Share

Part 12

Tak begitu lama, Jendra mengakhiri pidatonya sekaligus secara resmi membuka acara pameran. Kami semua yang hadir berdiri dan bertepuk tangan. Dengan resminya pameran dibuka, rangkaian acara pembukaan berakhir. Kami para peserta yang tadi mengikuti acarapun kembali pada stand masing-masing.

"Gila gila..Walikota lo cakep banget Dela, gue auto naksir sama dia. Pas dia jalan lewat depan stand, buset wangi banget mana mukanya mulus lagi." Ujar Shela heboh saat aku menghampiri stand.

"Tuh kan bener kata gue, emang cakep banget, gue yang cowok aja mengakui kegantengannya." Kembali Angga heboh menanggapi Shela.

"Berisik deh kalian berdua. Jangan kecentilan Shel, gue laporin lo sama Andri." Ancamku pada Shela. Diantara mereka, Martin paling pendiam karena dia masih junior kami.

"Lo mah, tukang ngadu. Gue cuman ngefans ya."

"Udah-udah yok siap-siap bentar lagi pengunjung umum udah mau dibuka." Ajakku pada ketiga rekanku. Kalau tidak segera diakhiri, bisa-bisa lebih panjang pembahasan tentang Jendra. Semoga Hari pertama pameran semoga bisa capai target penjualan.

Pengunjung mulai berdatangan, meskipun baru dibuka secara resmi namun karena promosi yang gencar dilakukan oleh Pemkot dan Dinas Pariwisata, hingga banyak warga yang berminat untuk mengunjungi pameran.

Ngomong-ngomong, tadi setelah acara peresmian pembukaan selesai, aku langsung kabur pergi meninggalkan area panggung hiburan. Aku tak tahu kemana Jendra setelah acara selesai, toh aku juga tak berminat untuk menyapanya. Aku tak ingin dianggap sok kenal dengan Jendra. Apalagi tadi beberapa kali aku melihat Jendra menatap tajam padaku, padahal aku tidak tahu apa salahku kenapa dia memberikanku tatapan seperti itu.

Saat sedang sibuk melayani pengunjung di stand kami, aku tidak sadar bahwa rombongan Wali kota saat ini berada di depan stand. Aku baru tersadar saat Martin yang berada disampingku, menyenggol lenganku. Terdiam, aku melihat sekitarku, mencoba mencerna situasi. Tepat di depanku, rombongan Wali kota Jendra sedang berhenti dengan Kepala Dinas Pariwisata yang sedang menjelaskan tentang beberapa stand yang berada di sekitar mereka. Pengunjung yang tadi sedang aku layani, perlahan mundur dan menatap takjub pada Wali kota.

"Selamat datang Pak Walikota, kami perwakilan dari Ibukota Milton. Silahkan jika ingin melihat-lihat hasil UMKM dari kami." Angga mengambil alih atensi setelah Kepala Dinas Pariwisata selesai menjelaskan. Angga yang melihatku mematung sesaat dan jangan lupakan Shela yang melongo disampingnya terkesima menatap Pak Wali kota dari jarak sedekat ini segera menyenggol pelan lengan kami agar tersadar. Mendengar deheman Jendra, aku mendapatkan kembali kesadaranku. Aku melemparkan senyum samar ketika pandangan kami saling bertemu.

"Terima kasih sudah jauh-jauh mau ikut dalam acara pameran ini." Jawab Jendra.

Setelah menjawab, Jendra kembali melanjutkan berkeliling dari satu stand ke stand lainnya.

"Sumpah dari jarak sedeket ini dia beneran cakep pake banget, mana orangnya berwibawa lagi. Gue sampek nge-freeze," Kembali Shela heboh setelah Jendra bergerak agak menjauh.

"Iya lagi, lo berdua malah pada cengo gak ada yang nyambut. Untung ada gue, meskipun tadi agak gugup juga sih."

"Gue dari tadi udah menduga, pas dari kejauhan lihat Pak Walikota menuju ke stand kita, cewek-cewek ini pasti bakalan cengo bang. Makanya gue diem aja biar bang Angga yang nanganin, ternyata beneran bang Angga cepet tanggap situasi." Puji Martin dengan mengacungkan jempol pada Angga, yang dibalas dengan menepuk dadanya sendiri, bangga.

Aku yang melihatnya hanya memutar mata malas. Sebenarnya tadi aku hanya terkejut, tidak menyangka kalau Jendra akan berkeliling area pameran, kupikir setelah peresmian tadi dia langsung meninggalkan lokasi pameran.

"Permisi mbak, saya mau beli kain songket ini." Mendengar ada pengunjung yang bertanya, aku menghampirinya mengabaikan ketiga temanku tadi yang masih membahas tentang Jendra.

"Silahkan bu, mau pilih yang mana?" tanyaku padanya. Setelah menyelesaikan transaksi dengan pengunjung, aku melangkah masuk menuju meja kasir, istirahat sejenak.

Melihat sekitar, pengunjung semakin banyak. Angga, Martin dan Shela masih sibuk melayani pertanyaan dan pembelian dari para pengunjung.

Aku mengambil ponselku di dalam tas, mengeceknya sebentar, karena dari tadi belum sempat melihat ponsel sama sekali. Ada beberapa pesan dari grup kantor yang menanyakan jalannya acara pameran hari ini, ada pesan dari Tina yang memastikan apakah betul aku sekarang ada di kota Aare yang memintaku untuk menjadwalkan pertemuan kami.

Dan yang tak terduga ada pesan dan 3 missed call dari Jendra. Aku membuka pesan darinya.

Jendra :

Setelah pameran tutup jangan langsung pulang, tunggu gue di depan pintu keluar.

Aku mengerutkan kening, apa maksud pesan Jendra ini. Sudah lama tidak saling berkomunikasi, sekali kirim pesan main perintah aja. Mengabaikan pesan dari Jendra, aku kembali ke depan stand membantu rekanku melayani pengunjung yang datang silih berganti ke stand kami.

***

Akhirnya hari pertama pameran telah usai. Jam berkunjung pameran tutup jam 20.00, kesan untuk pameran hari pertama sungguh luar biasa. Pengunjung terus berdatangan, banyak produk-produk yang kami bawa laku terjual.

Karena pameran ini akan diadakan selama 5 hari, dari pukul 09.00 sampai pukul 20.00 kami berempat sepakat untuk membagi menjadi 2 shift yaitu dari jam 08.00 sampai jam 14.00 kemudian jam 14.00 sampai jam 20.30. Kalau kami paksakan berempat masuk bersamaan, dapat dipastikan salah satu dari kami akan tumbang karena berjaga dari jam 08.00 sampai 20.00 itu akan sangat melelahkan.

Setelah memastikan stand pameran kami tertutup aman dengan kain, kami berempat berjalan bersama menuju pintu keluar. Angga, Martin dan Shela menunggu taxi online yang sudah mereka pesan, sedangkan aku masih mencoba menghubungi Stevan untuk memintanya menjemputku.

Saat sedang mencoba menghubungi Stevan, tiba-tiba ada yang menghampiriku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status