Share

Bab 19. Motornya Tidak Ada

Rasaku berkecamuk, hatiku sakit, tapi melihat Haseena menangis seperti ini juga membuat ku semakin bersalah. Baru saja aku menghirup udara segar rasanya, berpikiran sedikit tenang.

Ting ... Tung ... Ting ... Tung ...

"Assalamu'alaikum,"

"Itu pasti Non Juliana, Ibu bukain pintu dulu ya, Han," aku mengangguk pelan.

"Ma ... Kakak mau pulang," Haseena terus saja merengek meminta pulang, kuseka air matanya yanh begitu deras membasahi pipi mulusnya.

"Ma ..." panggil Almeer yang baru bangun dari tidurnya.

"Sini, Nak," kupeluk kedua anakku, air mata yang sedari tadi kutahan kini tumpah ruah juga akhirnya.

"Lho, Hanindia ... kamu kenapa?" aku menatap wajah Juliana dia tampak heran melihat kami bertiga berpelukan.

"Apa yang terjadi, Bik?" tanya Juliana pada Bu Minah yang sedang berdiri di ambang pintu.

"Haseena, pengen ketemu sama Papanya, Jul," jawabku pelan.

"Oooh ya sudah, nggak apa-apa, Han."

"Kakak, mau pulang ya, Nak?" Juliana mengelus kepala Haseena, gadis cantik itu mengangguk dalam si
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status