Balik lagi nih, gaes !
Gimana flashback part 1? Masih garing-garing keripik kentang? Atau udah buat senyam-senyum sendiri? Atau ngakak dalam hati?
Jangan lupa review berharganya ya, gaess...
Happy reading!
🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹
Tepat pukul satu siang, beberapa murid yang kebagian piket siang sedang membersihkan kelas. Tampak ruangan kelas, dimana bangku-bangku sudah disusun rapi di atas meja masing-masing, agar memudahkan petugas piket untuk membersihkan kelas.
Salah satu petugas piket diantaranya adalah Alf. Remaja itu sibuk menghapus tulisan di papan yang sampai ke pinggiran atas papan tulis. Maklum, si Alf paling tinggi dari semua petugas piket kebersihan siang itu.
"Dasar Pak Sarip! Mentang-mentang tingginya sebelas dua belas sama tiang bendera, nulisnya sampe atas gini! Dikira semua orang tingginya macam dia, apa!" keluh Alf sambil sesekali menutup hidungnya,
Yuk, yuk, yuk! Mari baca dan review, gaes... Happy reading! 🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹 Alf berhenti sejenak. Kembali meraih botol mineral, dan meneguk air, membasahi kerongkongannya yang sudah kering karena bercerita, minta dibasahi. "Jadi? Dulu lo sama Inn musuhan?" tanya Ellen yang sedang menikmati keripik ubinya. "Yah, gitulah... Awal-awal gue emang sering bertengkar sama Inn," jawab Alf. "Trus, gimana lo bisa sahabatan sama dia?" Jessy penasaran. "Biasanya gitu, tuh! Seperti kata orang benci jadi cinta!" ujar Merlin. "Ceritanya masih panjang banget. Lo semua yakin pengen dengerin?" Alf menatap setiap mata bergantian. "Siaplah! Sampe pagi juga kita siap!" Diego menimpali. "Tapi, besok gue sama Willy kan harus ngebersihin kantor. Kalo begadang, ntar gak bisa kerja tau!" balas Alf. “Lo semua enak, pulang langsung tidur sampe siang!” "Kita bantui
Yippieee, balik lagi ke flashback Alf! Pada chapter ini, akan diceritakan gimana awal mula pertemanan Alf sama Inn. Yookkk, disimak! Jangan lupa review, ya?! 🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹 Ibu Diana melangkah cepat, memasuki ruangan kelas 10C. Para murid yang baru selesai istirahat siang, dan masih nongkrong cantik di luar ruangan, berhamburan masuk ke kelas begitu melihat sosok Ibu Diana. "BERDIRI!" seru Inn dengan sikap tegak. "BERI SALAM!" "SELAMAT SIANG, BU GURU!" sapa semua murid serentak. "Kalian tuh kalo udah selesai istirahat, langsung masuk ke kelas! Bukan masih nongkrong gak jelas di luar! Apalagi udah ngelihat saya mau masuk kelas, bukannya kalian buru-buru masuk, masih saja petantang-petenteng gak jelas di luar! Padahal jam istirahat juga udah selesai, kan!" sembur Ibu Diana dengan suara nyaring memenuhi kelas. Matanya melotot tajam. Semua murid hanya menunduk, kecuali
Halo, ketemu lagi! Part ini masih tentang flashback Alf. Plis, jangan bosan-bosan dulu, ya?! Happy reading! 🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹 Alf melirik sekilas teman sekelompoknya, yang sedang sibuk menuliskan ide cerita untuk judul yang diberikan. "Punya gue," celetuk Ogen sambil menyerahkan secarik kertas ke Inn. Yang lainnya pun menyusul, diikuti Alf yang paling terakhir. "Oke! Sebelumnya, gue bakal baca ide yang udah diserahin ke gue. Lalu, Nebe tolong catet, ya. Abis kita vote, deh?!" ujar Inn. Nebe menganggukan kepala dengan penuh semangat. Jarinya pun sudah bersiap untuk mencatat. "Dari Ogen... Tentang dua orang siswa yang bermusuhan karena mengejar ranking satu, lalu bersahabat, "lanjut Inn membacakan ide-ide cerita dari teman-temannya. Alf hanya tertawa dalam hati mendengar apa yang diucapkan Inn. Bagi Alf, semua ide yang diberikan basi! Heh?! "Oke,
Pukul 17.00 dan Alf sudah tiba di depan rumah Inn yang lumayan besar. Ini adalah waktu yang dijanjikan untuk kerja kelompok. Alf masih celingak-celinguk di depan pintu rumah Inn, belum berani untuk menyapa atau memanggil nama Inn. Dia masih terheran-heran, mengernyitkan kening karena rumah itu tampak sepi. "Kayak gak ada tanda-tanda yang lain udah dateng... Apa gue doang yang ada? Atau gue salah waktu? Perasaan enggak, deh!" gumam Alf sambil berpikir. Tiba-tiba, dari dalam rumah terdengar suara seorang anak perempuan yang sedang bernyanyi, menuju ke teras tempat Alf berdiri. Alf mendapati sosok seorang anak perempuan cantik, sekitar 6 tahunan, dengan pipi tembem, dan mata bulat. Rambutnya yang panjang dikepang dua. Anak perempuan itu menghentikan larinya saat ia melihat Alf yang berdiri termangu. "Kakak siapa, ya?" tanya anak perempuan itu tanpa rasa takut sedikitpun melihat orang asing. Alf cengengesan. "Halo, anak cantik... Kakak temennya kak
Hai, gaes! Episode kali ini adalah flashback terakhir Alf, ya! Semoga episode-episode tentang flashback-nya Alf, bisa menghibur kalian juga! Happy reading! 🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹 Sebelum Inn dan Yen masuk kelas, Alf berlari meraih sapu ijuk yang bersandar di tembok dekat papan tulis. Ui dan Moiz menatapnya dengan heran. "Mau ngapain lo sama sapu ijuknya?" tanya Ui. "Mau ngulang kenangan masa lalu, ya?" ledek Moiz. "Gak! Ini bakal jadi bahan gombalan hari ini!" ujar Alf optimis. "Hah?! Sapu ijuk?!" Moiz dan Ui bertanya bersamaan. Alf menyeringai. "Liat aja, ntar!" Tak berapa lama, sosok yang dinantikan tiba. Inn dan Yen berjalan masuk ke kelas sambil bercanda tawa, memikul keranjang sampah. Keduanya terperangah sesaat, saat mendapati Alf yang sudah berdiri di depan kelas, dengan sapu ijuk di tangan kanannya. "Ngapain, lo?" tanya Inn sambil me
"Jadi! Begitulah ceritanya!" ujar Alf sambil menepuk kedua tangan. Dia menatap semua pasang mata yang juga balik menatapnya dengan serius. "Dan sekarang... Lo minder karna lo belum jadi pria mapan, seperti janji lo di masa SMA?" balas Diego dengan sebelah alis terangkat. Alf mengedikkan bahu. "Lo tau kan, si Inn itu dari keluarga berada, dan juga pinter. Saat hidup gue gini-gini aja, makan juga masih ngutang sana-sini, Inn malah kemana-mana sama barang bermerek!" "Ya elah, Alf! Artis-artis juga banyak pake barang bermerek, tapi hasil ngutang! Jangan terlalu meninggikan seseorang, sampe memandang rendah diri lo sendiri!" Jessy menimpali. "Tuh, denger! Si Jessy yang anak orang kaya, ngomong!" celetuk Merlin sambil meraih sebotol air mineral dan meneguknya.Maklum, emak sudah menahan dahaga saat serius mendengarkan kisah si Alf. "Gue gak kaya, mak... Yang kaya bokap nyokap gue! Gue mah juga sama kayak kalian. Karyawan biasa yang gajiny
Minggu pagi yang cerah secerah hati Alf karena hari ini hukuman membersihkan kantor, bukan hanya dikerjakan oleh dia dan Willy saja. Tapi, dibantu ketiga rekan kerjanya yang super! Diego, Ellen dan Jessy. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh. Masing-masing orang sibuk dengan aktivitas membersihkan area mereka. Semua ruangan dibersihkan, kecuali ruangan Ibu Nover yang memang kuncinya dipegang sendiri oleh wanita itu. Bukan apa-apa, hanya saja Ibu Nover takut ada yang masuk dan mengutak-atik ruang kerjanya, apalagi banyak dokumen penting di dalamnya. Memang, sih, tidak ada uang di dalam ruangan itu, karena segala macam bentuk pembayaran langsung melalui bank. Tapi, Ibu Nover adalah tipikal orang yang tidak suka barang-barangnya sembarangan dijamah orang. Hmph! "Untunglah, ruangan Ibu Nover gak perlu dibersihin, bisa berabe kalo kita bersihinnya kagak maksimal. Komentarnya udah kayak ibu tiri jahat!" celetuk Willy saat mengepel lantai koridor dep
Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa saat emak Alf datang pun tiba. Alf sudah duduk manis menanti emak di stasiun bis, karena memang kampung Alf dan Kota Kupang bisa ditempuh kurang lebih 4-5 jam saja dengan bis. Alf memasang tampang bahagia selama menunggu kedatangan emak. Untunglah dia diberikan izin oleh Ibu Nover, karena belum ada pekerjaan penting yang harus Alf selesaikan. Bukan hanya Ibu Nover saja, Ibu Budi juga sudah diberikan informasi bahwa emaknya bakal menginap sekitar seminggu, di kosan. Alf menggoyangkan kaki dengan senyum merekah di bibir. Tak berapa lama, bis yang ditumpangi emak pun tiba. Alf beranjak dari duduknya dan melesat di depan bis yang sudah diberitahu emak-namanya, Bis Sinar Gemilang. Alf yang berdiri di dekat bis, akhirnya mendapati sosok emak yang selalu dengan gaya ala emak-emak gaul. Emak mengenakan celana panjang berbahan, dengan blus katun berwarna hitam-berlengan 3/4. Tidak lupa topi bundar menutupi rambut lurus