Share

Saling Melempar Diri

“Lupakan saja lelaki brengsek itu! Kau hanya akan sedih jika terus mencintainya!”

Sebuah kata-kata yang membuat Mona membulatkan matanya. Dia menatap sang adik kakak yang terlihat penuh dengan amarah. Apa yang terjadi dengan lelaki itu? Kenapa Andri tiba-tiba berbicara seperti itu padanya?

Dia meminta Mona untuk melupakan Raka, sang suami. Padahal selama ini, Andri sendiri yang berusaha untuk berpikir positif pada kakaknya itu. Raka sibuk bekerja di sana, sehingga tidak memiliki waktu yang banyak untuk keluarganya sendiri. Hal yang begitu dipercaya oleh Andri.

Namun sekarang kenapa cara berpikirnya tiba-tiba berubah?

“Kenapa kau berbicara seperti itu Andri? Dia itu Kakakmu, kau tidak boleh berbicara hal yang buruk tentangnya. Bukankah kau sendiri tahu jika Raka sangat sibuk dengan pekerjaannya? Jadi aku akan sangat mengerti.”

Mona berusaha untuk selalu berpikiran positif, walaupun pada kenyataan hatinya merasa risau. Dia hanya ingin pernikahannya dengan lelaki yang begitu dia cintai itu baik-baik saja. Namun ternyata, semakin lama hatinya semakin sakit. Dia tidak kuat lagi menunggu dan terus bersabar. Terkadang dalam beberapa situasi, hatinya merasa lelah. Dia ingin pergi, berpaling kepada lelaki lain.

Andri mengusap wajahnya yang dipenuhi rasa kesal, kemudian menatap sang kakak ipar yang hampir meneteskan air matanya. Mungkin wanita itu tidak menyangka, jika dia akan mendapatkan bentak dari Andri.

“Kak, aku mengatakan itu hanya untuk membuatmu merasa baik-baik saja. Selebihnya aku berbohong jika terus mendukung hubunganmu dengan Kakakku.”

Andri mengatakan apa yang ingin dia katakan selama ini. Jika dia tidak pernah setuju, jika Mona bertahan dengan kakaknya. Lelaki itu hanya akan membuat Mona menderita, tanpa cinta ataupun perhatian.

“Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku hanya seorang wanita, aku tidak bisa berbuat apapun Andri.”

Mona duduk di tepi ranjang, dia menutup wajahnya yang sedang menahan air mata. Namun Andri menyadari itu, kemudian langsung memeluk kakak iparnya erat. Dia merasa menyesal telah membentak Mona dengan semua luapan emosi itu.

“Maafkan aku Kak, aku benar-benar tidak bermaksud mengatakan hal seperti itu kepada Kakak. Aku hanya tidak sanggup melihat Kakak menderita selama ini. Kakak terlalu cantik, bahkan pantas mendapatkan lelaki yang lebih baik dari Raka!” Ucap Andri pada wanita itu.

Mona menatap sang adik ipar, “Memangnya lelaki mana yang mau menerimaku? Aku ini bukan siapa-siapa kecuali wanita miskin.”

“Siapa bilang? Para lelaki tidak menilai wanita dari segi harta, bahkan penampilan. Mereka lebih tertarik dengan sikap dan juga hal lain yang lebih menarik hati.”

Andri berbalik untuk tidak menatap Mona di sana. Dia merasa malu sendiri dengan apa yang dikatakan olehnya. Namun tiba-tiba sebuah pelukan membuat matanya membulat sempurna. Itu adalah ulah si kakak ipar, Mona memeluk tubuh kekar itu tanpa ragu ataupun malu.

“Aku tahu maksud dari perkataan mu itu. Katakan saja jika kau merasa lebih baik daripada Kakakmu,” ucap Mona pada lelaki itu.

“Tid—ak! Aku tidak berkata seperti itu,” ucap Andri terbata-bata.

“Benarkah? Aku pikir kau mulai menyukaiku ketika kita lebih sering bersama. Andri tolong jujur saja padaku, kau suka padaku, kan?”

Sebuah pertanyaan yang benar-benar tidak bisa Andri jawab. Dia diam membeku seperti balok es, sedangkan Mona semakin mempererat pelukannya itu. Dia tidak perduli lelaki itu marah ataupun tidak, yang pasti, wanita itu hanya sedang mengikuti kata hatinya.

“Kak, jangan lakukan hal seperti ini. Bahaya jika sampai ada orang yang melihat,” ucap Andri sembari mencoba melepas pelukan itu.

Mona hanya tertawa kecil, dia benar-benar sudah gila saat ini. Wanita itu malah asik merasakan kehangatan tubuh sang adik ipar, lengkap dengan perut kekarnya itu.

“Diamlah! Aku hanya butuh sebuah pelukan. Tidak bisakah kau memberikan itu padaku sebagai seorang saudara?”

Andri melepaskan pelukan itu dengan paksa, kemudian menatap sang kakak ipar di sana. Dia seolah tidak senang dengan pertanyaan yang keluar dari mulut wanita itu. Jika boleh jujur, Andri tidak ingin menjalin hubungan saudara dengan Mona.

“Aku tidak ingin memberikan Kakak pelukan seperti itu. Aku ingin sebuah hubungan yang lain, hubungan yang lebih dari pada itu.”

Mona mengerutkan alisnya, apa maksud dari ucapan lelaki itu? Hubungan apa yang di inginkan oleh Andri? Mona benar-benar tidak mengerti.

“Apa maksud dari ucapanmu itu Andri? Kau tidak ingin aku anggap sebagai saudara?” Tanya Mona kepada lelaki itu.

Andri berjalan lebih dekat kepada wanita itu, membuat Mona mundur perlahan ke tepi ranjang. Sebuah hal tak terduga lelaki itu lakukan, ketika Andri mendorong sang kakak ipar ke atas ranjang. Tubuh kekar itu bahkan menghimpit Mona dengan hangatnya.

“Berani sekali kau Andri, sekarang apa yang akan kau lakukan?”

Mona sepertinya tidak keberatan dengan apa yang dilakukan oleh lelaki itu. Lagi pula dia sudah terlanjur memulai dengan pelukannya, jadi bagaimana jika keduanya saling melempar diri?

Sebuah kecupan manis Andri lakukan pada wanita itu, membuat Mona terdiam dengan seribu tanda tanya di dalam pikirannya. Sejak kapan lelaki itu berani berbuat mesum? Karena yang dia tahu, Andri adalah seorang yang sangat polos. Dia Takan berani menyentuh wanita seperti ini, bahkan padanya. Namun ciuman itu sangat berarti, seolah menghilangkan semua kerinduan yang ada di dalam hatinya.

“Katakan, apa ciuman itu membuatmu marah padaku?” Tanya Andri pada wanita itu.

Mona menggelengkan kepalanya, dia malah membalas ucapan itu dengan sebuah lingkaran di leher sang adik ipar. Mona menarik tubuh lelaki itu agar semakin dekat dengannya, kemudian mengecup bibirnya sekilas. Hal yang membuat mata Andri berkedip beberapa kali, kemudian kembali mengecup balik bibir kakak iparnya.

“Apa hanya ini yang kau bisa?” Tanya Mona pada lelaki itu.

Wanita cantik itu seolah sedang melempar dirinya pada sang adik ipar. Dia terlihat pasrah ketika tubuhnya di tindih, kemudian bibirnya di kecup secara sembarang.

Andri yang melihat, merasa diberikan kesempatan besar. Dia menggigit bibir bawahnya sendiri, kemudian bersiap untuk ciuman berikutnya. Hal yang sama terjadi pada Mona, wanita itu menarik nafasnya pelan, kemudian menarik Andri untuk lebih dekat lagi dengannya.

Kedua orang itu berciuman dengan lembut dan penuh perasaan. Menikmati setiap detik berharga yang penuh gairah. Tanpa sadar, keduanya jatuh dalam permainan yang mungkin akan menghancurkan sebuah hubungan pernikahan. Hanya karena kesempatan kecil ini, Andri dan Mona terbuai gairah yang semakin membara.

Andri, dia berhasil mengisi kekosongan di dalam hati Mona. Namun tanpa sadar sudah membuat lubang di dalam pernikahannya dan juga Raka.

Apa yang aku lakukan ini benar? Raka maaf, kau sendiri yang sudah membuat kekosongan di dalam hatiku. Jadi maaf saja jika aku mencari seseorang untuk menutupinya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Arryn Kapitan
cerita yang sangat menerik,nice .........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status