Share

Bab 6: Perjuangan Alena

Penulis: perdy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-26 22:20:27

Setelah malam penuh harapan itu, Alena menyadari bahwa ia perlu melakukan lebih banyak untuk membantu keluarga mereka. Dengan Reno yang sibuk bekerja sebagai teknisi lepas, Alena memutuskan untuk mencari pekerjaan tambahan di luar rumah. Namun, tanpa pengalaman kerja yang memadai dan hanya berbekal ijazah SMA, perjalanan Alena untuk mendapatkan pekerjaan tidaklah mudah.

Pagi itu, Alena berpakaian rapi dengan blus sederhana dan rok panjang. Ia menggendong tas kecil yang berisi beberapa lembar fotokopi ijazah dan surat lamaran yang sudah ia tulis semalaman. Ia pergi dari satu toko ke toko lain di pusat kota, menanyakan apakah ada lowongan pekerjaan yang tersedia.

Namun, jawaban yang ia terima hampir selalu sama. “Maaf, kami sudah penuh.” atau “Kami mencari seseorang dengan pengalaman minimal dua tahun.” Alena merasa kecewa, tetapi ia terus berjalan, mencoba lebih banyak tempat.

Di sebuah kafe kecil, seorang manajer memberinya kesempatan untuk wawancara. Ia merasa lega, tetapi ketika ditanya tentang pengalamannya bekerja di bidang pelayanan, Alena hanya bisa menggeleng. “Saya belum pernah bekerja di tempat seperti ini sebelumnya, tetapi saya cepat belajar dan saya bisa bekerja keras,” jawabnya dengan suara yakin.

Manajer itu tersenyum tipis. “Kami akan menghubungi Anda jika ada perkembangan, Bu Alena.” Meskipun jawabannya tidak pasti, Alena tetap berterima kasih dan meninggalkan kafe dengan harapan kecil di hatinya.

Malam harinya, Alena duduk di ruang tamu sambil menunggu Reno pulang. Ia merasa lelah secara fisik dan emosional. Ketika Reno tiba, ia langsung melihat raut wajah Alena yang lesu.

“Bagaimana harimu, Lena?” tanya Reno sambil duduk di sampingnya.

Alena menghela napas panjang. “Aku mencoba mencari pekerjaan, tapi rasanya sulit sekali. Semua tempat yang aku datangi membutuhkan pengalaman yang aku tidak punya.”

Reno menggenggam tangan Alena, mencoba menghiburnya. “Kamu sudah berusaha, Lena. Aku tahu ini tidak mudah, tapi kita tidak boleh menyerah.”

Setelah berbicara dengan Reno, Alena mulai memikirkan cara lain untuk membantu. Ia kembali fokus pada kerajinan tangannya dan memutuskan untuk mencoba menjual produknya di media sosial. Dengan bantuan salah satu teman lamanya, Alena belajar cara memotret produknya dengan menarik dan mengunggahnya secara online. Dalam waktu singkat, ia mulai menerima pesan dari calon pembeli yang tertarik.

Meski hasilnya belum banyak, Alena merasa sedikit lebih optimis. Ia menyadari bahwa meskipun ia belum berhasil mendapatkan pekerjaan di luar rumah, ia masih memiliki cara untuk mendukung keluarganya. Perjuangannya baru saja dimulai, tetapi ia yakin bahwa ia tidak sendirian.

Setelah beberapa minggu mencoba menjual kerajinan tangannya secara online, Alena mulai melihat perubahan kecil. Beberapa pembeli mulai memberikan ulasan positif tentang produknya. Mereka memuji keunikan desainnya dan ketelitian dalam setiap detail. Ulasan-ulasan ini memberikan Alena semangat baru. Dengan Reno yang sibuk bekerja sebagai teknisi lepas, Alena memutuskan untuk memperluas jangkauan usahanya.

Ia menggunakan sebagian kecil dari uang pesangon Reno untuk membeli bahan-bahan yang lebih berkualitas. Setiap malam, setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, ia duduk di meja kerjanya untuk membuat kerajinan baru. Reno sering menemani Alena di meja makan, mengobrol sambil mengawasi istrinya yang bekerja tanpa lelah.

“Aku tidak pernah menyangka, Lena, bahwa kamu punya bakat sebesar ini,” kata Reno suatu malam, sambil memerhatikan tangan Alena yang lincah merangkai perhiasan dari manik-manik kaca.

Alena tersenyum kecil. “Aku hanya mencoba melakukan yang terbaik, Ren. Semua ini untuk kita.”

Namun, seperti semua usaha, tantangan tidak bisa dihindari. Alena menghadapi masalah dengan beberapa pembeli yang membatalkan pesanan secara mendadak, serta pengiriman barang yang terlambat. Ia mulai merasa kewalahan, tetapi tidak ingin menyerah. Ia mencari cara untuk mengatasi masalah ini dengan membaca tips dan pengalaman orang lain yang juga berbisnis online.

Reno, meski lelah setelah seharian bekerja, selalu mendukung usaha Alena. Ia membantu dengan membungkus pesanan dan mengantarkannya ke jasa pengiriman. Mereka mulai bekerja sebagai tim, saling melengkapi satu sama lain.

“Kita mungkin tidak punya banyak sekarang, Lena, tapi kita punya satu sama lain,” kata Reno sambil menggenggam tangan Alena. “Itu lebih dari cukup untuk membuatku terus berjuang.”

Di tengah-tengah perjuangannya, Alena mendapatkan pesan dari seorang pelanggan yang ternyata adalah pemilik butik lokal. Wanita itu, bernama Marsha, tertarik dengan kerajinan Alena dan ingin menjual produknya di butik tersebut. Pertemuan pertama mereka berlangsung di sebuah kafe kecil. Alena, meski gugup, mencoba menjelaskan ide dan visi di balik produknya.

“Saya suka semangat Anda,” kata Marsha setelah mendengar penjelasan Alena. “Kita bisa mencoba menjual produk Anda di butik saya. Kalau berhasil, kita bisa memperpanjang kerja sama.”

Berita ini membawa kegembiraan besar bagi Alena. Ia pulang ke rumah dengan wajah ceria, menceritakan segalanya kepada Reno. “Akhirnya ada peluang besar untuk kita, Ren!” katanya dengan penuh semangat.

Kepercayaan yang diberikan Marsha membuat Alena semakin bersemangat untuk bekerja keras. Ia mulai merancang lebih banyak produk, memperhatikan setiap detail untuk memastikan kualitasnya. Reno, meskipun masih menghadapi tekanan dari pekerjaannya sebagai teknisi lepas, merasa bangga melihat istrinya berkembang.

Malam itu, saat mereka duduk bersama di ruang tamu, Reno berkata, “Aku tahu kita belum keluar dari masa sulit ini, tapi aku merasa yakin bahwa masa depan kita akan lebih cerah.”

Alena tersenyum, menatap Reno dengan mata yang penuh harapan. “Selama kita bersama, aku percaya kita bisa menghadapi apa pun, Ren.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 549

    Kabut malam mengendap perlahan di atas lereng tempat kecelakaan itu terjadi. Hujan telah mereda, menyisakan rintik-rintik kecil yang jatuh dari daun seperti bisikan alam yang belum pulih sepenuhnya dari kekacauan.Adrian tidak sepenuhnya sadar. Tubuhnya masih terbaring di tanah basah, napasnya pelan—hangat, tapi lemah. Di sela-sela kabut yang menutupi pandangannya, ia hanya melihat remang cahaya dan bayang-bayang yang bergerak cepat. Ia tidak tahu apakah itu nyata atau hanya ilusi dari tubuhnya yang mulai menyerah.Ia bisa mendengar suara—tercekik, jauh, hampir seperti gema dalam mimpi.Suara seseorang berlari.Daun-daun terguncang.Dan… tembakan.Satu suara.Kemudian dua.Lalu hening.Adrian memaksa matanya terbuka. Ia ingin melihat Alena. Ia ingin memastikan bahwa perempuan itu berhasil kabur. Tetapi setiap kali ia mencoba menggerakkan tubuhnya, rasa sakit menyerang seperti aliran listrik yang menyambar.“A-Alena…” suaranya seperti bisikan yang patah. “Lari…”Namun angin malam hanya

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 548

    Hujan belum juga berhenti malam itu. Langit seolah menangis bersama bumi, menumpahkan segala beban dan rahasia yang selama ini tertahan. Di dasar lereng yang licin, mobil Adrian terbalik, remuk dengan asap putih yang masih mengepul dari kap mesin yang hancur.Air menetes dari rambut Victor Lau yang berdiri beberapa meter di depan mobil itu. Tubuhnya tegap, jas hitamnya kini basah kuyup, tapi sorot matanya tetap tajam, tak goyah sedikit pun. Ia menatap reruntuhan logam itu seperti seorang pelukis yang menatap hasil akhir lukisan yang telah lama ia rencanakan.“Kau tidak pernah belajar, Adrian,” katanya pelan, hampir seperti gumaman yang diucapkan dengan nada puas. “Kau pikir kau bisa menipu semua orang. Tapi akhirnya, kau hanya menipu dirimu sendiri.”Ia melangkah lebih dekat, sepatu kulitnya menjejak lumpur tanpa suara. Hujan mengguyur wajahnya, tapi ia tidak peduli. Satu-satunya hal yang penting baginya malam itu adalah memastikan pe

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 547

    Malam itu, udara terasa berat. Langit di luar gelap pekat, tanpa satu pun bintang yang berani muncul. Adrian duduk sendirian di ruang kerjanya—ruangan yang dulu penuh kehidupan, penuh rencana besar, penuh kebanggaan. Sekarang hanya tersisa kesunyian yang menusuk, seolah tembok-tembok itu menyerap sisa napasnya yang berat.Lampu meja redup memantulkan bayangan wajahnya di permukaan kaca jendela. Wajah yang dulu penuh percaya diri kini terlihat lelah dan rapuh. Pandangannya kosong, jarinya bergetar di atas segelas minuman yang bahkan tak lagi ingin ia sentuh.Ia menatap meja kerjanya. Ada bingkai foto di sana—foto lama, dirinya bersama Alena. Mereka tersenyum, berdiri di depan bangunan yang dulu mereka impikan bersama. Dulu, ia pikir ia memiliki segalanya: cinta, kekuasaan, dan kendali atas hidupnya. Sekarang, semua itu terasa seperti mimpi yang terlalu jauh untuk dijangkau kembali.Ia menghela napas dalam-dalam, lalu bergumam pelan,“Aku telah menghancurkan segalanya dengan tanganku se

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 546

    Hari-hari terasa semakin panjang bagi Adrian. Setiap pagi, suara dering telepon, surat panggilan pengadilan, dan berita-berita yang menyorotinya menjadi rutinitas yang menghantui. Nama Adrian Hartono kini tidak lagi identik dengan kesuksesan atau kejayaan, melainkan dengan kata-kata seperti penipuan, manipulasi, dan korupsi.Ia duduk di ruang kerjanya—ruangan yang dulu menjadi simbol kekuasaannya—kini seperti penjara tak berdinding. Dokumen-dokumen berserakan di atas meja, berita-berita dari media online menampilkan wajahnya dengan tajuk besar:“Pengusaha Terkenal Terancam Hukuman Penjara: Fakta Mengejutkan Tentang Skandal Hartono Group.”Adrian menatap layar laptopnya tanpa benar-benar melihat. Tatapannya kosong, pikirannya berputar cepat. Ia masih berusaha memahami bagaimana semuanya bisa hancur secepat ini. Dalam beberapa bulan saja, seluruh kerja keras bertahun-tahun berubah menjadi reruntuhan.Di tengah kesunyian itu, ponselnya berdering. Nama di layar membuat dadanya sedikit men

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 545

    Adrian duduk sendirian di ruang kerjanya yang kini terasa begitu asing. Dulu, ruangan itu adalah simbol kejayaan: dindingnya dihiasi lukisan mahal, meja kayu jati besar yang selalu dipenuhi berkas kesepakatan bisnis bernilai jutaan, dan rak buku berisi penghargaan serta sertifikat prestasi. Kini, semua itu tampak tak berarti.Debu mulai menumpuk di sudut meja, dan cahaya matahari sore menembus jendela, menyoroti ruangan yang sunyi dan dingin.Telepon di tangannya masih terbuka, panggilan terakhir baru saja terputus. Suara mitra bisnisnya, yang dulu begitu hangat dan menghormatinya, kini hanya meninggalkan gema dingin di telinga."Skandalmu terlalu besar. Kami harus menjaga jarak."Kalimat itu berputar-putar di pikirannya seperti gema yang tak mau berhenti. Adrian menutup matanya, menekan pelipisnya dengan kedua tangan. Rasa lelah yang menumpuk selama berminggu-minggu kini menyerangnya dengan keras.Dulu, ia pikir ia memiliki semuanya—kekuasaan, koneksi, dan rasa hormat dari semua oran

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 534

    Langit siang itu tampak muram, awan kelabu menggantung berat di atas gedung pencakar langit tempat Adrian berdiri. Dari balkon lantai dua puluh, ia menatap hamparan kota Jakarta yang terus bergerak di bawah sana—mobil-mobil melintas, orang-orang berjalan terburu-buru, dunia tetap berputar seperti tak terjadi apa-apa.Namun di dalam dirinya, segalanya telah berhenti.Angin dingin berembus, menyibak rambutnya yang sedikit berantakan. Kemejanya kusut, dasinya terlepas setengah. Ia memandang ke bawah, ke arah jalan raya yang tampak kecil dan jauh, lalu mengembuskan napas panjang."Lucu, ya… dunia tetap berjalan bahkan setelah kau hancur," gumamnya lirih.Ia menunduk, kedua tangannya bersandar di pagar besi balkon yang terasa dingin menusuk kulit. Di kepalanya berputar ratusan suara—wartawan yang berteriak menanyakan tanggapan, para pengacara yang saling berselisih tentang strategi hukum, suara Arman yang panik… dan suara dari masa lalu, yang paling menghantui:"Kekuasaan bukan segalanya,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status