Share

Bab 133: Pengakuan di Senja

Penulis: perdy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-10 22:00:16

Setelah pertemuan yang penuh pengungkapan di ruang kantor, suasana antara Alena dan Adrian terasa lebih terbuka. Namun, ketegangan yang tersisa masih menghinggapi mereka, terutama bagi Adrian. Ia merasa seolah-olah ada sebuah beban berat yang belum sepenuhnya terungkap. Beberapa hari setelah percakapan itu, Adrian kembali mendekati Alena, kali ini dengan niat untuk mengungkapkan lebih dalam lagi tentang dirinya. Mereka berada di sebuah restoran yang sepi, tempat di mana Adrian merasa sedikit lebih tenang. Alena, meskipun masih terkejut dengan semua yang telah didengar, mendengarkan dengan seksama.

Restoran kecil bergaya Jawa klasik itu terletak di lantai dua sebuah bangunan tua di kawasan Menteng. Jauh dari keramaian pusat bisnis tempat mereka biasa bekerja, tempat ini menawarkan privasi yang nyaris sempurna dengan sekat-sekat kayu berukir yang membentuk ruang-ruang kecil intim. Suara gamelan lembut mengalun di latar belakang, menciptakan atmosfer yang tenang dan menenangkan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 232

    Adrian mengetuk-ngetuk penanya di atas meja kerja, matanya terpaku pada layar ponsel. Sudah lima belas menit sejak pesan terakhirnya kepada Alena, dan belum ada balasan. Kecemasan merambat di dadanya seperti sulur tanaman rambat, pelan namun persisten."Lima belas menit tanpa balasan," gumamnya pada diri sendiri. "Apa yang dia lakukan?"Pertemuannya dengan Sophia kemarin malam terus bermain di benaknya. Wanita itu telah menunjukkan foto-foto Alena bertemu dengan seorang pria yang tidak ia kenal, serta beberapa dokumen yang menunjukkan masa lalu Alena yang tidak pernah diceritakan padanya."Dia menyembunyikan banyak hal darimu, Adrian," kata-kata Sophia bergema dalam pikirannya. "Bagaimana kau bisa mencintai seseorang yang bahkan tidak kau kenal sepenuhnya?"Adrian menggelengkan kepala, berusaha mengusir pikiran-pikiran itu. Namun, benih keraguan sudah tertanam. Ia meraih ponselnya lagi dan menekan tombol panggilan."Halo?" Suara Alena akhirnya terdengar setelah deringan ketiga."Di ma

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 231

    Mata Sophia menyipit saat ia mengamati Adrian dan Alena dari kejauhan. Mereka tampak bahagia, tangan saling bertaut sementara tawa mereka mengisi udara. Pemandangan itu membuat rahang Sophia mengeras. Sejak awal, Sophia telah yakin Alena hanyalah masalah yang berjalan dalam kehidupan Adrian. Seorang wanita dengan masa lalu yang rumit dan terlalu banyak rahasia."Mereka tidak akan bertahan," gumam Sophia pada dirinya sendiri, jemarinya mengetuk-ngetuk meja kafe tempatnya duduk mengawasi. "Adrian terlalu baik untuk melihat siapa Alena sebenarnya."Sophia menyesap kopinya yang mulai dingin sambil berpikir. Inilah saatnya bertindak. Setelah berbulan-bulan mengamati dan menunggu, ia melihat celah dalam hubungan mereka. Adrian telah menceritakan tentang proyek penting di kantornya, bagaimana ia harus bekerja lembur untuk memenuhi tenggat waktu. Sementara itu, Alena semakin sering menerima telepon misterius yang membuatnya gelisah.Sophia merogoh tasnya dan mengeluarkan secarik kertas. Dua h

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 230

    Adrian mengetahui bahwa Reno telah pergi, dan bukannya merasa bersalah, ia justru semakin gencar menunjukkan perhatiannya pada Alena. Ia kini muncul setiap hari dengan berbagai alasan—membawakan dokumen penting, mengantarkan makanan, atau sekadar "kebetulan lewat" di sekitar rumah Alena.Malam itu, Adrian mengajak Alena makan malam di sebuah restoran Italia mewah di pusat kota. Tempat itu redup dengan pencahayaan lilin dan alunan musik klasik yang lembut. Alena merasa tidak nyaman, namun ia tidak bisa menolak—Adrian adalah satu-satunya orang yang tahu tentang dokumen-dokumen itu, satu-satunya sekutunya dalam masalah besar yang kini ia hadapi."Kau terlihat cantik malam ini," puji Adrian sambil menuangkan anggur merah ke gelas Alena. "Aku senang akhirnya bisa melihatmu lebih rileks."Alena tersenyum tipis, matanya masih menyiratkan kegelisahan. "Aku tidak rileks, Adrian. Bagaimana bisa? Reno pergi, dan dokumen-dokumen itu—""Ssst," Adrian meletakkan jarinya di bibir sendiri, mengisyara

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 229

    Sophia tersenyum. "Kedengarannya sempurna. Sangat kau sekali."Petugas memberi tanda bahwa waktu telah habis. Sophia bangkit dari kursinya."Selamat tinggal, Adrian. Semoga kau dan Alena mendapatkan kebahagiaan yang kalian berdua layak dapatkan."Adrian juga berdiri. "Terima kasih, Sophia. Dan semoga kau juga menemukan kedamaian."Saat keluar dari ruang kunjungan, Adrian merasa seperti telah menutup sebuah bab dalam hidupnya. Alena berdiri dari kursi di ruang tunggu begitu melihatnya."Bagaimana?" tanyanya cemas.Adrian memeluk Alena erat. "Dia minta maaf. Pada kita berdua."Dalam pelukan kekasihnya, Adrian menceritakan semua yang terjadi selama pertemuan tersebut, termasuk surat pengunduran diri yang kini ada di tangannya."Kau percaya dia benar-benar berubah?" tanya Alena hati-hati."Entahlah," jawab Adrian jujur. "Tapi aku ingin percaya bahwa setiap orang mampu berubah, seburuk apapun kesalahan yang telah mereka lakukan."Mereka berjalan keluar dari penjara menuju mobil yang terpar

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 228

    Dengan ragu, Adrian menerima panggilan itu. "Halo?""Tuan Evans," suara Tomas terdengar di ujung telepon. "Saya menelepon untuk memberitahu bahwa Sophia ingin bertemu dengan Anda sebelum persidangannya minggu depan."Adrian tersentak. "Bertemu denganku? Untuk apa?""Dia tidak memberitahu saya detailnya," jawab Tomas. "Tapi dia sangat bersikeras. Dia bilang ada sesuatu yang penting yang ingin dia bicarakan dengan Anda.""Aku tidak yakin itu ide yang bagus," ucap Adrian. "Setelah semua yang terjadi.""Saya mengerti kekhawatiran Anda," Tomas berbicara dengan nada profesional. "Tapi pertemuan ini akan diadakan di penjara, dengan pengawasan penuh. Anda tidak akan berada dalam bahaya."Adrian menatap Alena, yang tampak khawatir mendengar percakapan itu. "Biarkan saya bicara dengan Alena terlebih dahulu," jawab Adrian akhirnya. "Saya akan memberitahu keputusan saya besok."Setelah menutup telepon, Adrian menceritakan semuanya pada Alena.

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 227

    Ia mengarahkan pistol ke arah Alena. "Kau duluan, pencuri. Kau yang telah mengambil segalanya dariku."Alena menutup matanya, bersiap untuk yang terburuk. Namun, suara Adrian membuatnya kembali membuka mata."Jika kau ingin menembak seseorang, tembak aku," ucap Adrian dengan suara tegas. "Jangan sentuh Alena."Sophia berbalik, menatap Adrian dengan mata yang berkaca-kaca. "Kau rela mati untuknya? Setelah semua yang kita lewati bersama?""Ya," jawab Adrian tanpa ragu. "Karena aku mencintainya, Sophia. Aku mencintainya dengan cara yang tidak pernah kurasakan untukmu."Kata-kata itu menghantam Sophia seperti pukulan fisik. Pistol di tangannya mulai bergetar, dan air mata mulai mengalir di pipinya."Kau..." suaranya pecah. "Kau tidak pernah mencintaiku seperti itu, bukan?"Adrian menatapnya dengan tatapan yang penuh kesedihan. "Sophia, aku pernah mencintaimu. Tetapi cinta itu berubah ketika kau berubah. Kau menjadi posesif, manipulatif, dan tidak mempe

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 226

    Dengan ragu, Alena mengambil ponsel itu. Ia tahu ia seharusnya tidak melakukan ini, tetapi kekhawatirannya tentang Adrian mengalahkan rasa bersalahnya.Untungnya, ponsel itu tidak dikunci. Alena dengan cepat memeriksa pesan-pesan terakhir dan matanya tertuju pada pesan dari nomor tak dikenal:Jika kau ingin tahu siapa Alena sebenarnya, datang ke gudang di pelabuhan nomor 7 malam ini pukul 8. Datang sendiri.Jantung Alena seolah berhenti berdetak. Adrian pergi ke pelabuhan malam ini, dan itu karena seseorang mengatakan sesuatu tentang dirinya. Ia tidak perlu bertanya siapa yang mengirim pesan itu; ia tahu pasti itu adalah Sophia.Tanpa berpikir panjang, Alena mengambil jaketnya dan kunci mobilnya. Ia harus pergi ke pelabuhan sekarang juga.Hujan masih turun dengan deras saat Alena tiba di pelabuhan. Dengan langkah tergesa, ia mencari gudang nomor 7. Tempat itu terlihat gelap dan mencekam, tetapi Alena tidak peduli. Ia hanya ingin menemukan

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 225

    "Itu," jawab Sophia dengan nada puas, "adalah bukti bahwa Alena tidak sesuci yang kau kira."Adrian membaca dokumen itu dengan seksama. Itu adalah rekaman percakapan antara Alena dan seseorang bernama Roy, yang tampaknya sedang merencanakan sesuatu terhadap Adrian dan perusahaannya."Ini tidak mungkin," bantah Adrian. "Alena tidak akan melakukan hal seperti ini.""Kau yakin?" tanya Sophia dengan nada mengejek. "Kau bahkan tidak mengenal Alena dengan baik, Adrian. Kau hanya terpesona oleh wajah cantiknya dan karakternya yang seolah-olah sempurna."Adrian menggelengkan kepalanya. "Ini pasti palsu. Kau memalsukan semua ini.""Cek tanggalnya," desak Sophia. "Percakapan ini terjadi semalam, saat kau mengira Alena sedang di butiknya. Tapi faktanya, dia sedang bertemu dengan Roy, mantan pegawaimu yang dipecat karena mencuri data."Adrian merasa darahnya mendidih. Bukan karena kemarahan terhadap Alena, tetapi karena kemarahan terhadap Sophia yang terus-menerus mencoba memecah belah mereka."A

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 224

    "Aku mencintaimu, Adrian," ucapnya akhirnya, suaranya bergetar. "Aku selalu mencintaimu. Apa kau tidak bisa melihatnya?"Adrian menatapnya dengan mata yang dingin. "Cinta tidak melakukan apa yang kau lakukan, Sophia. Cinta tidak mencoba merusak kebahagiaan orang yang dicintainya.""Tapi kita bisa bahagia bersama!" Sophia mendekati Adrian, mencoba meraih tangannya, tetapi pria itu mundur selangkah. "Adrian, kita memiliki sejarah. Kita mengenal satu sama lain lebih baik dari siapa pun.""Dan itu sudah berakhir," tegas Adrian. "Aku mencintai Alena sekarang. Dan jika kau benar-benar mencintaiku, kau akan menghormati itu."Air mata mulai menggenang di mata Sophia. Bukan karena kesedihan, tetapi karena kemarahan dan frustasi."Dia tidak akan pernah mencintaimu seperti aku!" serunya. "Dia akan mengkhianatimu, sama seperti yang dia lakukan dengan berbohong padamu!"Adrian menggelengkan kepalanya, merasa kasihan pada wanita di hadapannya. "Sophia, kau perlu melepaskan masa lalu. Demi kebaikanm

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status