Share

Bab 383

Author: perdy
last update Last Updated: 2025-08-09 23:55:35

Jam dinding menunjukkan pukul 2:47 pagi ketika Alena terbangun dengan mata basah. Mimpi yang sama lagi—dia berlari di studio kecilnya yang dulu, menulis dengan bebas di bawah lampu meja yang redup, tertawa sendiri karena menemukan kalimat yang sempurna. Lalu dia terbangun, dan kenyataan menghantam seperti air dingin.

Di sampingnya, Adrian tidur dengan nyenyak, napasnya teratur dan tenang. Wajahnya damai, tidak ada jejak kecurigaan atau kemarahan yang akhir-akhir ini sering muncul. Alena memandanginya dengan perasaan campur aduk—cinta, takut, benci, dan kasihan bercampur menjadi satu.

Bagaimana bisa orang yang sama yang dulu membuatnya merasa seperti putri dongeng, sekarang membuatnya merasa seperti burung dalam sangkar emas?

Alena perlahan bangkit dari tempat tidur, berusaha tidak membangunkan Adrian. Dia berjalan ke balkon, menutup pintu geser dengan hati-hati. Udara malam Jakarta masih gerah, tapi setidaknya ada angin kecil yang bertiup.

Dia duduk di kursi rotan yang Adrian beli bul
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 398

    "Alena, kamu baik-baik aja? Dari tadi wajahmu pucat banget," tanya Rania, rekan kerja barunya di Kreativitas Studio, sebuah agensi desain kecil di kawasan Menteng.Alena mengangkat kepala dari layar laptop. Sudah lebih dari sejam ia menatap file logo yang sama, tapi nyaris tak ada kemajuan. Sejak pesan dari Adrian masuk ke ponsel cadangan semalam, pikirannya tak bisa tenang."Aku cuma capek," jawabnya pelan sambil memijat pelipis. "Tadi malam begadang.""Begadang ngapain? Netflix, ya?" Rania terkekeh sambil duduk di kursi sebelahnya. "Aku juga, loh. Semalam maraton Hometown Cha-Cha-Cha sampai jam tiga pagi."Alena tersenyum tipis. Rania adalah desainer grafis senior di studio itu, mungkin sekitar dua puluh delapan tahun. Orangnya hangat, ceria, gampang bergaul. Biasanya, Alena akan senang punya teman baru seperti itu. Tapi sekarang, setiap usaha untuk membangun kedekatan terasa berbahaya.Bagaimana kalau Adrian menemukan celah lewat orang-orang di sekitarnya? Bagaimana kalau ia memanf

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 397

    Tiga minggu setelah kejadian di rumah tua itu, Alena duduk sendirian di meja kecil apartemen barunya. Di depannya berserakan beberapa lembar uang kertas yang baru saja dihitung. Totalnya hanya lima ratus ribu rupiah—jumlah yang kecil, tapi bagi Alena ini adalah pencapaian besar. Untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir, ia berhasil menabung untuk dirinya sendiri.“Lumayan juga,” gumamnya pelan, sambil memasukkan uang itu ke dalam amplop cokelat yang sudah agak kusam. Amplop yang sama sudah ia sembunyikan di balik laci lemari sejak hari pertama pindah ke apartemen ini.Pintu kamar mandi terbuka. Maya keluar dengan handuk masih melilit rambut. Ia menatap sahabatnya yang tampak sibuk.“Ngapain sih dari tadi? Mukamu serius banget, kayak auditor lagi hitung pajak.”Alena buru-buru menutup amplop itu dan memasukkannya ke dalam tas. “Cuma... lagi beresin barang,” jawabnya cepat.Maya mengerutkan alis. Ia sudah lama memperhatikan perubahan kecil dalam diri Alena. Sejak penculikan itu, A

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 396

    Kegelapan total menyelimuti rumah tua itu. Alena tidak bisa melihat apa pun—bahkan siluet Adrian yang tadi berdiri tepat di depannya pun lenyap. Yang terdengar hanyalah napasnya sendiri yang memburu dan detak jantung yang menghentak di telinganya."Adrian?" bisiknya lirih, suaranya bergetar.Tidak ada jawaban. Hanya hening yang mencekam.Ia meraba dinding di belakangnya, berharap menemukan saklar lampu, pintu, atau apa pun yang bisa membantunya keluar. Tangannya gemetar saat menyentuh permukaan kayu yang kasar dan dingin.Tiba-tiba, dari arah lain, terdengar langkah kaki pelan. Adrian bergerak… tapi ke mana?"Romantis, kan?" suara Adrian terdengar dari sudut ruangan yang berbeda. "Seperti waktu kita makan malam ditemani lilin di apartemen. Ingat?""Adrian, nyalakan lampunya," ucap Alena, mencoba terdengar tenang meski hatinya berpacu tak karuan."Kenapa harus? Kita bisa bicara dalam gelap. Kadang… kegelapan justru membantu kita melihat lebih jelas."Langkah kaki itu kembali terdengar,

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 295

    Rumah tua itu tampak jauh lebih menyeramkan dari dekat. Cat dindingnya mengelupas, lantai kayunya berderit setiap diinjak, dan bau lembap menusuk hidung. Adrian menyeret Alena masuk sambil tetap mencengkeram pergelangannya erat-erat."Maaf kalau tempatnya tidak sebagus apartemen kita dulu," ucap Adrian sambil menyalakan lampu yang redup. "Tapi di sinilah kita bisa bicara tanpa ada yang mengganggu."Alena menyapu pandangan ke seluruh ruangan dengan rasa ngeri. Ruang tamu sempit itu tertutup rapat—jendela-jendela dipaku dengan papan kayu, dan satu-satunya pintu keluar kini dijaga dua orang pendukung Adrian."Kamu sudah merencanakan ini sejak lama, kan?" tanya Alena, suaranya bergetar antara marah dan takut."Merencanakan? Tidak." Adrian melepaskan genggamannya, lalu duduk santai di sofa lusuh. "Aku hanya… bersiap. Kalau-kalau kita butuh tempat untuk memperbaiki hubungan, jauh dari orang-orang yang ikut campur."Wanita berambut pendek yang tadi memegangi lengan Alena kini berdiri di depa

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 394

    Tangga darurat terasa dingin. Suara langkah kaki bergema di antara dinding beton, terburu-buru, seperti detak jantung yang berpacu. Alena berusaha menahan langkah, mencoba memperlambat, tapi genggaman Adrian di pergelangannya terlalu kuat."Jalan terus," bisik Adrian di telinganya. Suaranya datar, tapi mengandung ancaman. "Semakin cepat kita keluar, semakin sedikit drama.""Adrian, lepaskan aku!" Alena menarik lengannya sekuat tenaga.Seorang wanita berambut pendek dengan tatapan tajam—salah satu pengikut Adrian—langsung menangkap lengan satunya."Tenang saja, sayang," ucapnya lembut, tapi nada itu terasa palsu. "Kamu sedang bingung. Nanti kamu akan berterima kasih pada kami.""Aku tidak bingung! Aku sedang diculik!""Kamu tidak diculik," kata Adrian, seolah menjelaskan sesuatu pada anak kecil. "Kamu diselamatkan dari pengaruh buruk yang membuatmu tak bisa berpikir jernih."Mereka sudah turun tiga lantai ketika suara siren

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 393

    Ketukan di pintu terdengar semakin keras, makin memaksa. Suara Adrian yang awalnya terdengar membujuk, berubah menjadi nada memerintah.“Maya, aku tahu kamu di dalam. Satpam bilang kalian belum keluar dari gedung sejak tadi malam.”Maya berbisik cepat ke layar video call, wajahnya tegang. “Kita butuh bantuan sekarang. Dia di depan pintu.”Salah satu pendamping hukum di layar bicara cepat, “Jangan buka pintu. Polisi sudah dihubungi, yang punya wilayah hukum di sini. Mereka sedang dalam perjalanan.”“Berapa lama lagi?” tanya Alena pelan.“Sekitar sepuluh menit.”Ketukan berubah menjadi gebukan. “MAYA! Aku tahu Alena ada di sana! Kalau kalian tidak buka, orang-orang di bawah akan naik ke sini!”Dari luar, suara teriakan massa terdengar semakin jelas, seolah menjawab ancaman Adrian.“Justice for Adrian! Bawa Alena keluar!”Maya menat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status