk. "Masa kamu cemburu sama Ojel sih Cal, aku udah beberapa kali bilang sama kamu kalo kita cuma sahabat. Nggak lebih." "Nggak ada yang namanya persahabatan antara cewek dan cowok Liam, pasti salah satunya nyimpen perasaan." William meraup wajahnya. "Enggak Cla. Buktinya aku pacaran sama kamu, bahkan kita kenal karena aku sering nyamperin Ojel ke fakultas kalian. Kalo aku suka sama dia, nggak mungkin aku pacarin kamu." "Please lah Cla, kita udah sering bahas ini." Sambung William. Clarissa memalingkan wajahnya, dia enggan menatap kekasihnya. "Kalo kamu nggak suka, berarti dia yang suka." William mendekat, dia memperlihatkan ponselnya pada Clarissa. "Lihat story Ojel, dia tadi nemenin Leon pemotretan. Dan ini, chatan aku sama Ojel tadi." William membuka room chatnya dengan Nozela. "Lihat, dia bilang sama aku kalo Leon nembak dia. Mereka sekarang pacaran." Clarissa membaca dengan seksama chat antara kekasihnya dan Nozela. Isinya hanya membahas anjing dan Nozela yang di tembak Leon dua jam yang lalu. Clarissa menatap William dengan tatapan menyesal, mungkin ini hanya perasaannya saja terlalu cemburuan. "Kamu percaya kan sama aku?" Tanya William. Clarissa mengangguk, tak lama William memeluk tubuh kekasihnya dengan erat. "Maafin aku Liam." William mengelus rambut Clarissa dengan lembut. "Aku ngerti kok." Drrtt Drrtt Ponsel di genggaman William bergetar, dia melihat nama Ojel yang menghubunginya. Clarissa yang melihat itu hanya memutar bola matanya malas. "Halo Jel." William sengaja mengaktifkan pengeras suaranya. "Sibuk nggak? Smooky sakit nih, temenin ke dokter dong William menoleh ke arah Clarissa sebelum menjawab ajakan Nozela. "Boleh tapi aku ikut." Ucap Clarissa. William mengangguk. "Oke, gue ke sana sekarang." "Mobil gue gimana?" "Aman, dibawa Archen. Besok dikembaliin sekalian ke kampus." "Oke, cepetan gue tunggu." Tut. Setelah Nozela mematikan sambungan teleponnya, William memasukkan ponselnya ke saku celana. "Beneran mau ikut?" Clarissa mengangguk. "Iya, mau sekalian lihat anjingnya Nozela." "Oke. Yuk berangkat sekarang." Clarissa mengambil tasnya lalu keluar dari apartemennya. "Gue nggak akan biarin William cuma berduaan sama cewek gatel itu." Batin Clarissa."Gue seneng banget Tha. Akhirnya Leon nembak gue." Nozela sedang bergulung-gulung di atas ranjang queen size miliknya, dia sedang berteleponan dengan Thalia sahabatnya. Nozela ingin berbagi kabar baik ini pada sahabatnya juga. "Selamat ya Jel, gue ikut seneng. Akhirnya lo nggak digantungin lagi sama singa." "Tck, jangan panggil dia singa lah. Masa ganteng gitu disamain sama singa sih." Terdengar suara tawa disebrang telepon membuat Nozela mengerucutkan bibirnya. "Tapi ada kabar sedih juga tau Tha." "Ha? Kabar apa Jel?" "Smooky sakit, tadi sore gue bawa dia ke dokter." "Terus gimana sekarang keadaannya. Ish, gue jadi pengen main ke rumah lo deh." "Udah baikan sih, udah mau makan juga meski sedikit." "Ehh tunggu Jel, bukannya mobil lo masih dibawa temennya William ya. Terus lo ke klinik dianterin siapa? Kalo Leon kayanya nggak mungkin deh, dia kan takut anjing." Nozela mengerutkan keningnya. Dia merasa heran bagaimana bisa sahabatnya tau jika Leon takut anjing? Pi
Clarissa tersenyum miring saat memasuki kamar mandi, niatnya ingin menggoda William sepertinya berhasil. Dia menatap pantulan wajahnya di cermin besar washtafel memperhatikan setiap detail wajah serta tubuhnya yang berisi dibeberapa bagian tertentu. "Gue lebih cantik, lebih sexy dan lebih segalanya dari gadis centil itu. Nggak akan gue biarin William deket-deket sama dia meskipun mereka sahabatan sekalipun." Ucap Clarissa pada bayangannya sendiri. Setelah cukup lama memandangi wajahnya, dia mulai membuka bathrobe mininya. Clarissa tersenyum sambil memutar-mutar tubuhnya didepan cermin. Dengan bin4lnya, Clarissa bahkan menyentuh kedua bulatan besar miliknya sendiri. "William, sebentar lagi kamu bakal jadi milik aku seutuhnya." Tak ingin berlama-lama memandangi tubuhnya, dia mulai masuk ke dalam ruangan berbentuk kotak berbahan kaca yang buram. Clarissa mulai menyalakan shower, air dingin mulai mengucur membasahi kepala hingga seluruh tubuhnya. Sambil bersenandung kecil, senyu
Clarissa melirik sekilas ke arah Nozela yang duduk di kursi belakang bersama anjingnya. Mereka berada di mobil William, kekasih Clarissa, untuk mengantarkan Smooky ke dokter hewan. Meski suasana mobil terasa biasa saja, ada perasaan tidak nyaman yang terus menghantui pikiran Clarissa. Dia menatap wajah Nozela yang santai, sibuk mengelus Smooky yang tampak lemas."Emang anjing lo sakit apa, Zel?" tanya Clarissa, berusaha memasang nada basa-basi."Mana gue tau. Orang baru mau dibawa ke dokter," jawab Nozela tanpa sedikit pun melirik ke arahnya.Jawabannya yang asal-asalan membuat Clarissa kesal, padahal niatnya dia hanya mencari topik bicara agar suasana tak canggung. Sebenarnya, Clarissa memang tak nyaman berada dekat dengan Nozela, apalagi dia adalah sahabat William. Di belakang, dia bahkan terlalu akrab, hingga kadang Clarissa merasa tersisih dari hubungannya dengan kekasihnya."Dasar cewek gatel. Awas aja lo kalau sampai macam-macam sama William," batin Clarissa geram, sementara jem
"Ojel."Nozela yang tengah berjalan bersama Thalia dan Leon menoleh saat mendengar suara sahabatnya. Wiliam sedikit berlari sambil membawa sesuatu ditangannya."Buat lo." Ucapnya sambil memberikan paper bag kepada Nozela.Lego dan Archen hanya tersenyum jahil melihat sahabatnya rela jauh-jauh dari fakultas teknik menuju fakultas ekonomi hanya untuk memberikan buah untuk Nozela.Nozela tersenyum senang, dia menerimanya. "Makacih Liam."Nozela membuka paperbag itu, dia melihat banyak buah kelengkeng didalamnya. Dia merentangkan tangannya lalu memeluk tubuh William, Nozela senang karena William masih ingat buah kesukaannya."Habis ini gue pinjem PS5 punya lo, buat main di apart sama mereka." Tunjuk William pada kedua temannya.Nozela melepaskan pelukannya, dia mencebikkan bibirnya. "Pamrih banget."Leon menatap tak suka pada William yang menurutnya teralu bebas pada Nozela padahal dia sudah memiliki kekasih. Dia samping Nozela, Thalia memperhatikan perubahan wajah Leon saat William datan
"Emmhhh, ahhh."Suara menggema di sebuah kamar di apartemen. Clarissa merebahkan tubuhnya diranjang. Di depannya, William tengah memainkan pucuknya secara bergantian."Enak?" Tanya William sambil menyeringai.Clarissa tersenyum menggoda, dia sengaja menggigit bibir bawahnya sambil menggigit kuku jari telunjuknya. William tak tahan melihat wajah kekasihnya yang terlihat bergitu sexy dan menggoda.Kembali William menyerang sesuatu yang membuat Clarissa seperti hilang akal, sesekali dia menyesapnya hingga meninggalkan jejak kemerahan.Hubungan mereka sudah terjalin selama satu tahun lebih, namun sampai saat ini permainan mereka hanya sebatas itu saja. William masih waras untuk tidak menggagahi gadis yang belum sah menjadi istrinya itu."Aku nggak tahan Liam, gatel banget." Ucap Clarissa dengan suara dibuat seerotis mungkin.Cup.William melepaskan tautan bibirnya dari benda kenyal itu, dia sama tak tahannya dengan sang kekasih. Bahkan bagian bawahnya juga sudah tegang minta dimanjakan.P







