Share

BAB 3 - Fitnah

Viona mengerutkan keningnya, ia menatap sang mertua.

"Minta uang? Bukannya Ibu udah di transfer sama Mas Dimas ya. Lagian uang yang dikasih Mas Dimas buat sehari-hari aja gak cukup, Bu!"

Mata Mila melotot mendengar balasan menantunya. Ia langsung menunjuk Viona dengan jari.

"Kamu ini kurang ajar ya! Ibu lagi sakit lho. Ibu minta uang buat berobat, lagian ... kamu tuh bohong banget. Anakku selalu ngasih uang banyak lho sama kamu, makanya Ibu cuma dikasih dikit," sungut Mila.

Viona terkejut dengan perkataan Mila. Ia langsung mengeluarkan uang di tas dan menunjukan pada sang mertua.

"Uang yang dikasih anakmu itu cuma segini, Bu! Besar dari mana coba, bahkan kebanyakan kurang buat aku jadi kasbon ke warung. Belum bayar kontrakan," balas Viona.

Melihat uang yang ditunjukan menantunya, Mila langsung merebut. Viona terkejut dengan gerakan wanita tersebut.

"Ibu apa-apaan sih! Sini uangnya. Aku gak bisa ngasih Ibu uang, itu aja gak cukup buat kebutuhan aku sama Mas Dimas," seru Viona.

Mila melihat menantunya hendak merebut uang tadi langsung menyembunyikan ke belakang tubuh.

"Kamu ini apa-apaan sih! Bohong aja, udah deh gak usah lebay. Pasti uang ini cuma setengah aja enggak kan dari pemberian anakku. Udah kamu jangan boros-boros, lagian ini kan uang dari anak Ibu. Jadi Ibu berhak mengambil juga."

Wanita itu langsung bangkit, begitupun Viona. Dia ikut berdiri dan berusaha merebut uang yang dipegang membuat Mila yang berusaha menghindar jadi terjatuh.

"Akh ..." pekik Mila.

Viona terkejut akan kejadian itu, ia segera membantu Ibu mertuanya bangkit.

"Aduh sakit banget, ini semua gara-gara kamu, Vi! Pokoknya ini uang buat Ibu," sentak wanita itu.

"Punya menantu kok gak bisa bahagiain, apalagi ngebanggain," gerutu Mila.

Mila mendorong menantunya yang membantu berdiri. Viona mendapatkan perlakuan itu mendengkus.

"Ibu ini kenapa sih! Katanya sakit, kok kuat banget dilihat gak ada lemes-lemes. Kalau gitu aku pulang lagi aja, dan cepet balikin uang itu, Bu!"

Mila mendengar ucapan menantunya hanya mendelik lalu menyembunyikan uang tersebut kembali.

"Ini sebagai ganti rugi kamu udah nyakitin Ibu, ya! Lagian Ibu udah sembuh ngeliat uang ini, Ibu sakit karna gak ada uang buat arisan aja," balas Mila.

Viona melotot lalu segera merebut uang tersebut, Mila yang belum siap terkesiap. Ia menatap menantunya dengan mata wanita itu melebar.

"Kamu apa-apaan sih! Sini uangnya, pelit banget sih. Kamu pasti masih punya uang dan kamu simpen di rumah, kamu cuma mau menjelekkan anakku!" omel wanita paruh baya itu.

Wanita itu menghela napas dan memutarkan bola mata malas.

"Kalau anakmu ngasih uang cukup mah, dandananku gak bakal begini, Bu!" geram Viona.

Mila kesal dengan ucapan menantunya, membuat ia dengan kasar mendorong Viona. Membikin wanita itu yang tidak bisa menjaga keseimbangan langsung terjatuh dan kening terbentur ke meja. Sang mertua terkejut akan hal tersebut.

"Aduh ... keningku."

Viona meringis, ia memegeng keningnya. Sedangkan Mila yang terkejut langsung membantu sang menantu bangkit.

"Kamu gak papa, kan. Udah mendingan kamu pulang aja, kamu di sini juga gak guna," cecar Mila.

Perempuan paruh baya itu sedikit mendorong Viona agar melangkah keluar. Sedangkan sang menantu langsung menjauh dari mertuanya dan melangkah menjauh.

"Huh, gagal dapet uang," gerutu Mila.

Sedangkan Viona memegang keningnya, dahi wanita itu berdarah. Ia segera mengeluarkan handphone saat keluar dari kediaman sang mertua. Mila lekas menutup pintu.

"Elap itu darah di keningmu! Jangan sampe kamu dikata disiksa sama Ibu," sentak wanita tersebut.

Setelah berkata demikian, Mila dengan kencang menutup pintu. Sedangkan Viona menatap tidak percaya, ia menghela napas dan mengelap yang berdarah oleh baju pelan-pelan.

"Euhh ... lumayan dalem juga ini lukanya, huh ...," keluh Viona.

Viona lekas mendekati kran air lalu menyalakannya. Ia segera membasuh pakaian lengan lalu mengelap. Yaps daster yang dipakain wanita tersebut berlengan panjang sampai sikut dan lumayan lebar.

"Untung uangnya gak berhasil di ambil Ibu, kalau misalnya di ambil. Makin pusing aku nyari buat makan, ini aja gak cukup buat sebulan," gumam Viona.

Saat sedang mengelap keningnya, seseorang menegur. Membuat wanita itu menoleh, sedangkan yang memanggil mengerutkan dahi melihat Viona yang terluka.

"Kamu kenapa, Vi? Kok keningnya sampe gitu," seru wanita itu.

Mendengar perkataan wanita yang bertanya itu. Mila langsung membuka pintu, perempuan tersebut segera mendekati menantunya.

"Eh, dia tadi jatuh kebentur meja. Padahal mau saya tolongin, eh dia nolak. Pasti biar saya keliatan jahat," cerocos Mila.

Viona menatap mertuanya, kala hendak protes. Wanita itu segera di tarik oleh Mila.

"Ayo masuk! Biar Ibu obatin itu luka. Lagian lebay banget, cuma segitu juga! Kaya anak kecil aja, kamu tuh udah jadi istri anakku, Vi!" omel Mila.

Tidak ingin ikut campur dengan mereka, orang yang tadi bertanya pada Viona memilih pamit. Melihat kepergian manusia itu yang sudah tidak terlihat, Mila langsung memukul tangan menantunya.

"Aduh, Bu. Kenapa dipukul sih. Ini aja belum kering lukanya lho Bu," keluh Viona.

Mila hanya mendelik lalu saat mengingat uang tersebut belum ada di tangannya. Ia langsung menarik tas Viona, dan membuka relsleting.

"Ibu apa-apaan sih! Padahal udah di transfer dua juta lho sama Mas Dimas. Padahal Mas Dimas ngaku cuma ngasih Ibu lima ratus ribu," sentak Viona.

Mata wanita itu melotot, ia masih berusaha merebut uang Viona. Membuat istri anaknya tersebut sekuat tenaga menarik tas sampe tali terputus.

"Vio ...!" teriak Mila.

Dia berteriak karena Viona berlari, ia mengembuskan napas kasar melihat menantunya sangat kencang berusaha menjauh. Seseorang yang ditabrak Viona terkejut, wanita itu hanya meminta maaf lalu kembali lari.

"Kenapa Vio? Kayanya panik gitu," gumam tetangga Mila.

Tetangga Mila itu segera mendekati mertua Viona. Saat wanita tersebut hendak masuk, ditahan oleh perempuan tersebut.

"Eh, Mbak. Kenapa itu Vio? Lagi sampe segitunya," tanyanya kepo.

Mila langsung membalikan badan menatap tetangganya. Ia terdiam sebentar lalu ide jahat terlampir di otak.

"Itu lho, Nis. Dia curi uangku, terus kabur saat kepergok sama aku, Nis," papar Mila.

Wanita tersebut terkejut dengan penjelasan Mila. Mereka langsung berbincang agak lama dan perempuan itu pamit masuk ke kediaman. Sedangkan mertua Viona menyeringai.

"Rasain kamu, Vio. Lagian berani-berani kamu jelekin anakku," batin Mila.

Dia segera masuk ke kediaman, sedangkan tetangga wanita itu langsung berteleponan dengan orang untuk membicarakan Viona. Berita tersebut segera tersebar luas, sedangkan perempuan yang dibicarakan kini tengah duduk menunggu ojek ditumpangi sampai mengantarkan ke kontrakan.

"Udah sampe, Mbak."

Viona mengangguk lalu segera membayar ojek tersebut. Sesampai di kontrakan ia langsung menjatuhkan bokong ke kursi, seseorang yang berada di samping kediaman segera mendekat.

"Vio, apa bener berita itu?" tanya wanita itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status