Share

bab 4

Author: Addarayuli
last update Last Updated: 2025-12-02 14:11:41

Clarissa tersenyum miring saat memasuki kamar mandi, niatnya ingin menggoda William sepertinya berhasil. Dia menatap pantulan wajahnya di cermin besar washtafel memperhatikan setiap detail wajah serta tubuhnya yang berisi dibeberapa bagian tertentu.

"Gue lebih cantik, lebih sexy dan lebih segalanya dari gadis centil itu. Nggak akan gue biarin William deket-deket sama dia meskipun mereka sahabatan sekalipun." Ucap Clarissa pada bayangannya sendiri.

Setelah cukup lama memandangi wajahnya, dia mulai membuka bathrobe mininya. Clarissa tersenyum sambil memutar-mutar tubuhnya didepan cermin. Dengan bin4lnya, Clarissa bahkan menyentuh kedua bulatan besar miliknya sendiri.

"William, sebentar lagi kamu bakal jadi milik aku seutuhnya."

Tak ingin berlama-lama memandangi tubuhnya, dia mulai masuk ke dalam ruangan berbentuk kotak berbahan kaca yang buram. Clarissa mulai menyalakan shower, air dingin mulai mengucur membasahi kepala hingga seluruh tubuhnya.

Sambil bersenandung kecil, senyum di bibirnya tak pernah luntur sedikit pun. Clarissa mulai mengambil sabun cair beraroma bunga mawar, dia menuangkan ke atas tanganya lalu mulai menyabuni seluruh tubuhnya dengan gerakan pelan. Dia begitu menyukai aroma mawar, menurutnya baunya dapat menenangkan pikiran.

Blam.

Clarissa menghentikan pergerakannya, dia tersenyum smrik saat mendengar suara pintu kamar mandi yang tertutup.

"Gue tau, lo nggak bakal menolak gue kali ini Liam." Gumamnya.

Clarissa sangat mencintai William, dia teringat pertama kali melihat William saat sering ke fakultasnya untuk menemui Nozela. Dia dan Nozela masih satu angkatan namun beda jurusan yang di ambil. Pertemuan tak sengajanya itu membuat William mendekatinya. Dan ya, siapa yang mampu menolak pesona cowok blasteran Amerika itu.

Hanya dekat dalam hitungan minggu, William menyatakan perasaannya pada dirinya. Dan sampai sekarang, hubungan mereka sudah menginjak satu tahun. Selama itu, mereka tak pernah melakukan hal aneh-aneh seperti kebanyakan pasangan lain. Hanya sekedar kissing sampai buka-bukaan saja, tidak lebih.

Dan hari ini, Clarissa akan mewujudkan keinginannya yang selama ini terpendam. Dia sampai melakukan berbagai cara agar William seutuhnya menjadi miliknya. Dia juga berharap semoga kali ini tak ada sesuatu yang menganggu kesenangannya dan William.

Ceklek.

Clarissa menoleh saat pintu kaca itu terbuka, dia pura-pura terkejut saat melihat William. Sebenarnya, ada sedikit keterkejutan di hatinya, karena William datang kepadanya sudah dalam keadaan tak terbalut sehelai benangpun.

"William." Ucapnya.

William tersenyum, perlahan dia berjalan mendekati Clarissa yang tubuhnya masih dipenuhi oleh busa. Jarak mereka hanya satu jengkal saja, William mulai mengangkat tangannya kemudian mengelus wajah mulus kekasihnya.

"Cla, kamu berhasil runtuhin pertahanan yang selama ini aku bangun dengan susah payah."

"Aku-"

"Ssstt." William menempelkan jari telunjuknya ke bibir Clarissa.

"Jangan banyak bicara baby, karena aku...."

William memindai tubuh Clarissa lalu tersenyum miring.

"Aku apa?" Tanya Clarissa sengaja memancing. menyentuh dada William dengan jemari lentiknya.

William memejamkan matanya saat tangan dingin Clarissa mengelus dada bidangnya, miliknya merespon dengan baik saat tangan Clarissa membuat pola abstrak.

Greb.

Tangan kiri William mencekal tangan Clarissa. Dia mulai membuka matanya lalu menatap tajam kekasihnya. Clarissa, dia hanya tersenyum menggoda. Sesekali menggit bibirnya, di mata William itu terlihat begitu sexy.

"Aku nggak tahan lagi Cla." Gumamnya.

William memutar kran shower, saat air keluar dia mulai mencium bibir Clarissa dengan rakus. Melumat secara bergantian bibir atas dan bawahnya. Clarissa mengalungkan kedua lengannya ke leher William, mereka sama-sama memejamkan mata semabari menikmati ciuman itu.

Busa ditubuh Clarissa mulai menghilang seiring air yang mengaliri tubuh kedua orang yang tengah asik menikmati surga dunia itu. Ciuman William turun ke leher Clarissa, meninggalkan beberapa jejak kissmark disana. Dengan sekali hentakan, tubuh Clarissa dihimpit tubuh tinggi besar dan tembok kamar mandi.

"Emmhhh."

William kembali membungkam bibir sexy kekasihnya, dia menyatukan kedua tangan Clarissa diatas kepala gadis itu. Tangan kanannya dia gunakan untuk mengelus serta memberi r4ngs4ng4n terhadap pahatan molek mulus didepannya.

Meremas dan sesekali memilin pucuknya yang mengeras, tangan William tampak sudah lihai dengan kegiatannya.

Cup.

William melepaskan ciuman dan cekalan pada tangan Clarissa, ditatapnya wajah sang kekasih yang memerah. Wajah s4ng3 Clarissa membuatnya semakin tak tahan lagi.

"Ahhh."

William bersuara lembut saat tangan halus Clarissa menyentuh miliknya. Dia memejamkan matanya saat tangan kecil itu bergerak mengikuti nalurinya.

Sensasi ini baru pertama kalinya dirasakan oleh William, meski dia pernah hidup di luar negeri namun dia begitu menjaga dirinya agar tak terjerumus pergaulan bebas.

"Terus Cla, ini enak bangett." Racaunya.

Clarissa tersenyum miring melihat wajah keenakan William. Dia kemudian membalik tubuh William menjadi bersandar pada tembok, Clarissa langsung berjongkok namun tak melepaskan tangannya sama sekali.

"Cla."

Slurpp.

William menggigit bibir bawahnya saat sesuatu yang lembut, hangat dan basah menyentuh titik sensitifnya. Dia menatap ke bawah, Clarissa memberikan tatapan menggoda sambil terus memaju mundurkan wajahnya.

"Ahhh."

William merem melek dibuatnya, dia bahkan sampai menjambak rambut Clarissa agar tak berhenti. Dibalik wajah Clarissa yang sedikit kesakitan karena tenggorokannya terdesak benda panjang beberapa kali, namun ada kepuasan tersendiri saat berhasil mencapai titik ini.

William mencabut miliknya, dia hampir kelepasan sebelum permainan inti dimulai. William menarik tangan Clarissa untuk berdiri, bibir mereka kembali bertemu. Tangan William mengelus perut bawah Clarissa hingga ke pangkal pahanya. Menggunakan jari tengahnya, dia mulai memainkan biji kekasihnya.

"Emmhh."

Basah, William merasakan milik Clarissa sudah terlampau siap. Dia kembali memepet tubuh Clarissa di tembok, ciumannya turun ke leher, dada lalu perut Clarissa. Turun terus hingga sampai pada milik kekasihnya. Putih dan bersih, Clarissa begitu merawatnya dengan baik.

Dia mengangkat satu kaki Clarissa lalu diletakkan di pundaknya. William mendekatkan wajahnya sambil menjulurkan lidahnya, memainkan biji yang mengeras itu.

"Liamhhhh."

Clarissa seperti melayang saat miliknya di3mut oleh kasihnya. Tak tinggal diam, dia ikut memainkan kedua dadanya sambil terus meracau.

"You're so hot baby." Ucap William.

Dia merasakan kehangatan yang menyelimuti dirinya saat sentuhan lembut itu mulai menyentuh bagian yang paling sensitif. Perlahan, gerakan itu semakin cepat, membuatnya tenggelam dalam perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Lidahnya terus menari dengan penuh perhatian, menghadirkan sensasi yang membuat hatinya berdebar dan pikirannya melayang jauh.

"Liam, ahhhhh."

Sesuatu dalam diri Clarissa mendesak seperti ingin keluar, seiring gerakan jari William yang cepat, Clarissa terus meremas dadanya.

"Liam aku keluar, ahhhhhhh."

William menunjukkan perhatian dan kelembutan yang mendalam pada Clarissa, membuatnya merasa dihargai dan diinginkan. Setelah itu, William membalik tubuh Clarissa dengan penuh kasih sayang, menciptakan kedekatan yang hangat di antara mereka. Mereka saling menyesuaikan diri, merasakan kehangatan dan kedekatan yang membuat suasana menjadi penuh keintiman dan kenyamanan.

Blesss.

"Ahhh." Ucap keduanya bersamaan.

"Tunggu, kenapa gampang banget. Bukannya kalo masih virgin harusnya sempit dan susah masuk?" Batin William.

"Bodo amat lah, dipikir nanti." Sambungnya dalam hati.

Suasana di tempat yang tak terlalu luas itu dipenuhi oleh kehangatan dan kedekatan yang mendalam antara William dan kekasihnya. Hari ini menjadi momen istimewa bagi William, saat ia merasakan ikatan yang semakin erat dengan orang yang sangat dicintainya.

Peluh yang mengalir dan kehangatan yang menyelimuti mereka menjadi saksi bisu dari kedekatan yang tumbuh di antara mereka. Setelahnya, William merasakan kebahagiaan dan kedamaian yang sulit diungkapkan dengan kata-kata, seolah dunia berhenti sejenak hanya untuk mereka berdua.

"Ahh."

"Ahhh."

"Kamu enak banget sayang."

Suara penyatuan keduanya seperti musik yang mengalun indah di telinga, William yang baru pertama merasakannya begitu menikmati setiap sentuhan serta rasa yang mereka buat bersama.

Disela desahannya, Clarissa tersenyum puas karena berhasil membawa William melayang bersama. Bukan hanya sekedar ciuman atau saling menyentuh, tapi sesuatu yang lebih intim lagi.

Milik William seperti disedot oleh milik Clarissa, batangnya mulai berkedut siap untuk menyemburkan laharnya. William memegangi pinggang Clarissa, dia semakin menghentak-hentakkan miliknya saat sesuatu mendesak ingin keluar.

"Ahhhh."

William segera mencabut miliknya dan mengeluarkannya di b0k0ng Clarissa. Nafas keduanya saling bersahutan, dadanya kembang kempis tanda mereka yang kelelahan.

William memeluk tubuh Clarissa dari belakang, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher kekasihnya.

"Thanks Cla."

Cup.

Dia mengecup pundak mulus Clarissa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Sahabatku   bab 5

    "Gue seneng banget Tha. Akhirnya Leon nembak gue." Nozela sedang bergulung-gulung di atas ranjang queen size miliknya, dia sedang berteleponan dengan Thalia sahabatnya. Nozela ingin berbagi kabar baik ini pada sahabatnya juga. "Selamat ya Jel, gue ikut seneng. Akhirnya lo nggak digantungin lagi sama singa." "Tck, jangan panggil dia singa lah. Masa ganteng gitu disamain sama singa sih." Terdengar suara tawa disebrang telepon membuat Nozela mengerucutkan bibirnya. "Tapi ada kabar sedih juga tau Tha." "Ha? Kabar apa Jel?" "Smooky sakit, tadi sore gue bawa dia ke dokter." "Terus gimana sekarang keadaannya. Ish, gue jadi pengen main ke rumah lo deh." "Udah baikan sih, udah mau makan juga meski sedikit." "Ehh tunggu Jel, bukannya mobil lo masih dibawa temennya William ya. Terus lo ke klinik dianterin siapa? Kalo Leon kayanya nggak mungkin deh, dia kan takut anjing." Nozela mengerutkan keningnya. Dia merasa heran bagaimana bisa sahabatnya tau jika Leon takut anjing? Pi

  • Gairah Sahabatku   bab 4

    Clarissa tersenyum miring saat memasuki kamar mandi, niatnya ingin menggoda William sepertinya berhasil. Dia menatap pantulan wajahnya di cermin besar washtafel memperhatikan setiap detail wajah serta tubuhnya yang berisi dibeberapa bagian tertentu. "Gue lebih cantik, lebih sexy dan lebih segalanya dari gadis centil itu. Nggak akan gue biarin William deket-deket sama dia meskipun mereka sahabatan sekalipun." Ucap Clarissa pada bayangannya sendiri. Setelah cukup lama memandangi wajahnya, dia mulai membuka bathrobe mininya. Clarissa tersenyum sambil memutar-mutar tubuhnya didepan cermin. Dengan bin4lnya, Clarissa bahkan menyentuh kedua bulatan besar miliknya sendiri. "William, sebentar lagi kamu bakal jadi milik aku seutuhnya." Tak ingin berlama-lama memandangi tubuhnya, dia mulai masuk ke dalam ruangan berbentuk kotak berbahan kaca yang buram. Clarissa mulai menyalakan shower, air dingin mulai mengucur membasahi kepala hingga seluruh tubuhnya. Sambil bersenandung kecil, senyu

  • Gairah Sahabatku   bab 3

    Clarissa melirik sekilas ke arah Nozela yang duduk di kursi belakang bersama anjingnya. Mereka berada di mobil William, kekasih Clarissa, untuk mengantarkan Smooky ke dokter hewan. Meski suasana mobil terasa biasa saja, ada perasaan tidak nyaman yang terus menghantui pikiran Clarissa. Dia menatap wajah Nozela yang santai, sibuk mengelus Smooky yang tampak lemas."Emang anjing lo sakit apa, Zel?" tanya Clarissa, berusaha memasang nada basa-basi."Mana gue tau. Orang baru mau dibawa ke dokter," jawab Nozela tanpa sedikit pun melirik ke arahnya.Jawabannya yang asal-asalan membuat Clarissa kesal, padahal niatnya dia hanya mencari topik bicara agar suasana tak canggung. Sebenarnya, Clarissa memang tak nyaman berada dekat dengan Nozela, apalagi dia adalah sahabat William. Di belakang, dia bahkan terlalu akrab, hingga kadang Clarissa merasa tersisih dari hubungannya dengan kekasihnya."Dasar cewek gatel. Awas aja lo kalau sampai macam-macam sama William," batin Clarissa geram, sementara jem

  • Gairah Sahabatku   bab 2

    "Ojel."Nozela yang tengah berjalan bersama Thalia dan Leon menoleh saat mendengar suara sahabatnya. Wiliam sedikit berlari sambil membawa sesuatu ditangannya."Buat lo." Ucapnya sambil memberikan paper bag kepada Nozela.Lego dan Archen hanya tersenyum jahil melihat sahabatnya rela jauh-jauh dari fakultas teknik menuju fakultas ekonomi hanya untuk memberikan buah untuk Nozela.Nozela tersenyum senang, dia menerimanya. "Makacih Liam."Nozela membuka paperbag itu, dia melihat banyak buah kelengkeng didalamnya. Dia merentangkan tangannya lalu memeluk tubuh William, Nozela senang karena William masih ingat buah kesukaannya."Habis ini gue pinjem PS5 punya lo, buat main di apart sama mereka." Tunjuk William pada kedua temannya.Nozela melepaskan pelukannya, dia mencebikkan bibirnya. "Pamrih banget."Leon menatap tak suka pada William yang menurutnya teralu bebas pada Nozela padahal dia sudah memiliki kekasih. Dia samping Nozela, Thalia memperhatikan perubahan wajah Leon saat William datan

  • Gairah Sahabatku   bab 1

    "Emmhhh, ahhh."Suara menggema di sebuah kamar di apartemen. Clarissa merebahkan tubuhnya diranjang. Di depannya, William tengah memainkan pucuknya secara bergantian."Enak?" Tanya William sambil menyeringai.Clarissa tersenyum menggoda, dia sengaja menggigit bibir bawahnya sambil menggigit kuku jari telunjuknya. William tak tahan melihat wajah kekasihnya yang terlihat bergitu sexy dan menggoda.Kembali William menyerang sesuatu yang membuat Clarissa seperti hilang akal, sesekali dia menyesapnya hingga meninggalkan jejak kemerahan.Hubungan mereka sudah terjalin selama satu tahun lebih, namun sampai saat ini permainan mereka hanya sebatas itu saja. William masih waras untuk tidak menggagahi gadis yang belum sah menjadi istrinya itu."Aku nggak tahan Liam, gatel banget." Ucap Clarissa dengan suara dibuat seerotis mungkin.Cup.William melepaskan tautan bibirnya dari benda kenyal itu, dia sama tak tahannya dengan sang kekasih. Bahkan bagian bawahnya juga sudah tegang minta dimanjakan.P

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status