Share

3 Memperpanjang Kontrak Pernikahan

"Tumben ramai—Lho, Kak Vita? Kapan pulang?"

Perhatian kedua wanita itu teralihkan saat adik perempuan Deryl muncul di tengah-tengah mereka.

"Ini mau kerja lagi," ucap Kavita sambil menyampaikan tasnya ke bahu dan melangkah pergi meninggalkan rumah.

Dari cara adik ipar Deryl yang justru jauh lebih kaget saat melihat kehadirannya, Kavita yakin bahwa keberadaan Yura sudah diakui secara resmi.

"Kak Deryl! Kak, aku mau ngomong!"

Deryl yang sedang makan roti di dapur, refleks menoleh ketika mendengar suara Karin.

"Ngapain teriak-teriak begitu?"

"Tadi aku bertemu Kak Vita, dia sudah pulang!"

"Memang, terus kenapa?"

"Kak Vita hadap-hadapan sama Kak Yura!"

"Biar saja, kan mereka berdua memang harus saling kenal biar akrab." Deryl menjawab santai, membuat kening Karin berkerut bingung.

"Ja—jadi ... Kak Vita sudah tahu kalau Kakak nikah lagi?"

"Tahu lah! Di mana Vita sekarang?"

"Kerja katanya ...."

"Biarlah, nanti juga pulang—kontraknya sama si bos kan sudah habis, dia tidak akan punya pilihan lain kecuali pulang ke rumah ini dan menerima Yura sebagai madunya."

Karin hanya bisa terdiam saat melihat Deryl menyantap potongan roti bolu dalam ukuran besar, tampak rakus dan tidak terbebani dengan rasa kecewa yang kini tengah dipikul istri pertamanya.

Sedangkan di setiap serat gandum yang Deryl telan, mengalir tetes-tetes keringat Kavita yang dia peras tanpa kenal lelah.

"Nikmatnya ... istri pertama sudah kembali, istri kedua menanti!"

Karin bergidik, dan memilih untuk langsung pergi meninggalkan dapur.

Di luar, Kavita menyetop taksi yang lewat dan meminta sopir untuk mengantarnya kembali ke rumah keluarga Danadyaksa. Dia tidak memiliki pilihan lain kecuali kembali ke sana lagi, secara resmi kontrak pernikahannya dengan Ezra baru benar-benar berakhir satu minggu lagi.

Kepala pelayan menyambut kedatangan Kavita seperti biasa dan membiarkannya masuk tanpa banyak pertanyaan.

Karena telanjur izin kerja selama satu hari, Kavita memutuskan untuk tidak akan muncul di kantor dan memilih berdiam diri di kamar yang sudah hampir satu tahun ini dia huni.

Logikanya, menjadi istri kontrak Ezra telah menjadikan kehidupan pribadi Kavita membaik bahkan seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya. Namun, hal itu tidak menjadikan dia berpaling dari Deryl yang sedang berada di titik jatuhnya.

Bahkan dengan penuh kerelaan, Kavita yang membayar cicilan utang suami dengan harapan masa depan mereka bisa menjadi jauh lebih baik lagi.

Dan kini, setelah perekonomian mereka sudah mulai kokoh, Deryl justru membalasnya dengan sebuah pengkhianatan.

Tidak peduli dengan status Yura dan Deryl yang telah menjadi suami istri, tetap saja bagi Kavita suaminya sudah tega mendua.

"Kamu kenapa kembali lagi? Bukankah seharusnya kamu sedang berada di rumah suami kamu?"

Ezra berdiri tegak dengan tinggi badan menjulang di hadapan Kavita yang tengah duduk termenung di tangga rumahnya yang melingkar megah.

"Kontrak kamu sebagai istri masih tersisa satu minggu lagi, apa begini cara kamu menyelesaikan pekerjaan?" komentar Ezra dingin.

Kavita terperanjat dan buru-buru berdiri untuk menyambut Ezra.

"Maaf, Pak!" katanya sambil meraih tas kerja Ezra seperti hari-hari biasanya.

"Sudah kamu siapkan berkas untuk pemutusan kontraknya?" tanya Ezra sembari berjalan menuju ruang kerja diikuti Kavita yang mengikutinya dari belakang.

"Belum sempat, Pak ...."

"Belum sempat? Saya kira kamu kembali lagi ke sini karena ingin menyampaikan hal itu."

Ezra duduk di kursi kerjanya sementara Kavita terus berdiri hadapan sang bos dengan hanya terhalang meja.

"Saya ... saya memang ingin menyampaikan sesuatu hal, Pak ..." ucap Kavita hati-hati.

"Soal pemutusan kontrak kita kan?"

"Tidak, Pak."

"Lalu?"

Kavita menarik napas dalam-dalam untuk meredakan detak jantungnya yang berjumpalitan tidak keruan, baru setelah itu dia memberanikan diri bicara.

"Saya ... saya ingin memperpanjang durasi kontrak pernikahan kita," ucap Kavita sembari menekan harga dirinya sampai ke dasar jurang.

"Apa?"

Kavita tidak berani memandang langsung ke wajah Ezra, sehingga dia dengan sengaja mengalihkan pandangannya ke arah meja.

"Begitulah, Pak. Saya ingin memperpanjang durasi kontrak pernikahan ini ...."

"Kamu butuh lebih banyak uang ternyata, terus apa pekerjaan suami kamu itu selama kamu susah payah kerja ikut saya?'

Kavita diam, dia tidak menganggap serius pertanyaan Ezra yang biasanya tidak memiliki minat untuk tahu urusan orang lain.

Namun, karena ini menyangkut kontrak pernikahan, Ezra seringkali melempar pertanyaan terkait latar belakang Kavita termasuk masalah rumah tangganya.

Seperti dulu, ketika Kavita dengan lancang menawarkan kontrak pernikahan untuk pertama kalinya kepada Ezra disertai alasan jujur tentang perbuatan Deryl yang telah menjerumuskannya ke dalam jurang utang yang begitu dalam.

"Selama saya kerja ... ternyata suami saya itu ... menikah lagi diam-diam tanpa sepengetahuan saya," sambung Kavita dengan terbata-bata. "Dia menambah istri lagi ... tanpa minta izin dulu dari saya ...."

Ezra melipat kedua tangannya di dada.

"Lalu apa yang kamu harapkan dari kontrak pernikahan ini jika diperpanjang lagi? Tidak mungkin kalau tidak ada tujuan di baliknya kan?"

Kavita mengangguk, berhadapan dengan orang cerdas seperti Ezra memang tidak membutuhkan banyak basa-basi.

"Suami pikir saya tidak memiliki pilihan selain menerima keputusannya, jadi ... saya ingin mengambil semua hak saya kembali—saya tidak rela ... hasil kerja keras saya selama ini dinikmati istri muda tanpa perlu susah payah berusaha ...."

Ezra melonggarkan tangannya dan menatap Kavita lebih intens.

"Oke, itu tujuan kamu ke depannya. Kalau untuk saya pribadi, apa keuntungan dari hasil perpanjangan kontrak pernikahan ini?"

Kavita diam selama beberapa saat.

"Tentu saja, keuntungan yang akan Anda dapatkan tidak jauh berbeda seperti dulu ... Di mana saya akan siaga penuh waktu untuk melayani seluruh kebutuhan Anda seperti asisten pribadi. Bagaimana, Pak?"

"Hanya itu saja? Tidak ada perbedaan atau tambahan keuntungan sama sekali?"

Kavita berpikir keras lagi. Celaka! Jika didengar dari nada suaranya, Ezra seakan tidak begitu berminat untuk memperpanjang durasi kontrak pernikahan.

Sedangkan di sisi lain, Kavita membutuhkan uang Ezra untuk mewujudkan keinginannya dalam waktu yang relatif cepat.

"Untuk apa kontrak ini diperpanjang kalau hanya menguntungkan salah satu pihak saja?" komentar Ezra lagi. "Kamu paham prinsip dalam sebuah kerja sama kan?"

Kavita mengangguk. "Kerja sama yang baik adalah kerja sama yang saling menguntungkan untuk kedua belah pihak."

"Bagus kalau kamu sudah paham, jadi pastikan kamu tahu apa yang kamu lakukan ini." Ezra menekankan. "Saya juga tidak mau rugi, jadi pastikan kamu susun rencana kontrak itu dengan pasal-pasal yang menguntungkan bagi saya."

Tidak ada pilihan lain, Kavita harus tetap mewujudkan keinginannya itu apa pun yang terjadi.

"Baik, Pak. Saya akan susun kontrak itu secepatnya," kata Kavita berjanji. "Saya juga akan menyelesaikan sisa kontrak sebelumnya dengan sebaik mungkin supaya Anda tidak kecewa, permisi."

Bersambung—

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status