Share

Part 12

Author: Putri Dita
last update Last Updated: 2023-12-21 16:15:35

Tak begitu lama, Jendra mengakhiri pidatonya sekaligus secara resmi membuka acara pameran. Kami semua yang hadir berdiri dan bertepuk tangan. Dengan resminya pameran dibuka, rangkaian acara pembukaan berakhir. Kami para peserta yang tadi mengikuti acarapun kembali pada stand masing-masing.

"Gila gila..Walikota lo cakep banget Dela, gue auto naksir sama dia. Pas dia jalan lewat depan stand, buset wangi banget mana mukanya mulus lagi." Ujar Shela heboh saat aku menghampiri stand.

"Tuh kan bener kata gue, emang cakep banget, gue yang cowok aja mengakui kegantengannya." Kembali Angga heboh menanggapi Shela.

"Berisik deh kalian berdua. Jangan kecentilan Shel, gue laporin lo sama Andri." Ancamku pada Shela. Diantara mereka, Martin paling pendiam karena dia masih junior kami.

"Lo mah, tukang ngadu. Gue cuman ngefans ya."

"Udah-udah yok siap-siap bentar lagi pengunjung umum udah mau dibuka." Ajakku pada ketiga rekanku. Kalau tidak segera diakhiri, bisa-bisa lebih panjang pembahasan tentang Jendra. Semoga Hari pertama pameran semoga bisa capai target penjualan.

Pengunjung mulai berdatangan, meskipun baru dibuka secara resmi namun karena promosi yang gencar dilakukan oleh Pemkot dan Dinas Pariwisata, hingga banyak warga yang berminat untuk mengunjungi pameran.

Ngomong-ngomong, tadi setelah acara peresmian pembukaan selesai, aku langsung kabur pergi meninggalkan area panggung hiburan. Aku tak tahu kemana Jendra setelah acara selesai, toh aku juga tak berminat untuk menyapanya. Aku tak ingin dianggap sok kenal dengan Jendra. Apalagi tadi beberapa kali aku melihat Jendra menatap tajam padaku, padahal aku tidak tahu apa salahku kenapa dia memberikanku tatapan seperti itu.

Saat sedang sibuk melayani pengunjung di stand kami, aku tidak sadar bahwa rombongan Wali kota saat ini berada di depan stand. Aku baru tersadar saat Martin yang berada disampingku, menyenggol lenganku. Terdiam, aku melihat sekitarku, mencoba mencerna situasi. Tepat di depanku, rombongan Wali kota Jendra sedang berhenti dengan Kepala Dinas Pariwisata yang sedang menjelaskan tentang beberapa stand yang berada di sekitar mereka. Pengunjung yang tadi sedang aku layani, perlahan mundur dan menatap takjub pada Wali kota.

"Selamat datang Pak Walikota, kami perwakilan dari Ibukota Milton. Silahkan jika ingin melihat-lihat hasil UMKM dari kami." Angga mengambil alih atensi setelah Kepala Dinas Pariwisata selesai menjelaskan. Angga yang melihatku mematung sesaat dan jangan lupakan Shela yang melongo disampingnya terkesima menatap Pak Wali kota dari jarak sedekat ini segera menyenggol pelan lengan kami agar tersadar. Mendengar deheman Jendra, aku mendapatkan kembali kesadaranku. Aku melemparkan senyum samar ketika pandangan kami saling bertemu.

"Terima kasih sudah jauh-jauh mau ikut dalam acara pameran ini." Jawab Jendra.

Setelah menjawab, Jendra kembali melanjutkan berkeliling dari satu stand ke stand lainnya.

"Sumpah dari jarak sedeket ini dia beneran cakep pake banget, mana orangnya berwibawa lagi. Gue sampek nge-freeze," Kembali Shela heboh setelah Jendra bergerak agak menjauh.

"Iya lagi, lo berdua malah pada cengo gak ada yang nyambut. Untung ada gue, meskipun tadi agak gugup juga sih."

"Gue dari tadi udah menduga, pas dari kejauhan lihat Pak Walikota menuju ke stand kita, cewek-cewek ini pasti bakalan cengo bang. Makanya gue diem aja biar bang Angga yang nanganin, ternyata beneran bang Angga cepet tanggap situasi." Puji Martin dengan mengacungkan jempol pada Angga, yang dibalas dengan menepuk dadanya sendiri, bangga.

Aku yang melihatnya hanya memutar mata malas. Sebenarnya tadi aku hanya terkejut, tidak menyangka kalau Jendra akan berkeliling area pameran, kupikir setelah peresmian tadi dia langsung meninggalkan lokasi pameran.

"Permisi mbak, saya mau beli kain songket ini." Mendengar ada pengunjung yang bertanya, aku menghampirinya mengabaikan ketiga temanku tadi yang masih membahas tentang Jendra.

"Silahkan bu, mau pilih yang mana?" tanyaku padanya. Setelah menyelesaikan transaksi dengan pengunjung, aku melangkah masuk menuju meja kasir, istirahat sejenak.

Melihat sekitar, pengunjung semakin banyak. Angga, Martin dan Shela masih sibuk melayani pertanyaan dan pembelian dari para pengunjung.

Aku mengambil ponselku di dalam tas, mengeceknya sebentar, karena dari tadi belum sempat melihat ponsel sama sekali. Ada beberapa pesan dari grup kantor yang menanyakan jalannya acara pameran hari ini, ada pesan dari Tina yang memastikan apakah betul aku sekarang ada di kota Aare yang memintaku untuk menjadwalkan pertemuan kami.

Dan yang tak terduga ada pesan dan 3 missed call dari Jendra. Aku membuka pesan darinya.

Jendra :

Setelah pameran tutup jangan langsung pulang, tunggu gue di depan pintu keluar.

Aku mengerutkan kening, apa maksud pesan Jendra ini. Sudah lama tidak saling berkomunikasi, sekali kirim pesan main perintah aja. Mengabaikan pesan dari Jendra, aku kembali ke depan stand membantu rekanku melayani pengunjung yang datang silih berganti ke stand kami.

***

Akhirnya hari pertama pameran telah usai. Jam berkunjung pameran tutup jam 20.00, kesan untuk pameran hari pertama sungguh luar biasa. Pengunjung terus berdatangan, banyak produk-produk yang kami bawa laku terjual.

Karena pameran ini akan diadakan selama 5 hari, dari pukul 09.00 sampai pukul 20.00 kami berempat sepakat untuk membagi menjadi 2 shift yaitu dari jam 08.00 sampai jam 14.00 kemudian jam 14.00 sampai jam 20.30. Kalau kami paksakan berempat masuk bersamaan, dapat dipastikan salah satu dari kami akan tumbang karena berjaga dari jam 08.00 sampai 20.00 itu akan sangat melelahkan.

Setelah memastikan stand pameran kami tertutup aman dengan kain, kami berempat berjalan bersama menuju pintu keluar. Angga, Martin dan Shela menunggu taxi online yang sudah mereka pesan, sedangkan aku masih mencoba menghubungi Stevan untuk memintanya menjemputku.

Saat sedang mencoba menghubungi Stevan, tiba-tiba ada yang menghampiriku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gara-gara Reuni, Wali Kota itu Jadikanku Istri   Extra Part 5 -Bertemu Orang Tua Dela (Jendra POV)

    Pagi setelah Dela mengakhiri hubungan kami, aku benar-benar kalut. Aku langsung memerintahkan Aldo untuk kembali ke kota Aare. Dalam pikiranku, satu-satunya cara agar Dela tidak pergi dariku adalah menemui orang tuanya dan langsung melamarnya. Mungkin Dela akan marah, tapi aku tidak peduli. Salahkan dia yang seenaknya mengambil keputusan sendiri. Aku juga bisa seperti itu. Saat aku menyuruh Aldo untuk dia langsung ke rumah Dela, dia menolak ideku. “Maaf, Pak, sekarang sudah malam. Sangat tidak sopan kalau Bapak ke sana malam-malam.” “Terus kapan, Do? Saya gak mau menunggu lama-lama.” Aldo menghela nafas pelan.,“Besok pagi saja, Pak Jendra. Malam ini Bapak bisa istirahat dulu. Tidak mungkin Bapak menemui orang tua Bu Dela dengan keadaan kacau seperti ini.” Aku berpikir sebentar, apa yang diucapkan Aldo ada benarnya juga. Gak mungkin aku ketemu orang tuanya dengan kondisiku yang kacau begini. Akhirnya, aku memutuskan untuk pulang ke rumah dinas.Keesokkan harinya, aku sudah segera

  • Gara-gara Reuni, Wali Kota itu Jadikanku Istri   Extra Part 4 - Memberi Restu (Jendra POV)

    "Ma, aku udah bilang mau membatalkan perjodohan ini. Kenapa Mama masih aja maksa aku?" "Ini semua demi kamu, Jendra, demi masa depan karir kamu. Cinta bisa datang setelah kalian menikah." Klise. Jujur saja aku meremehkan pendapat mama dalam kepalaku. Namun, saat bicara aku berusaha membuat nada suaraku senormal mungkin. "Aku sama sekali gak pengen meraih kesuksesan menggunakan cara seperti ini. Kalau memang masyarakat puas dengan kinerjaku selama periode ini, pasti mudah untuk melanjutkannya lagi." "Meski begitu kamu juga harus tetap punya penguasa yang akan mendukung kamu demi melancarkannya!" Halo? Ingin rasanya aku menunjuk diriku sendiri. Apa seorang lelaki dewasa berumur 28 tahun seperti diriku tidak pantas disebut sebagai ‘penguasa’ karena hanya memimpin perusahaan-perusahaan warisan sang ayah di bawah ketiak ibunya? Aku menggelengkan kepala tidak percaya. "Mama masih gak percaya dengan kemampuanku dan orang-orang yang selama ini mendukungku? Apa selama ini semua pencapaia

  • Gara-gara Reuni, Wali Kota itu Jadikanku Istri   Extra Part 3 - Berjuang (Jendra POV)

    Sore hari aku kembali ke kantor setelah sejak pagi melakukan peresmian maupun pengecekan proyek di beberapa daerah. Sebenarnya aku lelah, tapi beberapa berkas proyek dari kantor dinas yang ada di atas mejaku membutuhkan tanda tanganku. Saat sedang sibuk membaca dengan teliti berkas yang ada di tanganku, pintu diketuk dari luar. "Masuk," jawabku tanpa mengalihkan pandangan dari berkas. "Maaf, Pak Jendra, di luar ada Bu Tari," ucap Aldo. Memejamkan mata sejenak menahan kesal, aku mengangkat kepala dan berkata, "Antarkan dia ke sini." Aku tahu tidak bisa terus begini, semuanya harus segera diputuskan. Malam setelah pertemuan pertama keluarga dulu, beberapa kali Tari memang mencoba menghubungiku dan mengajakku bertemu, tapi selalu kutolak dengan berbagai alasan. "Maaf, Mas Jendra, Tari harus datang ke sini," cicit Tari begitu berdiri di hadapanku. Tangannya tertaut, cara bicaranya gugup. Cari simpati dia? "Hmm." Berdiri dari kursiku, aku berjalan menuj

  • Gara-gara Reuni, Wali Kota itu Jadikanku Istri   Extra Part 2 - Meninggalkannya (Jendra POV)

    Setelah sambungan telepon terputus, aku yang saat ini berada di dalam toilet menatap pantulan diriku pada cermin. Aku merasa bersalah pada Dela karena telah meninggalkannya sendirian di restoran, padahal aku yang mengajaknya ke sana. Andai saja Mama tidak memaksaku untuk bertemu dengan tamunya, aku tidak akan meninggalkan Dela sendirian. Aku membasuh wajahku agar lebih segar. Hatiku tiba-tiba diliputi rasa gelisah.Terdengar pintu kamar mandi diketuk dari luar."Pak Jendra, apa masih lama di dalam toiletnya?" Terdengar suara Aldo memanggil.Menghela napas, lalu aku sekali lagi mengambil tisu untuk mengeringkan sisa-sisa air di wajahku, sebelum kemudian bergerak membuka pintu toilet."Maaf, Bapak ditunggu Bu Wahyu di ruang makan karena sebentar lagi makan malamnya selesai.""Hmm," jawabku dengan gumaman malas, kemudian melangkahkan kaki menuju ruang makan diikuti Aldo.Sesampainya di ruang makan, orang-orang masih duduk dengan pos

  • Gara-gara Reuni, Wali Kota itu Jadikanku Istri   Extra Part 1 - Reuni (Jendra POV)

    Hari reuni SMP Pratamadya Kota Aare akhirnya datang juga. Aku tidak sabar menunggu untuk segera sampai di hotel tempat acara. Begitu turun dari mobil, aku menuju ballroom yang sudah ramai oleh teman-teman seangkatanku. Banyak wajah-wajah familier yang masih bisa aku kenali. Banyak di antaranya menghampiriku dan menyapaku. Yang lain ada yang hanya menoleh menyadari kedatanganku, sisanya ada pula yang tidak peduli. Yah, teman datang dan pergi seiring usia. Seleksi alam. Di SMP dulu aku termasuk salah satu murid populer hingga tak heran satu sekolah mengaku-ngaku sebagai temanku. Walaupun ada banyak juga yang memang masuk lingkaran pertemananku, seiring berjalannya waktu dan kesibukan, aku mulai jarang bisa kumpul dengan mereka dan sempat lost contact juga. Jadi, ya ... kabar reuni ini pun disampaikan Andi, salah satu teman terdekatku semasa SMP. Kebetulan dia yang jadi ketua panitianya, dan menawarkan proposal padaku untuk mensponsori acara ini sekalian mengajakku ikut. Awal

  • Gara-gara Reuni, Wali Kota itu Jadikanku Istri   Part 55 (End)

    Resepsi berakhir. Akhirnya. Jendra membawaku menuju kamar hotel yang sudah disiapkan. Setelah tadi berpamitan terlebih dahulu pada kerabat dan keluarga kami yang masih tersisa, Jendra langsung menggandeng tanganku menuju lift. Di depan lift sudah ada Mas Aldo yang begitu kami masuk langsung memencet tombol lantai 20 yang setahuku merupakan lantai tertinggi gedung ini.“Loh, bukannya kamar kita ada di lantai 15, ya?” tanyaku heran.“Kamar kita pindah, Sayang.” Tangannya merangkum wajahku, dan sempat mengecup pelan bibirku sebelum kembali menghadap ke depan. Genggaman tangan Jendra masih terasa erat di jemariku.Begitu lift berdenting menandakan kami telah sampai di lantai 20, pintu lift terbuka. Aku yang sedikit kesulitan dengan gaun panjangku sempat hampir terjungkal, beruntung Jendra memegangi tanganku hingga aku tak sampai jatuh. Tiba di depan pintu kamar dengan nomor 2001, Jendra menempelkan access card pada pintu dan menarikku untuk ikut masuk ke dalamnya.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status