Share

Gairah Sahabatku
Gairah Sahabatku
Author: Addarayuli

bab 1

Author: Addarayuli
last update Last Updated: 2025-11-12 19:53:51

"Emmhhh, ahhh."

Suara menggema di sebuah kamar di apartemen. Clarissa merebahkan tubuhnya diranjang. Di depannya, William tengah memainkan pucuknya secara bergantian.

"Enak?" Tanya William sambil menyeringai.

Clarissa tersenyum menggoda, dia sengaja menggigit bibir bawahnya sambil menggigit kuku jari telunjuknya. William tak tahan melihat wajah kekasihnya yang terlihat bergitu sexy dan menggoda.

Kembali William menyerang sesuatu yang membuat Clarissa seperti hilang akal, sesekali dia menyesapnya hingga meninggalkan jejak kemerahan.

Hubungan mereka sudah terjalin selama satu tahun lebih, namun sampai saat ini permainan mereka hanya sebatas itu saja. William masih waras untuk tidak menggagahi gadis yang belum sah menjadi istrinya itu.

"Aku nggak tahan Liam, gatel banget." Ucap Clarissa dengan suara dibuat seerotis mungkin.

Cup.

William melepaskan tautan bibirnya dari benda kenyal itu, dia sama tak tahannya dengan sang kekasih. Bahkan bagian bawahnya juga sudah tegang minta dimanjakan.

Perlahan William menegakkan tubuhnya, dia menarik tangan Clarissa agar tubuhnya bersandar pada headboard. William tersenyum smrik, dia melepas kaosnya lalu melemparkannya ke lantai. Clarissa tidak pernah tidak terpesona dengan bentuk tubuh kekasihnya yang atletis itu.

Clarissa mengangkat tangannya lalu mengelus perut William yang terdapat roti sobek itu. Dia melakukannya dengan gerakan pelan, seolah mempermainkan perasaan William.

"Clarissa." Racau William.

"Aku suka tubuh kamu Liam."

Tangan Clarissa terus turun hingga berhenti di perut bagian bawah William, dia tersenyum melihat sesuatu menonjol dibalik celana yang digunakan kekasihnya.

Clarissa menyentuhnya, mengelusnya lembut lalu meremasnya sedikit. Dia begitu menikmati ekspresi William yang sudah s4ng3 itu.

"Boleh aku keluarin?" Tanya Clarissa.

William sepertinya sudah kehilangan akal sehatnya, dengan gerakan pelan dia menganggukkan kepalanya. Seperti mendapat durian runtuh, Clarissa mulai melepaskan gesper yang melingkari perut William, dia tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

Setelah gesper terlepas, Clarissa melepaskan kancing celana serta membuka resletingnya. Matanya tak pernah lepas dari sesuatu milik kekasihnya.

"Dari luar aja gede, apalagi dalemnya ya." Batin Clarissa, dia kemudian hendak menurunkan celana William.

Drtt

Drtt

Getaran ponsel diatas nakas membuat kesadaran William kembali, dia menahan tangan Clarissa yang masih bertengger di celananya.

"Bentar Cla."

William bersingut turun dari ranjang, sebelum mengangkat panggilan itu dia lebih dulu membenarkan celananya. Dia tersenyum melihat nama sang penelpon. Setelah mengambil ponselnya, dia berjalan menuju balkon apartemen Clarissa.

Melihat kepergian kekasihnya, Clarissa memutar bola matanya malas, dia sudah tau siapa yang menganggu kesenangan mereka. Sambil menunggu William, dia meraih selimut lalu menutupi bagian atas tubuhnya.

Di balkon, William segera mengangkat panggilan dari sahabat kecilnya.

"Halo Jel, ada apa?"

"Lo lama banget sih Li angkat telepon gue, lagi nana ninu ya lo?"

William terkekeh pelan. "Enggak, gue lagi ngobrol aja tadi sama Clarissa."

"Udah gue duga, pasti lo lagi sama dia."

"Emangnya ada apa?"

"Gue dirumah lo sekarang, Luna sendirian anjir. Tega banget lo jadi kakak."

William seketika menepuk keningnya. "Gue lupa Jel kalo bokap nyokap ke luar kota."

Greb.

William merasakan sepasang tangan melingkar di perutnya, dia menoleh mendapati kekasihnya yang sedang cemberut menatap ke arahnya.

"Oke gue pulang sekarang. Kalian mau makan apa ntar gue beliin."

"Kamu mau pulang?" Tanya Clarissa lirih.

"Bawain martabak aja, Luna katanya mau sate di pertigaan komplek." 

"Oke. Kalo gitu gue tutup dulu."

William mematikan teleponnya lalu melepaskan tangan Clarissa dari perutnya.

"Aku harus pulang Cla. Aku lupa kalau malam ini bokap nyokap ke luar kota dan Luna sendirian di rumah."

"Kan udah ditemenin Nozela, kamu bisa nginep disini."

"Mereka cuma berdua sayang, aku nggak tega."

Clarissa mati-matian menahan emosi, sudah beberapa kali selama pacaran dengan William dirinya harus mengalah kepada Luna atau Nozela.

"Aku pergi dulu, oke."

Terpaksa Clarissa mengangguk, menahan William pun tak ada artinya.

"Iya, kabarin kalo udah sampe rumah."

"Pasti. Aku pergi dulu."

"Hati-hati." Ucap Clarissa lembut.

Cup.

William menyempatkan mencium bibir Clarissa sebelum pergi. Setelah memakai kaosnya dan mengambil tas, William segera meninggalkan apartemen kemasihnya.

"Brengsek. Lagi-lagi karena Nozela." Geram Clarissa.

Di mansion Jasper, Nozela atau yang kerap di panggil Ojel itu tengah menonton film disney bersama Aluna, adik William. Ditemani dua gelas jus serta cemilan, mereka tampak asik menonton film kesukaan Aluna itu.

"Kak Liam lama banget sih kak, Luna udah laper nih." Gerutu Luna.

"Sabar elah, baru juga lima menit matiin teleponnya."

Luna kembali menidurkan kepalanya di paha Nozela, dia kembali menonton film itu meski perutnya terasa lapar. Nozela sebenarnya merasa kasihan pada Luna, tapi dari pada terjadi kebakaran dapur di rumah mewah ini lebih baik dia menunggu William saja.

"Nih makan."

Luna membuka mulutnya saat Nozela menyuapinya keripik kentang, mereka lebih cocok menjadi kakak adik jika dibandingkan dengan William.

"Kenapa yang jadi pacar kak Liam bukan kak Ojel aja sih, kenapa harus nenek lampir itu."

Uhuk..uhuk

Luna segera bangkit dari posisi tidurannya lalu mengambil segelas jus dan memberikannya pada Nozela.

"Minum dulu kak."

Nozela dengan cepat menenggak jus itu. Setelah merasa baikan, dia meletakkan kembali gelasnya ke meja.

"Lun, jangan asal ngomong ya. Gue sama abang lo udah sahabatan dari jaman lo belum dicetak, enak aja main suruh kita pacaran."

Luna meringis kecil. "Tapi Luna lebih suka kak Ojel dari pada kak Clarissa, dia itu judes banget nggak kaya kak Ojel."

Seketika Nozela merasa kepalanya mulai membesar karena dipuji adik sahabatnya itu. Dia mengibaskan rambut sebahunya kebelakang dengan gaya centilnya.

"Gue emang sebaik itu dek Luna."

Luna mencebikkan bibirnya melihat kepedan Nozela yang dianggapnya sebagai kakak kedua itu.

"Minusnya jomblo aja sih. Hahaha."

Nozela menatap Luna tajam. "Berani banget lo ngatain gue jomblo ya bocah kemarin sore."

"Hahaha, ampun kak. Geli. Hahaha."

Luna tertawa terbahak-bahak saat Nozela mengelitiki perutnya. Tanpa mereka berdua sadari, sejak tadi William sudah berdiri di ambang pintu. Dia tersenyum melihat dua gadis beda generasi itu saling bercanda.

"Ehem."

Nozela menghentikan gelitikannya pada perut Lun saat mendegar suara deheman dari belakang. Dia tersenyum saat melihat William datang membawa dua kantong kresek makanan pesanan mereka.

"Ya Tuhan, Luna hampir aja mati kelaparan."

William mencubit bibir adiknya sebelum meletakkan bawaannya ke atas meja.

"Mulutnya." Ucap William.

Nozela mengambil martabak manis pesanannya, dia tersenyum saat aroma manis dan wangi dari martabak itu menguar saat dia membuka bungkusnya.

"Kak Ojel sisain, Luna juga mau." Ucap Luna.

"Belum juga gue makan." Ucap Nozela.

Nozela mengambil satu potong lalu memakannya, dia melirik William yang hanya diam saja sambil memainkan ponselnya. Dengan iseng, Nozela mengarahkan martabak itu ke mulut William.

William menggigitnya dengan ukuran besar membuat Nozela membelakan matanya.

"Tck, gede banget gigitnya." Decak Nozela.

William meletakkan ponselnya, dia menahan tangan Nozela lalu berusaha memakan lagi martabak di tangan Nozela.

"Liam awas. Woyyyy tangan gue kena ludah lo anjir."

Luna tertawa melihat kakaknya yang berebut martabak, sebuah ide muncul dikepalanya. Dia mengambil ponselnya lalu memfoto kedua orang itu.

"Bagi dikit Jel."

"Lepasin dulu Liam."

William melepaskan tangan Nozela, dia menatap wajah cantik sahabatnya yang nampak memerah.

Brigita Nozela, gadis cantik berambut lurus sebahu merupakan mahasiswa semester dua jurusan manajemen di salah satu universitas bergengsi di kota Jakarta Selatan. Nozela atau yang biasa dipanggil Ojel itu memiliki mata yang tajam, dia dikenal dengan sebutan gadis cuek bermulut tajam di kampusnya.

Nozela memiliki sahabat bernama Thalia dan William. William merupakan sahabatnya sejak kecil, namun saat menginjak sekolah menengah hingga sekolah menengah akhir, William pindah ke luar negeri mengikuti orang tuanya dan baru kembali ke tanah air saat memasuki jenjang perkuliahan.

Nozela sendiri merupakan anak tunggal, sedangkan William memilki adik perempuan yang baru sekolah menengah kelas sembilan.

Pagi ini, Nozela pulang ke rumahnya dulu sebelum berangkat ke kampus. Semalam dia menginap di mansion William untuk menemani Luna.

Setelah siap, dia segera turun untuk sarapan. Papa dan mamanya sudah menunggu di meja makan.

"Pagi mah pah."

"Pagi sayang. Gimana tidur di rumah calon suami? Betah?" Tanya Andito.

Nozela mendelikkan matanya, dia mengambil roti serta selai cokelat lalu mengoleskannya. Tiara datang membawa tiga gelas susu putih lalu meletakkan di meja.

"Jangan digodain anak gadisnya pah, lihat tuh mukanya merah."

"Ish mamah papah apaan sih? Aku sama Liam cuma sahabatan loh. Lagian Liam juga punya pacar kok." Ucap Nozela sambil memakan rotinya.

"Terus, Ojel nggak punya pacar?" Tanya Tiara.Nozela hanya menggelengkan kepalanya, sebenarnya dia juga sedang dekat dengan teman sekelasnya.

"Udah ah Ojel selesai. Ojel berangkat dulu. Babay." Nozela mengambil tasnya lalu meminum susunya dengan cepat.

"Hati-hati sayang." Ucap Andito.

Nozela hanya mengacungkan jempolnya. Di depan, pak Rahmat sudah menyiapkan mobilnya. Nozela segera masuk dan berangkat ke kampus.

Ting.

Ting.

Nozela melirik ponselnya, pesan dari Leon membuatnya tersenyum. Tak niat membalasnya, dia menambah kecepatan mobilnya agar segera sampai di kampus.

Sampai di kampus, dia pergi ke kantin fakultasnya untuk menemui Leon. Nozela berhenti di ambang pintu kantin saat melihat kerumunan cewek-cewek, dia sudah hafal dengan peringaian itu.

Dengan santai, dia mulai berjalan pelan menuju meja yang penuh dengan cewek-cewek gatal. Dengan bersedekap dada, Nozela berhenti di belakang mereka.

"Ehem." Dehem Nozela keras.

Seketika keributan itu berhenti, mereka kompak menoleh ke belakang dan melihat Nozela berdiri dengan tatapan datar dan tajamnya.

"Bisa minggir sebentar, gue mau duduk." Ucapnya datar.

Mereka mulai berbisik-bisik, sudah bukan rahasia umum lagi mengenai kedekatan Nozela dan Leon sang model majalah yang namanya terkenal di mana-mana.

"Zel, sini sarapan bareng." Ajak Leon.

Kerumunan itu mulai membubarkan diri saat Leon angkat bicara, Nozela kemudia duduk di hadapan Leon.

"Sorry Le lama."

Leon tersenyum. "Nggak papa kok, lo udah sarapan?"

Nozela mengangguk. "Udah kok. Gue temenin lo aja."

Leon merupakan teman sekelas Nozela, mereka dekat sudah lumayan lama. Namun Leon tak kunjung menyatakan perasaannya pada Nozela, yang membuat Nozela seperti jemuran saja, digantung.

Sambil menemani Leon sarapan, Nozela menyempatkan berkirim pesan dengan William. Cowok itu suka random dengan mengirimkan PAP pada Nozela.

Leon memperhatikan Nozela yang senyum-senyum sendiri sambil memainkan ponselnya.

"Chatan sama siapa kok senyum-senyum sendiri?" Tanya Leon.

"Ini sama Liam, dia random banget tau Le." Jawab Nozela.

Leon langsung mengubah ekspresi wajahnya, dia tak menyukai kedekatan Nozela dan William anak teknik. Karena dibanding sahabat, kedekatan mereka sudah layaknya sepasang kekasih.

"Gue selesai. Ke kelas yuk." Ajak Leon.

Nozela memperhatikan nasi goreng di piring Leon yang masih ada setengah piring. Tak ingin ambil pusing, dia mengiyakan saja ajakan Leon.

Mereka berjalan bersama menuju kelas mereka di lantai lima, dengan sengaja Leon meraih tangan Nozela lalu mengenggamnya.

"Le." Tegur Nozela.

Leon hanya tersenyum dan semakin mengeratkan genggamannya. Sampai di kelas, semua siswa yang melihat itu menyoraki keduanya.

"Gandengan elit, pacaran sulit."

"Mau nyebrang Zel, gandengan mulu."

Nozela menatap tajam teman-temannya, mereka hobi sekali meledeknya dan Leon.

"Sana gih ke tempat lo." Ucap Leon lalu melepaskan tangannya.

Nozela mengangguk lalu duduk di samping sahabatnya yang bernama Thalia.

"Cie, pagi-pagi udah gandengan aja kaya truk." Ledek Thalia.

"Jangan mulai deh Tha."

Thalia hanya tersenyum melihat wajah sahabatnya yang memerah. Namun jauh di lubuk hatinya, ada sesuatu yang mengganjal. Tapi entah apa itu, hanya Tuhan dan Thalia yang tahu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Sahabatku   bab 5

    "Gue seneng banget Tha. Akhirnya Leon nembak gue." Nozela sedang bergulung-gulung di atas ranjang queen size miliknya, dia sedang berteleponan dengan Thalia sahabatnya. Nozela ingin berbagi kabar baik ini pada sahabatnya juga. "Selamat ya Jel, gue ikut seneng. Akhirnya lo nggak digantungin lagi sama singa." "Tck, jangan panggil dia singa lah. Masa ganteng gitu disamain sama singa sih." Terdengar suara tawa disebrang telepon membuat Nozela mengerucutkan bibirnya. "Tapi ada kabar sedih juga tau Tha." "Ha? Kabar apa Jel?" "Smooky sakit, tadi sore gue bawa dia ke dokter." "Terus gimana sekarang keadaannya. Ish, gue jadi pengen main ke rumah lo deh." "Udah baikan sih, udah mau makan juga meski sedikit." "Ehh tunggu Jel, bukannya mobil lo masih dibawa temennya William ya. Terus lo ke klinik dianterin siapa? Kalo Leon kayanya nggak mungkin deh, dia kan takut anjing." Nozela mengerutkan keningnya. Dia merasa heran bagaimana bisa sahabatnya tau jika Leon takut anjing? Pi

  • Gairah Sahabatku   bab 4

    Clarissa tersenyum miring saat memasuki kamar mandi, niatnya ingin menggoda William sepertinya berhasil. Dia menatap pantulan wajahnya di cermin besar washtafel memperhatikan setiap detail wajah serta tubuhnya yang berisi dibeberapa bagian tertentu. "Gue lebih cantik, lebih sexy dan lebih segalanya dari gadis centil itu. Nggak akan gue biarin William deket-deket sama dia meskipun mereka sahabatan sekalipun." Ucap Clarissa pada bayangannya sendiri. Setelah cukup lama memandangi wajahnya, dia mulai membuka bathrobe mininya. Clarissa tersenyum sambil memutar-mutar tubuhnya didepan cermin. Dengan bin4lnya, Clarissa bahkan menyentuh kedua bulatan besar miliknya sendiri. "William, sebentar lagi kamu bakal jadi milik aku seutuhnya." Tak ingin berlama-lama memandangi tubuhnya, dia mulai masuk ke dalam ruangan berbentuk kotak berbahan kaca yang buram. Clarissa mulai menyalakan shower, air dingin mulai mengucur membasahi kepala hingga seluruh tubuhnya. Sambil bersenandung kecil, senyu

  • Gairah Sahabatku   bab 3

    Clarissa melirik sekilas ke arah Nozela yang duduk di kursi belakang bersama anjingnya. Mereka berada di mobil William, kekasih Clarissa, untuk mengantarkan Smooky ke dokter hewan. Meski suasana mobil terasa biasa saja, ada perasaan tidak nyaman yang terus menghantui pikiran Clarissa. Dia menatap wajah Nozela yang santai, sibuk mengelus Smooky yang tampak lemas."Emang anjing lo sakit apa, Zel?" tanya Clarissa, berusaha memasang nada basa-basi."Mana gue tau. Orang baru mau dibawa ke dokter," jawab Nozela tanpa sedikit pun melirik ke arahnya.Jawabannya yang asal-asalan membuat Clarissa kesal, padahal niatnya dia hanya mencari topik bicara agar suasana tak canggung. Sebenarnya, Clarissa memang tak nyaman berada dekat dengan Nozela, apalagi dia adalah sahabat William. Di belakang, dia bahkan terlalu akrab, hingga kadang Clarissa merasa tersisih dari hubungannya dengan kekasihnya."Dasar cewek gatel. Awas aja lo kalau sampai macam-macam sama William," batin Clarissa geram, sementara jem

  • Gairah Sahabatku   bab 2

    "Ojel."Nozela yang tengah berjalan bersama Thalia dan Leon menoleh saat mendengar suara sahabatnya. Wiliam sedikit berlari sambil membawa sesuatu ditangannya."Buat lo." Ucapnya sambil memberikan paper bag kepada Nozela.Lego dan Archen hanya tersenyum jahil melihat sahabatnya rela jauh-jauh dari fakultas teknik menuju fakultas ekonomi hanya untuk memberikan buah untuk Nozela.Nozela tersenyum senang, dia menerimanya. "Makacih Liam."Nozela membuka paperbag itu, dia melihat banyak buah kelengkeng didalamnya. Dia merentangkan tangannya lalu memeluk tubuh William, Nozela senang karena William masih ingat buah kesukaannya."Habis ini gue pinjem PS5 punya lo, buat main di apart sama mereka." Tunjuk William pada kedua temannya.Nozela melepaskan pelukannya, dia mencebikkan bibirnya. "Pamrih banget."Leon menatap tak suka pada William yang menurutnya teralu bebas pada Nozela padahal dia sudah memiliki kekasih. Dia samping Nozela, Thalia memperhatikan perubahan wajah Leon saat William datan

  • Gairah Sahabatku   bab 1

    "Emmhhh, ahhh."Suara menggema di sebuah kamar di apartemen. Clarissa merebahkan tubuhnya diranjang. Di depannya, William tengah memainkan pucuknya secara bergantian."Enak?" Tanya William sambil menyeringai.Clarissa tersenyum menggoda, dia sengaja menggigit bibir bawahnya sambil menggigit kuku jari telunjuknya. William tak tahan melihat wajah kekasihnya yang terlihat bergitu sexy dan menggoda.Kembali William menyerang sesuatu yang membuat Clarissa seperti hilang akal, sesekali dia menyesapnya hingga meninggalkan jejak kemerahan.Hubungan mereka sudah terjalin selama satu tahun lebih, namun sampai saat ini permainan mereka hanya sebatas itu saja. William masih waras untuk tidak menggagahi gadis yang belum sah menjadi istrinya itu."Aku nggak tahan Liam, gatel banget." Ucap Clarissa dengan suara dibuat seerotis mungkin.Cup.William melepaskan tautan bibirnya dari benda kenyal itu, dia sama tak tahannya dengan sang kekasih. Bahkan bagian bawahnya juga sudah tegang minta dimanjakan.P

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status