Share

2 Jadi Adik Madu Kamu

Kavita menatap sinis Deryl.

Enak sekali dia bicara!

"Sudah lah, kontrak sama bos kamu kan sudah selesai. Sekarang saatnya kita mengelola toko, Yura akan bantu kamu nantinya. Aku jamin kehidupan pernikahan kita akan lancar kalau kalian bisa saling menerima."

Kavita menoleh dan sadar kalau Yura melirik ke arahnya.

"Ngapain kamu lihat-lihat?" sentak Kavita. "Kamu tidak kepikiran untuk mengucapkan sepatah dua patah kata karena sudah jadi selingkuhan suami aku?"

Yura langsung tersentak kaget.

"Vita, aku kan sudah bilang kalau Yura bukan selingkuhan—dia istri aku, yang sekarang jadi adik madu kamu."

Kavita melipat kedua tangannya di dada, dia heran sekali kenapa Deryl bisa sepercaya diri itu mengira bahwa dirinya akan menerima pernikahan kedua suaminya dengan lapang dada.

"Vita, ini minumnya." Mertua muncul ketika suasana sudah lebih kondusif. "Tadi ibu cari-cari kamu, tapi tidak ada ...."

"Ibu tahu kalau Deryl menikah lagi?" tanya Kavita menyela.

Ibu Deryl tidak menjawab, tapi dilihat dari ekspresinya yang tidak kaget saat menatap Yura, Kavita menduga bahwa mertuanya juga sudah tahu.

"Minumlah dulu, kamu pasti capek." Deryl bangkit dan meraih secangkir teh hangat dari ibunya, kemudian membawa Kavita menuju kamar mereka di lantai dua.

"Aku tidak bilang kalau aku menerima Yura," kata Kavita tegas ketika mereka berdua tiba di kamar.

"Kamu harus menerima, kamu pasti bisa." Deryl membujuk seraya mengulurkan teh itu. "Minumlah, kamu kelihatan capek."

Tentu saja capek, lebih capek lagi setelah Kavita pulang dalam rangka kejutan dan malah justru dirinya sendiri yang dibuat terkejut dengan kehadiran istri kedua suaminya di rumah mereka.

"Tidur yuk?" ajak Deryl setelah Kavita minum teh buatan ibunya. "Aku tahu kamu rindu sama aku, hari ini juga aku akan memanjakan kamu sepenuhnya ... Aku jamin perhatian aku sama kamu tidak akan berkurang sedikit pun meski istriku nambah satu."

Kavita mengernyit jijik saat memandang wajah Deryl yang terkesan mesum saat membaringkannya di tempat tidur.

"Lihat diri kamu," ucap Kavita dingin. "Kamu kira kamu hebat karena bisa nikah lagi diam-diam tanpa izin?"

"Ini aku sedang berusaha adil sama kamu," kilah Deryl sembari melepas kaosnya. "Aku kan sudah janji akan adil soal apa pun, termasuk kebutuhan batin kamu."

Kavita berkelit ketika Deryl berusaha menerkamnya, sisa-sisa keringat di tubuh sang suami membuat dia merasa jijik dan mual.

Bayangan pergumulan seru yang baru saja terjadi di tempat tidurnya sontak meluruhkan rasa cinta dan rindu yang semula begitu membuncah.

"Jangan sentuh aku," tegas Kavita sambil mendorong Deryl hingga terjengkang. "Rapikan sisa-sisa pertempuran kamu sama perempuan itu, aku tidak sudi tidur di sini lagi."

"Vita!" panggil Deryl yang masih belum puas kalau bukan Kavita yang menjadi hidangan penutupnya. "Ayolah, jangan seperti ini. Aku berusaha jadi suami yang baik dengan tidak menceraikan kamu, jadi ...."

"Ya sudah, ceraikan saja aku." Kavita menegakkan dirinya dengan napas tersengal. "Bagiku, kamu sudah berkhianat."

"Itu tandanya kamu istri yang tidak paham aturan," tandas Deryl dengan gaya pongah. "Pria boleh menikah lagi dengan atau tanpa seizin istri, mau dua atau tiga perempuan juga tidak masalah!"

"Enak sekali kamu ya?"

"Justru istri yang berbakti itu akan menerima apa pun keputusan suaminya selagi itu demi kebaikan rumah tangga," sambung Deryl lagi.

"Kebaikan rumah tangga? Kebaikan apa yang kamu maksud?"

"Apa saja, mungkin kamu atau Yura punya anak? Bisa juga Yura ikut membantu bisnis toko kita, semakin banyak istri maka semakin besar pula rejeki suami!" oceh Deryl, lagaknya seperti bos yang memiliki kemapanan finansial yang membuatnya berani menikah lagi.

"Aku sehat luar dalam, kamu tahu itu." Kavita mengingatkan. "Aku bisa mengandung anak kamu, jadi menurut aku Yura cuma akan jadi beban tambahan karena pengeluaran rumah tangga jelas bertambah."

Deryl tertawa, membuat Kavita menyipitkan matanya.

"Kamu tenang saja, bisnis toko kita sudah berjalan naik sejauh ini ...."

"Terus utang-utang kamu bagaimana?" Kavita mengingatkan.

"Tetap kita cicil, bukankah gaji tambahan dari bos kamu sudah lebih dari cukup—kalau belum, mana mungkin kamu berhenti dari kontrak itu?"

Kavita mengembuskan napas. Ada untungnya juga Deryl melimpahkan seluruh utang-utang kepadanya, sehingga dengan begini Kavita akan semakin mudah menyusun rencana untuk memberi pelajaran balik terhadap suaminya itu.

Kalaupun memang laki-laki memiliki kewenangan untuk bisa menikah lagi tanpa seizin istri, bukankah akan jauh lebih baik seandainya Deryl berkomunikasi lebih dulu dengannya sebelum terburu napsu untuk menikah?

"Kamu tidak usah jual mahal begitu," kata Deryl sembari memamerkan lengannya yang mengkilat oleh bekas keringat Yura, dia tunjuk ke arah bagian belakang kepala. "Sana ambil posisi, aku akan memuaskan kamu hari ini juga."

Muak, Kavita berbalik dan melangkah pergi meninggalkan kamar utama yang telah ternodai.

***

Menjelang sore, Kavita bersiap-siap pergi meninggalkan rumahnya yang dia beli dari hasil patungan bersama Deryl kurang lebih dua tahun yang lalu. Itu saja cicilannya sempat tersendat-sendat karena Deryl terlampau sembrono ikut investasi yang ternyata berujung penipuan dan uangnya raib tak pernah kembali.

"Mau ke mana?" Yura muncul dan untuk pertama kalinya dia bersuara semenjak kedatangan Kavita ke rumah.

Untuk sesaat lamanya, Kavita enggan menanggapi teguran dari perempuan berambut tebal itu.

Wajah Yura terlihat masih polos dan lugu.

"Kerja," jawab Kavita pendek sambil berdiri dari duduknya. "Kamu tidak punya pikiran untuk minta maaf atau apa karena sudah jadi orang ketiga di rumah tangga orang lain?"

Yura tidak mengubah ekspresi wajahnya sedikit pun, membuat amarah Kavita semakin memuncak di ubun-ubun.

"Deryl bilang kalau istri yang baik itu akan menerima apa pun keputusan suaminya," ucap Yura dengan nada menggurui. "Dia akan selalu mendukung apa yang dilakukan suaminya, karena suami sebagai kepala rumah tangga lebih tahu apa yang terbaik untuk anggota keluarga."

Kavita menyipitkan mata, heran dengan cara Yura berceramah. Tentu ringan bagi sang madu untuk masuk di dalam kehidupan rumah tangganya dengan Deryl, karena dia tidak perlu susah payah merintis dari nol!

"Begitu menurut kamu?" komentar Kavita dingin. "Kamu perempuan baik-baik bukan sih?"

Yura memundurkan wajahnya.

"Tentu saja, kalau tidak mana mungkin Deryl akan ...."

"Mana ada wanita baik-baik yang mau sama suami orang?" potong Kavita dengan sorot mata membara. "Wanita baik-baik setidaknya akan mikir beribu kali untuk mau dijadikan istri kedua!"

"Bersedia jadi istri kedua bukan berarti wanita itu bukan wanita baik-baik," bantah Yura. "Aku dinikahi, bukan dijadikan simpanan atau selingkuhan ...."

"Setidaknya izin dulu bisa kan?"

"Urusan izin itu urusan Deryl, dia bilang kamu pasti akan menerima keputusannya untuk menikahi aku."

Mata Kavita berkilat, ternyata Yura tidak sepolos wajahnya.

Bersambung—

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Bandiles Yikwa
iya benar jg si
goodnovel comment avatar
Ida Darwati
sudah thor kavita janagn bikin bnyak bicara pergi saja paati ada laki laki baik yg mau ko
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status