Home / Romansa / Gairah Terlarang Calon Mertua / Bab 6 Sentuhan yang dirindukan

Share

Bab 6 Sentuhan yang dirindukan

Author: Cynta
last update Last Updated: 2025-09-19 14:06:48

Jantung Audrey seketika terasa berhenti berdetak, darahnya beku. Di sana, di balik meja kayu yang mahal, berdiri sosok yang sangat ia kenal, Denzel Shaquille.

​"Selamat datang, Audrey," sapa Denzel, senyum miringnya muncul. Senyum yang sama persis seperti saat ia mencium Audrey di koridor.

​"K-kamu... Denzel?" Audrey tergagap, mundur satu langkah. "K-kamu... CEO perusahaan?"

​"Terkejut?" Denzel melangkah mendekat, matanya berkilat penuh kemenangan. "Aku sudah bilang, aku akan menemukan mu. Dan aku tidak akan membiarkan kamu melarikan diri dariku, Audrey."

​"Ini... ini tidak mungkin," bisik Audrey, ia mencoba lari, tapi kakinya kaku. "Aku harus pergi."

​"Duduk," perintah Denzel, suaranya rendah dan dalam, membuat Audrey tanpa sadar mematuhinya. Ia berjalan ke belakang meja, menuju kursi CEO yang besar. Denzel menepuk pangkuannya. "Di sini."

​"Denzel! Apa-apaan ini?! Ini kantor! Aku sedang bekerja!" seru Audrey, menahan diri.

​"Sekarang kamu bekerja untukku," Denzel menyeringai, lalu menarik paksa tangan Audrey. Kekuatan Denzel terlalu besar. Sebelum Audrey sempat bereaksi, ia sudah didudukkan di pangkuan Denzel.

​"Denzel! Lepaskan! Kalau ada yang lihat!" pinta Audrey, mencoba bangkit.

​"Tidak akan ada yang lihat. Ruangan ini kedap suara, dan aku memasang notifikasi di pintunya," Denzel berbisik di telinganya, jemarinya membelai pinggang Audrey, membuat wanita itu merinding. "Aku merindukanmu, Sayang. Kamu tahu itu? Dua hari tanpamu seperti dua tahun."

​"Ini gila! Turunkan aku! Aku akan berteriak!"

​"Silahkan. Aku akan senang mendengarnya," Denzel menunduk, tanpa peringatan, ia melahap bibir Audrey dengan ciuman yang mendalam dan brutal.

​Ciuman itu panas, penuh hasrat, dan menuntut. Semua penolakan Audrey hilang ditelan gairah yang kembali muncul. Denzel memasukkan lidahnya, mengobrak-abrik isi mulut Audrey, mencicipi kembali rasa manis yang ia rindukan.

​"Mmhh… Aaahhh.. Denzel..." rintih Audrey, tubuhnya mulai lemas.

​Denzel melepaskan ciumannya sejenak, menatap mata Audrey yang kini berkabut. "Aku ingin kamu, sekarang," bisiknya. "Aku tidak peduli ini kantor. Aku tidak peduli dengan rapat sialan itu. Aku hanya ingin kamu."

​Ia merogoh rok pensil Audrey, jemarinya yang kasar mengge rayangi paha mulus itu. Sentuhan Denzel langsung mengirimkan sengatan listrik ke seluruh tubuh Audrey.

​"Tidak... Aahhhh.. Denzel.. Jangan di sini... Aku mohon… Aahhh.." Audrey memohon, suaranya parau.

​"Terlalu terlambat, sweetheart," Denzel mendengus, lalu tanpa melepaskan Audrey dari pangkuannya, ia berdiri dan membawanya menuju ruang istirahat pribadi di sudut ruangan.

​Pintu tertutup.

Denzel menekan tubuh Audrey ke dinding. Ia merobek blus Audrey, kancing-kancingnya terlepas berhamburan di karpet tebal. Pakaian menjadi hambatan yang segera dieliminasi. Audrey kembali pasrah, tangannya melingkari leher Denzel, membalas sentuhan yang sudah ia rindukan tanpa ia sadari.

​"Aku akan buat kamu melupakan namanya, selamanya," Denzel menggeram, suaranya serak.

​Desahan Audrey bercampur dengan erangan rendah Denzel. Udara di ruangan itu seketika memanas. Denzel membawa Audrey keranjang rahasia di dalam ruangan itu. Di bawah sentuhan dominan dan liar Denzel, Audrey kembali menemukan dirinya hancur lebur dalam kenikmatan yang memabukkan.

​Tubuh mereka menyatu, lagi dan lagi, hingga keringat membanjiri bantal sutra. Audrey memanggil nama Denzel dengan suara putus-putus, sementara pria itu membisikkan kata-kata kepemilikan yang membuat Audrey makin gila.

“Aahhh.. Denzel.. Aku..”

“Tunggu Audrey.. Aku juga.. Aarrgghh..!”

​Mereka mencapai puncak bersama, nafas berburu, jantung berdebar keras. Denzel menyandarkan kepalanya di bahu Audrey, tubuhnya terasa berat dan puas.

​Tiba-tiba, suara ketukan keras diikuti suara panik terdengar dari balik pintu utama ruang CEO.

​”Pak Denzel! Buka pintunya! Aku tahu kau di dalam! Kita harus bicara tentang Audrey! Buka sekarang!"

‘​Suara itu.. Seperti suara Aiden!’ gumamnya dalam hati. 

​Wajah Audrey seketika pucat pasi. Ia mendorong dada Denzel panik. "Denzel! Siapa itu! Dia ada di sini! Dia akan melihat kita! Apa yang harus kita lakukan?!"

​Denzel mendengus kasar, wajahnya mengeras. Ia mencium kening Audrey sekilas, berusaha menenangkan.

​"Sstt... tenang," bisik Denzel, matanya tajam. "Cepat, pakai selimut itu dan diam di sini. Jangan bersuara apapun. Jangan bergerak."

​Denzel bangkit dengan cepat, meraih pakaiannya yang berserakan. Ia mengenakan jasnya dengan gerakan tergesa, rahangnya mengeras, seolah siap menghadapi pertempuran.

​"Apa pun yang terjadi, tetap di dalam. Jangan keluar," perintah Denzel tegas. 

"Itu pasti kepala bagian tidak tau diri yang mengganggu kita..” dia melangkah keluar ruangan. 

Sementara Audrey, masih penasaran dengan suara sosok yang baru datang di ruangan Denzel. Tapi saat Denzel menutup rapat pintu ruangan itu, semua hening. Tidak terdengar suara apapun  diluar sana. 

“Apa benar itu suara Aiden..?! Apa dia kenal Denzel..? Kenapa datang ke ruang ini..?! Bukankah hanya orang tertentu yang punya akses kesini..?!” gumam Audrey penasaran. 

**

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Terlarang Calon Mertua   Bab 6 Sentuhan yang dirindukan

    Jantung Audrey seketika terasa berhenti berdetak, darahnya beku. Di sana, di balik meja kayu yang mahal, berdiri sosok yang sangat ia kenal, Denzel Shaquille. ​"Selamat datang, Audrey," sapa Denzel, senyum miringnya muncul. Senyum yang sama persis seperti saat ia mencium Audrey di koridor. ​"K-kamu... Denzel?" Audrey tergagap, mundur satu langkah. "K-kamu... CEO perusahaan?" ​"Terkejut?" Denzel melangkah mendekat, matanya berkilat penuh kemenangan. "Aku sudah bilang, aku akan menemukan mu. Dan aku tidak akan membiarkan kamu melarikan diri dariku, Audrey." ​"Ini... ini tidak mungkin," bisik Audrey, ia mencoba lari, tapi kakinya kaku. "Aku harus pergi." ​"Duduk," perintah Denzel, suaranya rendah dan dalam, membuat Audrey tanpa sadar mematuhinya. Ia berjalan ke belakang meja, menuju kursi CEO yang besar. Denzel menepuk pangkuannya. "Di sini." ​"Denzel! Apa-apaan ini?! Ini kantor! Aku sedang bekerja!" seru Audrey, menahan diri. ​"Sekarang kamu bekerja untukku," Denzel menyeringai, l

  • Gairah Terlarang Calon Mertua   Bab 5 Bayangan di balik sosok misterius

    ​Dua hari telah berlalu sejak kekacauan di Hotel Grand Viera. Dua hari di mana Audrey mengurung diri di apartemennya, sibuk dengan pemikiran dan keputusan gilanya seakan merasakan sakit yang belum sembuh. Namun hari ini, ia memaksa dirinya kembali ke kantor. Bagaimanapun, hidupnya harus terus berjalan. ​Di dalam lift kantor, napas Audrey tertahan. Ia mengenakan blus putih profesional dan rok pensil, berusaha memancarkan ketenangan yang jauh dari yang ia rasakan. Ia bekerja di departemen pemasaran, dan sayangnya, di bawah pengawasan langsung Stella, wanita yang mendesah nikmat bersama Aiden, tunangannya, di kamar mandi. ​"Selamat pagi, Bu Audrey," sapa resepsionis, senyumnya ramah, tapi Audrey tahu sorot mata karyawannya dipenuhi keingintahuan akan drama pertunangan yang gagal. ​Audrey hanya mengangguk tipis. Ia berjalan menuju mejanya, berusaha fokus pada tumpukan file di hadapannya. ​Namun, fokus itu adalah ilusi. Setiap kali matanya terpejam, bayangan wajah Denzel muncul. Bukan

  • Gairah Terlarang Calon Mertua   Bab 4  Pertunangan yang gagal

    ​Ballroom mewah Hotel Grand Viera kini berubah menjadi sarang desas-desus. Musik yang tadinya mengalun lembut kini terasa sumbang. Sudah lebih dari tiga jam sejak waktu yang ditentukan, namun pasangan pertunangan, Aiden Trustin dan Audrey Ginnifer, tak kunjung muncul.​Aiden berdiri di tengah panggung yang dihiasi bunga-bunga mahal, wajahnya pucat pasi di balik senyum yang dipaksakan. Ia berusaha keras menutupi kegelisahannya.​“Maafkan saya, hadirin sekalian,” ujar Aiden, meraih mikrofon. Suaranya sedikit bergetar. “Audrey… dia sedang tidak enak badan mendadak. Ada sedikit masalah pribadi yang harus kami selesaikan.”​Seorang tamu penting, Mr. William, berbisik pada istrinya, “Masalah pribadi? Beberapa jam lalu harusnya cincin tunangan itu disematkan, bukan? Ini skandal, Aiden Trustin terlalu ceroboh!”​Aiden melihat tatapan tajam dari Papa Audrey, Melvin Ginnifer. Melvin memberi kode keras agar Aiden segera menyelesaikan drama memalukan ini.​“Kami mohon pengertian Anda,” lanjut Aid

  • Gairah Terlarang Calon Mertua   Bab 3 Penyesalan yang terlambat

    Setelah beberapa jam Audrey terlelap dalam delapan Denzel, dia merasa dingin menyergap kulit telanjangnya. Bau disinfektan hotel bercampur samar dengan aroma keringat dan maskulin yang ia sadari milik pria di sampingnya. Matanya mengerjap, menatap langit-langit kamar yang mewah. “Astaga, jam berapa ini?!” gumamnya panik. ​Audrey menoleh.Denzel terlelap di sampingnya, bantal menutupi sebagian wajah tegasnya. Rambutnya yang gelap sedikit berantakan. Ia terlihat begitu damai, kontras dengan badai emosi yang baru saja ia ciptakan di dalam diri Audrey.​”Aku gila. Benar-benar gila.”​Ia buru-buru menarik selimut tebal, menutupi tubuhnya. Penyesalan itu menenggelamkannya dalam rasa malu yang tak terhingga. Perbuatan nekatnya terasa seperti noda hitam yang tidak akan pernah bisa ia hapus.​Dengan sangat hati-hati, Audrey berusaha melepaskan pelukan Denzel yang melingkari pinggangnya. Tangan kokoh itu terasa berat, namun saat ia berhasil terlepas, ia menoleh sekali lagi memperhatikan wajah

  • Gairah Terlarang Calon Mertua   Bab 2 Ranjang Panas Pria Asing

    Nada dering ponsel di meja samping ranjang terus bergetar, seolah menuntut perhatian. Nama Aiden berkedip di layar, memecah keheningan kamar hotel yang kini dipenuhi desahan dan napas berat.Audrey menoleh, tapi tidak ingin meresponnya. Sekejap tubuhnya menegang. Namun bukannya meraih ponsel itu, tangannya justru melayang, meraih wajah pria asing yang masih menindih tubuhnya. Bibirnya bergetar, penuh emosi yang bercampur hasrat.Namun pria asing itu mengambil jarak, menatap Audrey, penuh tanya. “Ponsel kamu berdering, mau terima dulu?!“Aku.. Sudah gak peduli,” bisiknya dengan napas terengah.Tanpa berkata banyak, Audrey meraih ponsel itu, menekan tombol, dan mematikan panggilan masuk. Bunyi klik dari layar yang gelap seolah jadi tanda bahwa malam ini Audrey resmi mengambil keputusan paling gila dalam hidupnya.Jemari Audrey menekan dada bidang pria asing itu yang menatapnya mendalam, rahangnya tampak mengeras, tapi tatapan matanya dipenuhi hasrat yang tak kalah liar. “Siapa namamu..

  • Gairah Terlarang Calon Mertua   Bab 1 Suara Desahan di Kamar Mandi

    “Ah…” Suara perempuan itu bergetar tertahan di sela napasnya, “Jangan terlalu keras.”“Mmhh… jangan di sini…” ujarnya mendorong dada bidangnya dengan gemetar. “Kalau ada yang lihat—”“Tidak akan ada yang melihat,” potong Aiden cepat, tatapannya membakar. “Kamar mandi ini masih tertutup. Aku sudah menahan diri seharian.” Lengan kokohnya melingkari pinggangnya, menariknya lebih dekat, seakan takut ia terlepas.“Tapi… sebentar lagi pertunanganmu..” bisiknya nyaris tak terdengar.Aiden menahan napasnya, lalu dengan lirih penuh hasrat berkata, “Kalau begitu, kita lanjutkan nanti.”Wajah perempuan itu menegang, bibirnya bergetar. “Bagaimana dengan Audrey…?” Tatapan Aiden mengeras, dalam dan tajam. “Jangan sampai dia tahu.”Gaun putih gading itu masih melekat di tubuh Audrey saat ia membuka pintu kamar mandi hotel. Detik berikutnya, dunianya runtuh. Calon tunangannya—laki-laki yang beberapa jam lagi akan melingkarkan cincin di jarinya—tengah menindih perempuan lain. Perempuan itu bukan or

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status