Share

Bab. 2. Berciuman di Mobil.

Bagiku satu pengkhianatan pasti akan terulang kembali suatu saat nanti. Jadi, tak ada istilahnya mendapat kesempatan kedua dikemudian hari. Mas Arman, boleh saja kau tersenyum puas untuk hari ini. Esok hari siapa yang sangka akan ada kejadian buruk yang terjadi kepadamu.

Langkahku yang masih tertatih-tatih terhenti seketika diambang pintu rumah. Indra penciumanku mengendus bau sesuatu yang tak enak dirasa.

"Astagfirullah ikanku gosong." Kupercepat langkah dengan menahan sakit yang tak kunjung hilang. Ikan patin pindang yang seharusnya menjadi makan siangku telah gosong tak terbentuk. Nyala api di kompor segera aku matikan saat kepulan asapnya telah memenuhi ruangan dapur.

"Argh! Sialan! Ini semua gara-gara lelaki pengkhianat itu! Awas kau Mas! Aku tak terima diperlakukan seperti ini! Takkan kubiarkan kalian hidup bahagia diatas penderitaanku!" Aku terus berteriak histeris di dalam dapur dengan kepulan asap yang mulai menghilang.

Dalam keadaan perut kosong emosiku semakin menjadi. Kubanting beberapa piring kaca yang ada di wastafel yang belum tercuci. Keadaan dapur semakin kacau setelah piring itu bertebaran di lantai.

Setelah puas memporak-porandakan isi dapur, aku menangis sesenggukan di bawah meja. Nasib yang berubah tragis sangat membuat hatiku nelangsa.

Aku pikir akhir kebahagiaan dalam hidupku itu pernikahan.

Namun nyatanya aku salah. Penderitaan yang sebenarnya baru aku terima setelah pernikahan ini terjadi.

♤♤♤♤

Waktu siang yang telah terlewati, aku telah bersiap diri sejak tiga puluh menit yang lalu. Setelah puas mengeluarkan air mata, aku baru teringat akan tanggung jawabku sebagai Ibu, dan juga karyawan di suatu butik.

Jam di dinding telah berdentang dua kali. Itu pertanda bahwa aku harus segera berangkat ke rumah orang tuaku di perumahan Griya Angkasa, yang letaknya bersebelahan dengan komplek rumahku di Griya Andara.

Keadaan dapur yang masih berantakan aku tinggalkan begitu saja. Rencananya setelah pulang dari Griya Angkasa, aku akan memanggil layanan servis kebersihan yang tersedia di kompleks perumahanku.

Kutinggalkan pintu rumah yang sudah terkunci rapat. Aku mulai mengeluarkan motor dari garasi, memutar kunci, dan menyalakan mesinnya. Motor matic yang aku kendarai mulai melaju dengan kecepatan di bawah rata-rata. Kuda besi yang kubeli tiga tahun yang lalu ini mulai bergabung dengan para pengguna jalan yang lain.

Lampu lalu lintas yang sudah berganti warna telah menghentikan laju motorku. Aku berhenti tepat di samping sebuah mobil fortuner yang sangat aku kenali bentuknya. Keberadaan beberapa sticker kartun dan tulisan yang menempel pada bodi sampingnya, yang membuatku bisa mengenali, bahwa itu mobilku.

Untuk memastikannya, aku memundurkan motor ke belakang untuk memastikan plat nomor itu agar tak salah sasaran. Benar itu mobilku yang dipakai oleh Mas Arman untuk bekerja.

Dengan raut wajah datar, aku menyipitkan mata untuk melihat ke dalam mobil berwarna putih itu dari kaca samping. Seketika ekspresi wajahku semakin kusut setelah melihat pemandangan di dalamnya.

Lelaki itu … lelaki yang masih berstatus sebagai suamiku telah berciuman dengan seorang wanita yang ada di dalam mobil itu. Bola mataku melotot sempurna. Tanpa tahu malu mereka melakukan itu semua di tempat umum.

Dasar binatang!

Kelakuan Mas Arman kali ini semakin membuat amarahku naik pitam. Lelaki itu semakin tak tahu arah. Semakin dibiarkan maka semakin menjadi.

Tanpa pikir panjang aku segera turun dari motor. Aku tinggalkan motor itu di tengah jalan setelah menurunkan standarnya. Kuabaikan tatapan aneh dari beberapa orang yang ikut berhenti di lampu merah.

"Woy, keluar kalian! Jangan maksiat kau di dalam mobil! Keluar! Dasar tak tahu malu kalian, ya! Keluar!

Dengan keras, aku menggedor-gedor pintu mobil di bagian penumpang yang ada di sebelah supir.

Manusia dewasa berjenis kelamin berbeda itu tampak gelagapan. Keduanya menoleh ke arahku. Bisa kulihat ekspresi terkejut dari wajahnya Mas Arman. Ia tampak pias. Rasa malu itu pasti sudah menelusup dalam dadanya.

"Tolong Bapak dan Ibu ada yang selingkuh dalam mobil ini! Saya istri sahnya! Tolong bantu saya menggrebek mereka! Akan saya bawa mereka ke kantor polisi!"

"Mana yang selingkuh, Mbak! Mana!"

"Ayo bantu Mbak itu memberantas perzinahan!"

"Ayo kita gerebek mereka! Seenaknya saja main di tempat umum."

"Buka pintunya! Buka cepat! Jangan kabur kalian!"

Aku tersenyum puas. Terikan-teriakan itu yang kuharapkan untuk menggrebek mereka. Ada beberapa warga sekitar yang turut membantuku mempermalukan Mas Arman di jalanan. Bahkan ada beberapa ibu-ibu yang ikut menggedor mobil itu.

Akan tetapi perkiraanku salah. Mas Arman malah menginjak gas mobilnya dengan cepat. Aku tak memperhitungkan dengan lampu merah yang sudah berganti dengan warna hijau. Lelaki itu berhasil kabur dari sergapanku di tempat umum.

Sungguh sial sekali. Aku kecolongan lagi. Lelaki itu pasti tersenyum puas karena bisa menggagalkan rencanaku.

Tunggu saja atas perhitunganku, Mas! Kita lihat siapa yang akan menang dengan pengkhianatanmu itu.

Bersambung....

♡♡♡♡♡♡♡

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status