Share

Part 2

last update Last Updated: 2025-09-15 15:59:24

"Sky!" Mamanya melambaikan tangan begitu melihat Sky muncul di ballroom.

Sky menarik langkah berat mendekat, sama dengan hatinya yang juga berat.

Pertunangan ini adalah perjodohan bisnis. Sky sama sekali tidak menghendakinya. Sky setuju ditunangkan dengan Leo semata-mata atas paksaan Ayana, sang ibu.

Sejak awal Sky menolak, tapi suara penolakannya selalu kalah oleh suara ibunya.

Sky menggigit bibir. Ia tahu takdirnya sudah diseret jauh sejak ayahnya meninggal ketika ia masih berusia empat tahun. Sejak itu, hanya ada ibunya yang berjuang sendirian mengurus dirinya sekaligus mempertahankan perusahaan peninggalan sang suami.

Sky hanya memiliki Ayana, seorang ibu yang keras dan ambisius. Ayana memang menyayanginya, tapi cintanya selalu disalurkan dalam bentuk aturan, disiplin, dan tuntutan. Tidak ada kelembutan yang bisa menjadi tempat Sky bersandar saat lelah. Tidak ada figur laki-laki yang menenangkan saat dirinya ketakutan.

Kekosongan itu terus terbawa hingga ia dewasa. Ia merindukan sosok yang bisa melindunginya, menguatkannya, sekaligus memberinya rasa aman yang tidak pernah ia dapatkan sejak kecil.

Dan di situlah Jagad hadir.

Sepupu yang lebih tua dua belas tahun darinya itu awalnya hanya menjadi teman bermain. Namun seiring waktu, Jagad menjadi satu-satunya laki-laki yang benar-benar peduli padanya. Saat remaja, ketika Sky menangis karena nilai buruk atau bertengkar dengan ibunya, Jagad selalu ada. Ia tahu cara menenangkannya, tahu bagaimana mengusap kepalanya dengan lembut, tahu bagaimana membuat dunia yang kacau terasa baik-baik saja.

Sky sering bertanya di dalam hati, apakah semua ini hanya karena mereka sepupu? Atau ada sesuatu yang lebih dari itu?

Kedekatan mereka lama-lama tumbuh menjadi kebutuhan. Sky tidak lagi bisa membayangkan hidup tanpa Jagad. Ia merasa hanya lelaki itu yang bisa memahami sisi rapuhnya, sisi yang selalu ditutup rapat dari orang lain.

Dan tanpa ia sadari, rasa nyaman itu berubah menjadi ketertarikan. Sebuah cinta yang terlarang, tapi begitu dalam dan kuat.

Cinta yang kini membuat langkahnya menuju pertunangan dengan Leo terasa seperti berjalan menuju kehancuran.

Hatinya sudah terikat pada Jagad, lelaki yang bahkan tidak pantas ia cintai. Lelaki yang merupakan sepupunya sendiri.

"Dari mana aja kamu? Dari tadi Mama cariin," omel ibunya.

"Dari toilet, Ma." Sky jelas berbohong. Sejak sejam yang lalu dirinya berada di kamar Jagad, memadu kasih dengan lelaki itu.

"Sampai selama itu?" Mata mamanya melebar tidak percaya.

"Perutku agak sakit, Ma, mungkin ada salah makan." Sky membuat alasan sambil sedikit meringis, berharap bisa meyakinkan mamanya.

Ayana mengembuskan napas. Ia merapikan sedikit gaun putrinya lalu menggenggam lengan Sky erat-erat. "Senyum sedikit. Jangan cemberut terus. Jangan bikin Mama malu,” tegasnya penuh penekanan melihat wajah murung putrinya.

Sky hanya mengangguk meski hatinya berontak. Genggaman Ayana seperti borgol tidak kasat mata yang menyeretnya semakin jauh dari dirinya sendiri.

"Oh iya, Jagad mana? Kok Mama nggak ngeliat dia dari tadi?" Ayana menoleh ke kanan dan kiri, mencari sosok keponakannya di tengah kerumunan.

Pertanyaan itu membuat jantung Sky berdegup tidak karuan. Terlebih saat mengingat beberapa saat yang lalu tubuhnya berada dalam pelukan hangat lelaki itu.

"Mungkin Mas Jagad lagi sibuk, Ma," jawab Sky pelan, mencoba terdengar wajar.

"Ah, itu dia." Senyum Ayana mengembang menyaksikan Jagad sedang berbicara dengan salah satu kerabat di dekat panggung. Tubuh tegapnya dibalut batik coklat seragam keluarga. Posturnya yang menjulang membuatnya mudah dikenali di antara kerumunan.

Selama ini Jagad memang sangat membantu. Sejak jauh-jauh hari sebelum acara, ia yang bolak-balik menemani Ayana memilih vendor, memastikan dekorasi ballroom sesuai standar, bahkan mengurus hal-hal kecil seperti koordinasi dengan MC dan band pengisi acara. Baginya, itu wajar. Jagad sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Ayana.

"Kalau bukan karena Jagad, Mama nggak tahu deh acara ini bisa sempurna atau nggak."

Sky tidak sanggup mengatakan apa pun. Tubuhnya semakin beku ketika Jagad datang menghampiri.

"Gad, gimana? Ada yang belum beres?" Ayana langsung bertanya.

"Semua sudah beres, Tante. Lighting, musik, dekorasi, semua sudah dicek ulang. MC juga sudah standby. Tinggal menunggu keluarga Widjaja masuk ke ballroom."

Ayana tampak puas. "Syukurlah. Kamu memang selalu bisa diandalkan, Gad."

"Senang bisa bantu, Tante." Senyum tipis terukir di bibir Jagad sebelum akhirnya ia mengalihkan pandangannya pada Sky.

Untuk sesaat, mata mereka bertemu. Ada debar yang hanya mereka berdua yang tahu. Di balik tatapan datar dan tenang itu, Sky bisa membaca pesan tersembunyi yang tidak bisa terucap di hadapan Ayana.

"Cemberut aja, senyum dong. Masa di hari bahagia wajahnya muram begini?” ujar Jagad dengan suara yang terdengar ringan, seolah hanya bercanda, tapi sorot matanya menusuk jauh ke dalam diri Sky.

Ayana terkekeh kecil dan ikut menimpali. “Mama bilang juga apa. Jangan bikin orang-orang melihat kamu seolah dipaksa. Ingat, ini pesta pertunanganmu, semua mata tertuju padamu.”

Sky memaksa bibirnya melengkung tipis. Senyum yang ia hadirkan terasa kaku, tapi cukup untuk membuat orang-orang di sekitarnya menganggap ia baik-baik saja.

"Oh ya, Gad," ujar Ayana. "Fotografer, kan, sudah ada. Tapi Tante ingin kamu juga mengabadikan beberapa momen dengan gayamu. Tante percaya sama taste kamu. Secara kamu sudah pro."

"Siap, Tante," jawab Jagad patuh.

Acaranya akhirnya dimulai. Setelah kata sambutan dan beberapa ritual umum pertunangan, tibalah pada momen tukar cincin.

Seorang panitia membawa nampan beludru. Dua cincin berlian tertata indah di atasnya.

Leo melangkah lebih dulu. Dengan penuh percaya diri, ia meraih tangan Sky. Senyum lebar mengembang di bibirnya. Benar-benar yakin bahwa kebahagiaan sudah digenggamnya. Jemari kokohnya menyematkan cincin itu di jari manis Sky. Riuh tepuk tangan langsung terdengar.

Sky menahan napas. Tangannya terasa membeku ketika mengambil cincin untuk Leo. Gerakannya lambat, ragu, dan terpaksa. Tapi ia tidak bisa lari. Ia akhirnya berhasil menyematkan cincin itu ke jari Leo.

Sekali lagi ballroom dipenuhi tepuk tangan dan sorak kecil dari para tamu.

Dan puncaknya pun tiba.

Leo merengkuh Sky. Jemarinya menyentuh wajah Sky dengan penuh kelembutan yang hanya terlihat di permukaan. Lalu, di hadapan ratusan mata, bibirnya mengecup kening Sky dengan sedikit lama seolah menegaskan kepemilikan.

Sky memejamkan mata. Bukan karena terharu, melainkan karena ingin kabur dari kenyataan.

Saat ia membuka mata, pandangannya langsung membeku.

Tepat di hadapannya, hanya berjarak beberapa langkah, Jagad berdiri dengan kamera di tangannya. Lensanya menyorot Sky dan Leo yang bertukar cincin dan ciuman di depan semua orang.

Jagad tampak tenang. Lelaki itu menjalankan tugasnya dengan profesional. Begitu kontras dengan hati Sky yang pilu saat ini.

Jagad menurunkan kameranya perlahan. Tatapannya lurus ke arah Sky. Tatapan yang hanya mereka berdua yang tahu artinya.

"Sky, senyum yang lebar. Geser lagi ke kiri, jangan ada jarak. Tangan kamu di lengan Leo." Jagad memberi instruksi.

Sky terpaksa menuruti perintah itu sambil menekan rasa pilu jauh-jauh di dalam hati.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Terlarang Sepupuku   Part 123

    Waktu terasa berjalan sangat lambat.Sejak Asha pergi siang tadi, Sky tidak bisa tenang. Jarum jam seperti tidak bergerak. Ia bolak-balik dari jendela ke pintu, lalu ke tempat tidur lagi, hanya untuk memastikan dirinya masih berada di ruangan yang sama.Langit perlahan memudar. Semburat jingga menampakkan keindahannya, menandai datangnya malam yang ia tunggu sekaligus ia takuti.Setiap suara yang terdengar di luar kamar membuat jantungnya melonjak. Setiap suara pintu yang terbuka membuat napasnya tercekat. Sky tahu, begitu Leo pulang, semuanya bisa berakhir. Sky memandang jam di dinding. Pukul 19.42.Tinggal kurang dari dua puluh menit lagi.Sky memeluk perutnya yang mulai membesar, seolah ingin melindungi sesuatu yang jauh lebih berharga dari dirinya sendiri. 'Tolong, Tuhan ... kali ini aja selamatkan aku.'Lampu-lampu di luar menyala terang. Langit malam tampak bersih, hanya dihiasi cahaya tipis dari bulan separuh. Dari jendela kamarnya yang terkunci rapat, Sky kembali melihat ke

  • Gairah Terlarang Sepupuku   Part 122

    Sky menegang mendengar ucapan Leo. Dengan berani ia mendorong dada lelaki itu hingga tawanya terhenti."Kamu apain Mas Jagad?"Sky mulai berpikir Jagad tidak kunjung muncul karena sesuatu terjadi padanya. Dan penyebabnya adalah Leo. Apa jangan-jangan Leo ... membunuhnya?"Jawab aku, Leo! Kamu apain Mas Jagad!" Sky mendorong dada Leo sekali lagi. Dengan cepat lelaki itu menangkap tangannya.Cengkeraman itu begitu kuat hingga Sky meringis kesakitan. Leo menatapnya dengan mata yang gelap. Bukan lagi sekadar marah, tapi berbahaya."Kamu udah lupa siapa yang kamu hadapi, Sky?" Pria itu menggeram. “Aku nggak suka diinterogasi di rumahku sendiri.”Sky mencoba melepaskan diri, tapi Leo menahan lebih erat. "Lepasin! Aku tanya baik-baik!"Leo tersenyum sinis. "Baik-baik?" kekehnya. "Kamu pikir orang kayak Jagad pantas untuk kamu tunggu?""Dia nggak bersalah!" Sky berteriak keras-keras."Oh ya?" Leo memiringkan kepala, mendekatkan wajahnya begitu dekat hingga Sky bisa mencium aroma napasnya. "D

  • Gairah Terlarang Sepupuku   Part 121

    Sky menunggu dengan perasaan gelisah. Sambil duduk termenung pikirannya tidak jauh-jauh dari Jagad.Di mana kekasihnya itu sekarang?Kenapa tidak datang menjemput seperti yang sudah dijanjikannya pada Sky?Apakah dia baik-baik saja?Sky mengusap wajah. Ia berusaha menepis Jagad dari pikirannya lalu kembali fokus pada laptop.Beberapa saat kemudian email dari Asha masuk.Sky menegakkan duduk. Jantungnya langsung berdegup kencang. Ia buru-buru membukanya, berharap kabar baik, kabar yang memberinya jalan keluar.[Sky, gue udah ada pengacara buat lo. Gue udah ceritain masalah lo. Dia bakal bantu urus semuanya. Lo tenang ya.]Sky membaca baris-baris itu berulang kali, seolah takut maknanya berubah.Ada secercah harapan yang menyelinap di dadanya. Meski kecil tapi cukup untuk membuat air matanya menggenang.Ia menatap layar yang mulai buram oleh telaga air mata.Tangan kirinya menggenggam erat ujung meja, sementara tangan kanannya menekan bibirnya sendiri agar tidak mengeluarkan suara.Asha

  • Gairah Terlarang Sepupuku   Part 120

    Hari ini setelah tiga hari dirawat di rumah sakit akhirnya Sky diizinkan pulang. Leo datang menjemputnya. Kemarin dan kemarinnya lagi pria itu juga datang dengan Lyra, tapi hanya sebentar. Leo hanya sekadar setor muka lalu pergi. Ayana menyerahkan Sky pada Leo dengan begitu ringan tanpa pernah mau memahami perasaan sang putri. "Bawa aja dia, Le. Kalau dia bertingkah jangan sungkan-sungkan kasih hukuman. Kadang dia memang harus sedikit dikerasin." Leo menyeringai mendengarnya. "Tentu, Tante. Aku tahu bagaimana cara menghadapi istri tersayangku ini." Sky yang mendengar ucapan itu hanya diam menahan getir. Ia tidak punya tenaga untuk melawan. Ia hanya menatap wajah ibunya yang baru saja menyerahkannya seperti barang titipan. Leo menarik langkah, membawa Sky menuju mobil hitam yang sudah menunggu. Tubuh Sky masih lemah, tapi ia berusaha ber

  • Gairah Terlarang Sepupuku   Part 119

    Setelah tiba di rumah sakit Sky langsung mendapatkan perawatan intensif. Dokter mengatakan, "Kondisinya cukup berat. Pasien mengalami pendarahan hebat dan tekanan darahnya sangat rendah. Kami akan berusaha menghentikan pendarahan dan menstabilkan keadaannya. Tapi mohon izin, kalau keadaannya memburuk kami mungkin perlu melakukan tindakan lebih lanjut."Ayana mengangguk tanpa banyak bicara. "Baik, Dok."Setelah dokter berlalu, Ayana bicara pada Pak Maman dan Bi Sumi."Kalian pulang sekarang.""Tapi, Bu, saya--""Saya bilang pulang!" Ayana langsung memotong sebelum Pak Maman menyelesaikan ucapannya. "Masih banyak pekerjaan yang harus kalian lakukan di rumah. Biar Sky jadi urusan saya."Pak Maman dan Bi Sumi terkulai lesu. Mereka tidak bisa membantah lagi. Keduanya pergi dengan berat hati dan berharap Sky menemukan caranya sendiri untuk kabur dari rumah sakit.Sore harinya Sky dipindahkan ke ruang rawat. Kondisinya sudah stabil dan kandungannya berhasil diselamatkan. Pemandangan pertam

  • Gairah Terlarang Sepupuku   Part 118

    Malam itu terasa begitu panjang. Pak Maman dan Bi Sumi tidak tidur sedikit pun. Sky berbaring lemah di tempat tidur, tubuhnya menggigil meski sudah diselimuti selimut tebal. Napasnya naik-turun tidak teratur, dan setiap kali ia bergerak, darah kembali mengalir perlahan dari sela-sela pahanya. Bi Sumi mengganti kain alas berulang kali dengan perasaan khawatir. "Pak, darahnya belum berhenti. Harusnya Non Sky dibawa ke rumah sakit." Pak Maman duduk di sisi ranjang, menatap wajah Sky yang pucat. "Sabar ya, Non, tolong bertahan sedikit lagi," ujarnya. "Nanti pagi saya usahain supaya Bu Ayana kasih izin ke rumah sakit." Sky hanya diam. Tubuhnya yang menggigil membuat Bi Sumi buru-buru mengambil air hangat dan menempelkan botol kaca berisi air tersebut ke dekat kakinya. Ia lalu menuangkan sedikit air ke sendok, mencoba memberi minum. "Non, minum dulu sedikit." Tangan Sky gemetar saat menyentuh sendok itu. Setetes air tumpah di dagunya, tapi setidaknya ia menelan sedikit cairan. Pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status