Share

Gairah Terpendam Anak Juragan Kampung
Gairah Terpendam Anak Juragan Kampung
Author: LibraRahutia

Bab 1 Awal Pertemuan

"Lo, aku pulang dulu, ya," pamit Ayuna kepada Lola, sahabatnya.

"Mengapa pulang, Ay? Ini juga baru jam sepuluh," jawab Lola.

Lola adalah sahabat Ayuna, yang sedang mengadakan pesta anniversary satu tahun pernikahannya.

"Mengapa pulang? Kalau kamu takut pulang sendiri, nanti biar diantar oleh Ciko," sambung Feri.

Feri juga merupakan sahabat Ayuna, sekaligus suami Lola. Mereka baru saja merayakan anniversary satu tahun pernikahan mereka. Meskipun tinggal di desa, namun, di sana tidak terpencil, dan masih dekat dengan kota, dan hanya membutuhkan waktu dua sampai tiga jam jika ingin ke kota.

"Diantar Ciko?" tanya Ayuna, yang langsung diangguki oleh kedua sahabatnya itu.

"Aku tidak mau, dia itu terlalu agresif, aku tidak suka," sambung Ayuna lagi.

"Bukankah kamu menyukai cowok yang seperti itu? Lagi pula, ayahmu terus menjodohkan kamu dengan orang yang tidak kamu kenal, jadi, lebih baik dengan sepupuku, Ciko," ucap Lola sambil menaik-turunkan alisnya menggoda sang sahabat.

"Memang benar, tapi tidak seperti dia juga, yang suka memegang tangan orang tanpa permisi. Lagi pula, kalau masalah perjodohan, aku masih bisa mengatasi ayah."

"Iya deh, terserah kamu saja, aku hanya memberikan saran saja sama kamu, kalau diterima ya syukur, kalau tidak juga tidak masalah," sambung Lola sambil menatap sahabatnya.

Ayuna Baskoro gadis cantik nan mungil, berusia 25 tahun dan memiliki tubuh padat berisi. Gadis itu baru saja pulang dari ibu kota tiga bulan yang lalu, dan tentunya setelah menyelesaikan kuliahnya di sana. Awalnya Ayuna ingin bekerja di sana, namun ayahnya Wildan Baskoro sang juragan kampung, melarangnya untuk bekerja di kota. Sebenarnya Ayuna hanya ingin mencari pengalaman saja, karena sebenarnya dia memang tidak ingin hidup di kampung, namun karena sang ayah, juragan Wildan bersikeras untuk memintanya pulang, akhirnya mau tidak mau gadis itu terpaksa mengikuti keinginan orang tuanya.

"Kamu yakin Ay? Ini sudah larut loh. Apa lagi jalan mau ke rumah kamu itu sepi," tanya Feri sekali lagi.

"Iya tidak masalah, aku berani kok, sudahlah kak Feri jangan khawatir," sambungnya meyakinkan.

Feri dan istrinya Lola yang sekaligus sahabatnya itu saling pandang, dan setelahnya menghelakan nafas berat.

"Ya baiklah kamu hati-hati, ya?" ucap Lola.

"Nah begitu dong, kalau begitu kalian bersenang-senanglah, aku pulang dulu, bye." Gadis itu tersenyum, lalu segera melangkahkan kakinya keluar dari rumah sahabatnya tersebut.

Ayuna menatap jalan yang saat ini terlihat sepi. "Huuff, gelap banget kampungnya. Padahal masih jam sepuluh, salahku juga, kenapa tadi aku tidak bawa kendaraan Ayah," gerutu gadis itu merutuki kebodohannya.

"Kamu kenapa, melamun?" ucap seseorang, membuat Ayuna langsung terpekik kaget.

" Ciko? Astaga bikin kaget saja," ucap gadis itu mendengus kesal. Sedangkan yang di marahi hanya tersenyum saja.

"Kamu mau pulang, Ay?" tanya pria yang bernama Ciko

" Iya" hanya itu jawaban yang keluar dari mulut gadis itu, sebab Ayuna tidak terlalu menyukai pria yang ada di depannya saat ini.

"Mau aku, anterin?" tawarnya

"Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri," jawab gadis itu lagi.

Dan tanpa menunggu jawaban dari Ciko, Ayuna langsung melangkah kan kakinya menuju pagar rumah tersebut. Sedangkan Ciko hanya bisa menghela nafas berat.

"Kamu yakin mau pulang sendiri Ay? Ini sudah larut loh, lagi pula jalanan sudah sepi," ucap Ciko yang ternyata mengikutinya.

Ayuna mendengus, lalu menghentikan langkahnya."Terimakasih tawarannya, tapi maaf aku bisa pulang, sendiri." Ayuna kembali melangkahkan kakinya.

Ciko tidak lagi mengikuti Ayuna, dirinya hanya bisa menatap kepergian gadis itu hingga menghilang di kegelapan malam.

Ayuna terus melangkahkan kakinya menyusuri jalan setapak untuk sampai di rumahnya, walaupun rumahnya tidak terlalu jauh, namun saat itu jalanan terlihat sangat sepi, maklum di kampung, jika sudah malam hanya ada suara jangkrik dan binatang malam lainnya yang terdengar.

"Aduh, capek juga tenyata, kalau tau seperti ini aku tadi bawa motor saja," gerutu gadis itu lagi.

Saat Ayuna ingin memasuki jalan yang ada di persimpangan rumahnya, tiba-tiba terlihat ada sebuah sepeda motor yang melintas di depannya, Ayuna tidak perduli karena mengira jika itu hanya penduduk kampung yang lewat. Namun kening gadis itu mengernyit heran, saat tiba-tiba pemotor tersebut memutar arah dan berhenti tepat di depan Ayuna, membuat gadis cantik itu sedikit terkejut.

Bagaimana gadis itu tidak terkejut. Kalau melihat penampilan dua orang laki-laki yang ada di depannya saat ini, yang terlihat menyeramkan. Satu pria dengan tato di lengannya, sedangkan wajahnya terdapat bekas luka goresan yang memanjang, yang menurut Ayuna jika goresan itu adalah bekas terkena benda tajam. Sedangkan yang satu lagi, bertubuh besar dan hitam dengan rambut gondrongnya yang membuat Ayuna bergidik karena takut, sebab saat itu pria tersebut sedang menatapnya dengan pandangan mesum dan seolah ingin memakannya hidup-hidup. Ayuna yakin jika keduanya adalah preman di kampung tersebut.

"Siapa kalian, dan mau, apa??" tanya Ayuna lantang. Gadis itu tidak ingin kelihatan takut di depan para pria tersebut, walaupun dalam hatinya berdebar-debar karena rasa takutnya.

Kedua pria itu saling pandang, lalu tersenyum smrik ke arah gadis yang berada di depannya, senyum yang menurut Ayuna sangatlah menyeramkan.

"Tenanglah neng cantik, abang tidak jahat kok. Oya, neng cantik mau ke mana malam-malam begini? Ayo abang anterin," ucap salah satu dari dua orang tersebut, mereka terlihat terus menatap ke arah Ayuna dengan tatapan lapar.

Ayuna tau jika orang tersebut sedang mabuk, karna sangat tercium bau alkohol saat pria itu berbicara.

"Tidak perlu, rumah saya sudah dekat," jawab Ayuna ketus.

"Wih, cantik-cantik jutek. Tenang saja nona, kita-kita tidak jahat, kok," sambung salah satu preman tersebut kembali meyakinkan. Dan tanpa disadari Ayuna pria itu sudah berada di hadapannya. Membuat gadis itu semangkin waspada.

"Sebaiknya kalian pergi, dan jangan mengganggu, saya!" ketus gadis itu. Ayuna yang merasa semangkin terancam, ingin cepat- cepat pergi dari tempat tersebut. Namun seolah tau jika gadis yang ada di hadapannya ingin melarikan diri, tiba-tiba saja tangan Ayuna langsung ditarik oleh salah satu pria tersebut.

"Dasar pria kurang ajar lepaskan tangan, saya!" ucap Ayuna marah, lalu mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman preman tersebut.

"Tenang saja cantik, abang akan pelan-pelan, benar tidak, bro?" ucapnya sambil tersenyum pada temannya.

"M-maksud kalian apa hah? Sebaiknya kalian pergi, atau saya akan berteriak, sekarang," ancam Ayuna. Wajah gadis itu sudah memerah antara marah dan juga takut.

"Ha ... ha ... ha ... kau ingin coba berteriak? Silahkan saja, karena tidak akan ada yang mendengar," ucap preman tersebut dengan seringai mesum di wajahnya sambil terus mengeratkan genggamannya dilengan Ayuna.

"Lepaskan gadis itu!"

Next

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status