Share

Bab 182

Author: perdy
last update Huling Na-update: 2025-04-26 23:46:29

Alena merasa hatinya hancur, tetapi ia tahu bahwa semua ini adalah konsekuensi dari pilihannya. Adrian mendekatinya dan menyentuh bahunya. "Kau baik-baik saja?" Alena menatapnya dengan mata penuh air mata, tetapi ia tahu bahwa hidupnya tidak akan pernah sama lagi.

Gerimis mulai turun di luar kafe, menciptakan tirai air yang mengaburkan dunia luar. Suasana kafe yang biasanya hangat terasa dingin bagi Alena. Aroma kopi yang mengepul dari cangkir di depannya tak mampu menghibur. Ia menggeleng pelan untuk menjawab pertanyaan Adrian. Tidak, ia tidak baik-baik saja.

"Aku tidak tahu harus berkata apa," ucap Adrian lembut, menarik kursi di samping Alena. "Tapi kau tidak sendirian dalam hal ini."

Alena mengusap air matanya dengan tisu yang sudah kusut di genggamannya. Tubuhnya terasa lelah setelah tiga hari tanpa tidur nyenyak. Keputusan yang ia ambil empat bulan lalu kini menghantam balik dengan kekuatan yang menghancurkan.

"Seharusnya aku tidak pergi malam itu," bisik Alena, suaranya bergeta
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 355

    "Oh ya? Terus kenapa selama ini kamu selalu nurut sama aku? Kenapa kamu selalu minta pendapat aku untuk segalanya? Kalau kamu bukan milikku, kenapa kamu gampang banget aku kendalikan?"Pertanyaan-pertanyaan itu menohok habis-habisan. Adrian memang benar – selama bertahun-tahun, Alena memang seperti boneka yang digerakkan oleh Adrian. Tapi mendengar pria itu mengakuinya secara langsung, mengaku bahwa ia 'mengendalikan' Alena, justru membuat sesuatu dalam diri Alena bergolak."Mungkin dulu aku memang mudah kamu kendalikan," kata Alena pelan. "Tapi itu tidak berarti aku milikmu. Itu berarti aku tidak tahu caranya mencintai diriku sendiri.""Mencintai diri sendiri?" Adrian mendengus. "Omong kosong macam apa lagi itu? Self-love bullshit yang lagi trend di medsos?""Bukan bullshit," suara Alena semakin kuat. "Kalau aku tidak bisa mencintai diriku sendiri, bagaimana aku bisa mencintai orang lain dengan sehat? Bagaimana aku bisa tahu mana yang baik dan mana

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 354

    Dua hari setelah berhasil menolak Adrian di depan pintu, Alena mulai merasakan ketenangan yang rapuh. Kuas-kuas lukisnya sudah tidak gemetar lagi, dan di atas kanvas mulai terbentuk sosok samar-samar seorang perempuan yang sedang menatap cermin pecah. Lukisan itu mengalir begitu saja dari tangannya, seolah-olah jiwa suburnya yang terkubur bertahun-tahun kini mulai bernapas kembali.Tapi ketenangan itu pecah ketika ponselnya berdering. Nama Adrian muncul di layar, dan meskipun setiap sel dalam tubuhnya menolak, ada bagian lama dalam dirinya yang masih terbiasa menjawab panggilan itu."Halo?" suaranya pelan, hampir berbisik."Alena." Suara Adrian terdengar berbeda – lebih tenang dari kemarin, tapi ada sesuatu yang dingin di baliknya. "Kita perlu bicara. Secara dewasa kali ini.""Adrian, aku sudah bilang kemarin—""Aku tahu kamu marah," Adrian memotong dengan nada yang dibuat-buat sabar. "Aku mengerti kamu lagi bingung. Makanya aku mau kita bicara baik-baik. Ketemuan di café usual kita,

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 353

    "Tidak apa?" nada Adrian semakin menusuk. "Tidak butuh siapa-siapa? Jangan munafik, Len. Lihat dirimu sekarang. Mata bengkak, berantakan, sendirian di apartemen yang bahkan bukan milikmu. Kamu pikir kamu bisa hidup sendiri?"Sesuatu dalam diri Alena bergolak. Ya, ia memang berantakan. Ya, ia memang sendirian. Ya, ia memang takut. Tapi...Tapi ia ingat gadis di foto-foto itu. Gadis yang pernah percaya pada kemampuan dirinya sendiri. Dan meskipun gadis itu mungkin naif, meskipun mungkin membuat kesalahan, setidaknya ia berani mencoba."Mungkin aku memang tidak bisa hidup sendiri," kata Alena pelan, tapi suaranya mulai mantap. "Mungkin aku memang berantakan sekarang. Tapi aku lebih memilih berantakan sendirian daripada diperbaiki oleh orang yang salah.""Orang yang salah?" Adrian terdengar terkejut. "Aku yang salah? Aku yang sudah bertahun-tahun mencintaimu, yang mau menerima kamu apa adanya?""Mencintai atau mengendalikan?" Alena bertanya, dan pertan

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 352

    Suara ketukan pintu memecah keheningan pagi yang mencekam. Alena yang sedang duduk di lantai kamar dengan peralatan lukis berserakan di sekelilingnya tersentak kaget. Cat air yang baru ia beli kemarin masih dalam kemasan, belum sempat ia sentuh karena tangan-tangannya masih gemetar setiap kali hendak memulai."Alena, buka pintunya." Suara Adrian terdengar dari luar, nada rendah yang familiar tapi kini terasa lebih menusuk.Jantung Alena berdebar tidak karuan. Sudah seminggu ini Adrian terus menghubunginya, mengirim pesan yang semakin intens, semakin mendesak. Ia tidak pernah menjawab, berharap pria itu akan mengerti dan membiarkannya sendiri. Tapi rupanya Adrian tidak mudah menyerah."Aku tahu kamu di dalam. Mobil Reno sudah tidak ada, jadi jangan pura-pura tidak di rumah." Suara Adrian semakin keras, disertai ketukan yang lebih kasar.Alena bangkit dengan kaki yang bergetar. Ia tahu ia tidak bisa terus bersembunyi, tapi tubuhnya menolak bergerak mendekati pintu. Ada sesuatu dalam nad

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 351

    Setelah Maya pulang, apartemen kembali tenggelam dalam kesunyian yang mencekam. Alena duduk di sofa yang sama tempat mereka sering berpelukan sambil menonton film, menatap kosong ke arah televisi yang mati. Remang-remang cahaya lampu sudut menciptakan bayangan-bayangan di dinding, seolah-olah kenangan-kenangan masa lalu sedang menari dalam kegelapan.Tanpa sadar, jemarinya menelusuri bantalan sofa tempat Reno biasa bersandar. Masih ada lekukan halus di sana, jejak tubuhnya yang pernah mengisi ruang kosong ini. Alena memejamkan mata, mencoba mengingat bagaimana rasanya ketika lengan kekar Reno memeluknya erat, bagaimana dadanya naik turun dalam ritme napas yang teratur, bagaimana detak jantungnya yang tenang selalu berhasil menenangkan kegelisahan dalam dirinya."Alena, kamu mau nonton apa malam ini?" suara Reno bergema dalam ingatannya."Terserah kamu aja," jawabnya dulu, tanpa benar-benar peduli film apa yang mereka tonton. Yang penting baginya adalah kehangatan tubuh Reno di samping

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 350

    Alena mengangguk pelan. "Aku merasa seperti orang yang paling egois di dunia. Reno mencintaiku dengan tulus, tapi aku... aku tidak pernah benar-benar menghargainya. Aku selalu menganggapnya as granted.""Len, boleh aku tanya sesuatu yang mungkin kasar?" Maya meraih tangan Alena. "Kamu sedih karena kehilangan Reno, atau kamu sedih karena kehilangan kenyamanan hidup yang dia berikan?"Pertanyaan itu membuat Alena terdiam. Ia mencoba merefleksikan perasaannya dengan jujur. Apa yang paling ia rindukan dari Reno? Sosoknya sebagai individu, atau peran yang ia mainkan dalam hidupnya?"Aku... aku tidak tahu lagi, May. Mungkin keduanya?" Alena mengusap wajahnya yang lelah. "Aku merindukan senyumnya yang hangat. Aku merindukan cara dia memelukku ketika aku stress. Aku merindukan suaranya yang menenangkan ketika ia menceritakan hari-harinya di kantor. Tapi aku juga merindukan perasaan aman yang ia berikan. Perasaan bahwa akan selalu ada seseorang yang menerimaku apa adanya.""Dan sekarang kamu k

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status