Share

Ancaman

Buset bener dah jika seperti ini. Bagaimana tidak? Kasih sang ibu dari Anna benar-benar menceritakan prihal keinginan sang putri kepada Johan, suaminya.

Mendengar curahan istrinya yang terasa sangat berat bila berjauhan dengan Anna, Johan pun tidak bisa membendung air matanya juga. la ikut terhanyut dan mulai menangis. Bayangkan, jika Johan tidak ikutan mewek dalam suasana tersebut, bisa-bisa ía terkena ulti dari sang istri. Namun, dalam hati terdalamnya ía juga merasa berat jika harus berjauhan dengan putri tirinya tersebut. Dirinya sudah menganggap Anna layaknya anak kandung sendiri.

"Aku ingin, Ayah membujuk Anna agar mengurungkan niatnya itu. Ibu sangat berat jika ia tinggal sendirian, dan aku sangat kenal anakku. dia seorang penakut. Tidak mungkin akan berani tinggal seorang diri di sana," ucap Kasih sambil terisak. Ia berharap Johan bisa membantunya.

Johan memeluk tubuh kasih dengan lembut. Dia berada di dua pilihan, antara memenuhi permintaan istrinya ataukah malah sebalik nya.

"Atau, kita minta Keymal saja untuk menjaga Anna?" Kasih memberi usulan. Mereka sama-sama diam memikirkan perbincangan akhir keduanya.

*** 

Pagi itu saat Anna ingin berangkat ke kampus. keluarga Johan Nugraha menyempatkan waktu untuk sarapan bersama.

"Ayah ingin berbicara padamu, Nak, "ucap Johan ketika Anna sudah duduk di meja makan untuk sarapan. Anna Mengangguk pasrah, dan mengikuti sang ayah menuju ruang tamu.

Sesampainya di sana, Johan menarik napas gusar. Dia Mengingat perkataan Kasih tadi malam yang menginkan Keymal menemani sang putri, lebih tepatnya tinggal bersama.

Jujur dia khawatir mengingat bagaimana tingkah anak sulungnya tersebut pada seorang wanita. la tahu betul bagaimana sifat anaknya itu.

"Apa kamu yakin ingin pindah dari rumah ini?" tanya Johan kepada anak tirinya. Anna hanya membalas dengan anggukan kepala disertai senyuman canggung.

"Kamu tidak betah di sini? Atau ada yang membuatmu tak nyaman?" bondong Johan dengan pertanyaa nya.

"Tidak Ayah, tidak! Anna nyaman berada di sini, hanya saja Anna ingin mandiri, dan tidak merepotka ibu lagi," tuturnya lembut berharap Johan memahaminya. kemudian menyetujui apa keinginan putri tirinya itu.

Johan dan Anna terus berbincang. Di samping itu mereka tidak menyadari jika perbincangan keduanya tersebut ada yang menguping.

Keymal memperhatikan keduanya dengan sangat teliti, dan dia juga tengah memikirkan cara bagaimana caranya agar dia bisa menggagalkan niat adik tirinya itu?

Parah! Ternyata Keymal sudah sangat candu bila berdekatan dengan Anna. Bahkan lelaki itu juga merasakan hal yang berbeda dengan dirinya tersebut.

"Kamu sudah dengar semuanya?" Secara tiba-tiba Keymal dikejutkan oleh kedatangan Kasih, ibu tirinya. Wanita itu menyentuh pelan punggung Keymal dengan mata yang sudah mengembun.

Keymal tahu jika Kasih pasti sangat kepikiran akan hal tersebut.   

"Dasar Anna saja yang tega ingin berjauhan dengan seorang ibu seperti dia," batin Keymal.

Keymal hanya mengangguk pelan.

"Mama ingin kamu menjaga Anna. Anggap dia sebagai adik kandungmu sendiri, aku mohon." Mengucur sudah air mata Kasih membasahi pipi mulusya. Begitu dalam rasa sayangnya terhadap Anna hingga berjauhan saja ia begitu dilema. 

"Mama ingin aku melakukan apa untuk, Anna?" tanya Keymal sopan. la memanggil Kasih dengan sebutan mama, karena itu sudah menjadi kebiasaanya dulu ketika masih bersama mama kandungnya. Kasih dia sambil melihat ke arah Anna dan suaminya, kemudian menatap Keymal yang berada tepat di depannya dengan tatapan serius. 

*** 

"Lepas, kak! kenapa Kakak bawa Anna ke sini?!"

Keymal membuang napasnya kasar mendengar protesan Anna. Lelaki itu kemudian melepaskan cekalan tangannya pada pergelangan tangan Anna saat mereka berdua sudah berada di ruangan kantor miliknya.

"Aku membawamu ke sini untuk mengatakan sesuatu."

Anna tampak acuh. Perbuatan yang kemarin lelaki ini lakukan bahkan masih begitu membekas di sudut hatinya.

"Aku tidak mau mendengarkannya. Anna sudah malas dengan Kakak!"

Keymal berkacak pinggang seraya mendongakkan kepalanya ka atas membuang napasnya dari mulut. Menjilat bibirnya yang kering kemudian menatap lurus gadis yang kini masih berdiri tepat di belakang pintu.

Anna tersenyum getir. "Kakak tidak usah ikut campur urusanku, Anna tidak suka laki-laki pemain wanita berdekatan denganku!" tambahnya yang beranggapan bahwa Keymal seorang pemain wanita, ya meskipun hal tersebut adalah kenyataan.

Keymal tersenyum miring. Untuk beberapa saat lelaki itu terdiam. Ia pandangi wajah Anna yang kusut. Gadis cantik di hadapannya ini benar-benar sulit dipahami. Kadang kala  seperti penakut dan penurut kadang kala bisa membangkang bersikap emosi tanpa terkendali.

Sejenak ia teringat akan pesan Kasih tadi pagi, dan entah kenapa Keymal menyetujuinya. Bahkan dia begitu yakin jika perbuatannya itu telah benar bahkan sangat benar menurut dia.

"Ngapain liatin Anna seperti itu?" cetusnya sambil memutar bola mata jengah. Sadangkan Keymal sendiri tengah memikirkan cara bagaimapun ia harus bisa menaklukkan adik tirinya tersebut.

Mungkin saat ini Keymal akan sedikit merasa tertantang dengan sikap Anna, yang diyakini akan terus menentang perintah maupun permintaannya. Meskipun kesulitan, tetapi Keymal masih memiliki seribu cara untuk menaklukkan Anna.

Lelaki itu kembali mencekal pergelangan tangan Anna ketika melihatnya hendak pergi. Kemudian menyentaknya sedikit pertanda Keymal dalam mode serius.

"Apalagi? Anna mau kuliah Kak, dan sekarang Anna sudah telat," ucapnya tegas dengan mimik muka serius. Pandangan keduanya terkunci satu sama lain.

"Aku kenal dengan dosen yang akan mengajarmu hari ini, jadi kamu tidak perlu khawatir," balas Keymal jujur. Dia memang kenal dengan salah satu dosen Anna dan sudah mengatakan jika hari ini Anna tidak dapat hadir dalam pelajarannya agar Anna tidak terkena point karena tidak masuk kuliah hari ini.

Setelah berdebat masalah kuliah, Anna memutuskan untuk mengalah saja lalu duduk di sofa panjang milik Keymal. Melempar bokongnya kasar, dan menyandarkan kepalanya.

"Ya udah, Kakak mau ngomong apa hingga menyandra Anna di sini?" tanya gadis tersebut sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ini adalah amanah dari mama, dan sekaligus perintah dari dia!" Keymal memberikan ultimatum kepada Anna.

"ya, Anna paham," tandasnya acuh. Setelah itu menutup matanya pelan.

Lagipula dia sendiri sudah mendapatkan persetujuan dari Johan untuk pindah dari rumahnya itu, berarti hari ini adalah hari terakhir mereka bertemu.

Benar Anna sudah mendapatkan lampu hijau dari Johan untuk mencari jati dirinya dengan cara hidup mandiri. Meskipun harus berjauhan dengan Kasih, toh menurutnya ia masih bisa mengunjungi ibunya itu jika sedang libur.

"Mama ingin Aku menemanimu tinggal di sana," tutur Keymal enteng. Namun, di dalam hatinya yang terdalam ia sedang bersorak ramai tanda kemenangan.

Anna yang mendengar hal tersebut pun benar-benar kaget bukan main. Padahal tadi pagi sang ayah yaitu Johan tidak ada mengatakan hal itu. Johan sengaja tidak mengatakannya karena khawatir Keymal tidak benar-benar menjaga Anna. 

"Mana bisa seperti itu?" selidik Anna merasa jika perkataan Keymal hanya akal-akalan dia saja agar bisa berdekatan denganya setiap saat.

"Terserah kalau kamu tidak percaya. Yang penting aku sudah menyampaikan amanah mama. Lagipula aku sudah tidak berminat denganmu lagi!" tandas Keymal, kemudian berjalan mendekati sang gadis.

Bohong jika Keymal sudah tidak minaat pada Anna.

"Aku tidak akan mengganggumu lagi jika kamu mau Menurutiku. Kamu akan aman, tenang saja," ucap Keymal setelah duduk tepat di depan Anna.

"Apa aku akan percaya begitu saja dengan omongan, Kakak?" cicit Anna geram. Dia tidak mudah percaya begitu saja dengan kibulan Keymal.

Keymal Mendesah, lalu menatap adik tirinya itu dengan sangat serius seolah ingin mengatakan hal yang sangat penting dalam hidupnya saat ini. Percuma dia mengatakan tidak berminat pada Anna sedangkan matanya tidak dapat berbohong bila berdekatan dengan gadisnya tersebut. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status