Share

BAB 4 -Tak perlu turun tangan

Viona mengerutkan kening karena bingung dengan pertanyaan tetangga kontrakannya. Ia segera bangkit dan menatap wanita itu.

"Maksud kamu apa, Sin? Berita apa?" tanya Viona.

Wanita itu segera mengajak Viona untuk duduk di kursi yang ada di depan kontrakan.

"Tahap emosimu ya, Vi. Ini lho, beritanya udah nyebar ke grup. Bahkan namamu sama sekali gak di sembunyikan," ucap perempuan itu.

Viona semakin kebingungan mendengar tetangga kontrakannya.

"Ini baca sendiri beritanya, lagian. Kamu kenapa gak ikut join di grup kampung ini," lontarnya.

Dia segera meraih handphone wanita tersebut. Lalu segera membaca berita yang ditanyakan tetangga kontraknya, mata Viona membulat membaca deretan itu.

"Apa-apaan ini? Aku gak nyuri uang Ibu kok," ucap Viona spontan.

Perempuan tersebut terkejut dengan kata yang keluar dari bibir Viona. Dia mengelus dada akibat masih terasa kagetnya.

"Makanya aku nanya ke kamu, gak mau asal telen berita mentah-mentah," sahut Sinta.

Istri Dimas itu menarik dan mengembuskan napas. Sedangkan tetangga perempuan tersebut mengelus punggung Viona, sedangkan dirinya menscroll membaca komentar dari semua.

"Yang sabar Vi, tarik napas dan buang pelan-pelan. Sampe hatimu tenang," nasihat Sinta.

Sinta langsung mengambil handphonenya saat di sodorkan oleh Viona. Dia menyimpan benda pipih itu ke saku tidak lupa memencet tombol rekam suara.

"Sin, berita itu gak bener. Aku gak nyuri uang Ibu, malahan Ibu yang mau rebut uang nafkah pengasih Mas Dimas."

Mendengar itu Sinta terkejut, ia mengusap punggung Viona.

"Tapi kata yang nyebar gosip ini, dia tau dari mulut ibu mertuamu sendiri lho," terang Sinta.

Viona menghela napas mendengar perkataan Sinta.

"Aku salah apa, Sin. Padahal dulu pas belum menikah dengan anaknya dia baik banget, tapi sekarang ....."

Dia tidak melanjutkan perkataannya, Sinta yang paham akan hal tersebut mengangguk.

"Tega bener Ibu mertuamu sama kamu Ra, kamu hebat kuat begini. Kalau aku ngeliat Ibu mertuamu suka ke sini dan ngomelin kamu gak jelas aja aku rasanya gak kuat. Kalau aku jadi kamu mungkin aku udah minta cerai," tutur Sinta.

"Apalagi sekarang dia fitnah kamu," lanjutnya.

Wanita itu hanya mengulas senyum dan bangkit. Ia memegang bahu Sinta dan terus mengulas lengkungan di bibir.

"Insyaallah aku kuat, kecuali kalau Mas Dimas yang berulas. KDRT atau selingkuh, gak akan ada kata maaf untuk dia," ungkap Viona.

Sinta hanya bisa menatap Viona lalu mengangguk dengan senyum kecil. Ia segera bangkit dan menepuk bahu wanita tersebut.

"Kalau gitu aku pamit dulu ya," kata Sinta.

Viona mengiyakan perkataan Sinta, dia melambaikan tangan sang tetangga kontrakannya masuk ke kediaman. Sedangkan wanita tersebut menyeringai lalu lekas ke dalam.

"Bagus, pasti Sinta kirim rekaman itu ke grup. Aku pengen tau tanggapin nanti semua orang," sinis Viona.

"Lagian kenapa ngerekam suara aja sih, bagusan kan video. Harusnya dia bawa kabar itu sambil nyuruh orang videoin dari jauh," gerutu perempuan itu.

Dia mengetahui jika Sinta merekam karena ia melihat sekilas saat wanita tersebut menyalakan rekam suara itu. Viona memilih mendaratkan ke bokong di kursi dan memejamkan mata.

"Ampun ... lagian baru aja pulang, itu gosip malah udah nyebar. Pasti Ibu yang cerita ke orang, biang gosip di sana kan Mpok Nisa."

Wanita yang berstatus istri Dimas itu terus berbicara sendiri. Sedangkan di kediaman Sinta, dia tengah mengirim rekaman suara tadi ke grup yang berisi orang kampung sini. Banyak komentar yang langsung mencecar ibu mertua Viona, karena tega menfitnah sang menantu sendiri. Ada juga tidak suka cewek menjadi bahan gosip ini dan masih mencelanya.

[Lagian pelit banget ke mertua, pasti dia gak pernah ngasih uang. Makanya mertuanya fitnah begitu,] - Wati

[Ih ... jahat banget sih Ibu mertuanya, Mbak Nisa lain kali jangan sebar gosip yang gak pasti kebenarannya, Mbak! ] - Julega

[Iya bener! Kita jadi ngefitnah Mbak Vio.] - Santi

[Kan udah aju bilangin, jangan main asal telen gosip mentah-mentah!] Sinta

Dan masih banyak lagi komentar yang bertebaran. Hasil rekaman Sinta tersebut begitu cepat, kini Mila tengah mendengar dan mengepalkan tangan dengan penuh amarah.

"Sialan! Dasar menantu gak ada akhlak, dia pengen menjelekan aku," geram Mila.

Ia langsung menaruh handphone miliknya dan beberapa kali meninju sofa meluapkan emosi. Menyimak banyak komentar yang mengatai membuat penuh kemurkaan.

"Awas aja, aku kasih pelajaran kamu Vio!"

Wanita paruh baya itu segera meninju sofa kembali saking emosinya. Ia menoleh ke jam dinding yang menunjukan angka belum sampai waktu istirahat sang anak. Baru saja hendak beranjak mengambil air putih, terhenti karena gedoran pintu yang sangat kencang dan tak sabaran.

"Siapa sih yang gedor pintu, gak tau apa moodku ancur gini," gerundel Mila.

Tadinya ia hendak mengabaikan karena tak kunjung berhenti mengetuk pintu. Wanita itu segera membuka pintu dan langsung disambut tatapan marah seseorang.

"Ini semua gara-gara kamu, Mbak!" sentak Nisa.

Mila mengeryikan alis, melihat reaksi wanita itu. Nisa semakin emosi, dia mendorong bahu Ibu Dimas membuat perempuan tersebut mundur beberapa langkah.

"Kamu tuh apa-apaan sih! Dateng langsung marah-marah," sentak Mila.

Jelas perempuan tersebut tidak terima di perlakukan seperti itu. Ia balik mendorong Nisa, aksi tersebut terus terulang bahkan bertambah saling menjambak. Beruntung ada sekelompok para Ibu-ibu tengah lewat, mereka segera melerai keduanya.

"Lepas! Aku harus balas jambakan dia. Gak tau aja, anakku baru aja kemaren bawa ke salon buat perawatan rambut," sungut Nisa.

Keduanya terus dipegangi, sedangkan yang melerai bingung harus berbuat apa.

"Kalian itu udah tua, kenapa segala berantem jambak-jambakan gini sih," tegur salah satu dari mereka.

Mendengar teguran itu Nisa langsung menyela.

"Itu gara-gara dia bohong sama aku! Katanya Viona nyuri uang dia, ternyata dia yang pengen rebut duit naskah yang dikasih Dimas buat Viona!"

"Gara-gara dia aku jadi disalahkan," lanjutnya.

Beberapa dari mereka mengusap keduanya agar lebih tenang. Sedangkan dua perempuan itu masih saling menatap tajam dengan penuh emosi.

"Tenangkan diri kalian, kalian tuh udah tua. Gak pantes dilihat anak-anak yang lewat nanti," nasihat Ibu RT.

Wanita itu memang berada di rombongan para Ibu-ibu. Dia langsung memegang bahu Nisa membuat perempuan tersebut menoleh.

"Lagian kamu juga salah, Nis. Harusnya sebar berita harus tau dengan jelas dulu, udah begini aja kalian saling cekcok."

Nisa mendengar sentilan istri ketua RT itu langsung memalingkan wajah. Sedangkan Mila hanya mendengkus.

"Udah kalian gak usah saling menyalahkan, istropeksi diri aja. Pulang ke rumah masing-masing, jangan lupa minta maaf juga sama Viona," seru Bu RT.

Mendengar perkataan istri ketua RT, Mila hanya mendelik. Yang memegang wanita itu segera melepaskan tangan karena perempuan tersebut merontah.

"Udah lepas! Kalian ganggu banget sih. Lagian Bu RT gak usah ikut campur," sungut Mila.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status