Beranda / Fantasi / Geger Kahyangan / 6.Raja Bayu Jaga Geni

Share

6.Raja Bayu Jaga Geni

Penulis: Gibran
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-10 06:32:32

DUAAAARRR!

Ledakan keras terdengar saat petir merah menyambar tubuh Bara Sena yang masih dalam wujud Iblis Neraka. Meski sudah menahan serangan petir itu menggunakan kekuatan perisai cahaya dan tangan Neraka miliknya, tubuh Bara Sena masih terdorong surut ke belakang hingga beberapa langkah. Pemuda itu terkejut merasakan dahsyatnya kekuatan petir merah milik Bayu Jaga Geni. Begitu juga dengan semua orang yang melihat petir merah tersebut. Karena mereka semua tahu, Bayu tidak memiliki kekuatan petir merah. Dia hanya memiliki petir putih yang tingkatannya berada di bawah merah, ungu, kuning, hitam dan biru.

Lebih terkejut lagi Bayu Jaga Geni yang melihat Bara Sena nampak baik-baik saja setelah menahan petir merah yang dia keluarkan dari ujung jarinya.

"Dia bisa menahannya dengan mudah? Layak disebut Pemburu Dewa sejati seperti yang ayah katakan..." batin Bayu Jaga Geni sambil terus mengawasi Bara Sena yang masih menatap tajam kearahnya.

"Benar, aku adalah Bayu Jaga Geni. Raja di Kerajaan ini, dan aku datang karena kau membuat keributan di kota yan sebentar lagi akan diadakan turnamen. Apakah aku harus menghukummu?" kata Bayu Jaga Geni.

Bara berdiri dengan tegap kembali sambil tersenyum kecil menutupi rasa perih di tangannya yang baru saja menahan serangan petir merah milik anak Jaka Geni tersebut.

"Aku sebenarnya tak begitu tertarik dengan acara ini. Tapi ayahmu yang mengharap kedatanganku....Aku bosan selama satu bulan tak bertemu dia dan malah bertemu dengan anak-anaknya yang tak ada akhlak sama sekali. Bukankah seharusnya mereka menghormati posisiku sebagai anak dari Mahapatih terdahulu?" kata Bara denga nada sinis namun mengandung amarah didalamnya.

Bayu Jaga Geni mengepalkan tinjunya mendengar ucapan yang membuat darahnya naik hingga ke ubun-ubun tersebut. Namun dia ingat pesan dari sang ayah bahwa dia harus menjaga sikap didepan anak Bima Sena tersebut. Meski sang ayah tak memberitahu alasan dia harus melakukan hal itu, Bayu yakin, ayahnya menyadari sesuatu bahwa anaknya tersebut belum cukup mampu melawan Bara Sena yang saat ini jelas-jelas sudah berada di tingkat yang setara dengan Dewa meski dia masih berada di Ranah Alam Cakrawala.

"Maafkan kami kalau ternyata kami membuatmu merasa tidak nyaman. Kami sebagai anak Batara Geni memang terlalu lancang terhadap anak Mahapatih Bima Sena...Masalah di tempat ini, aku akan menutup mata asalkan kau tidak mengulangnya lagi," kata Bayu Jaga Geni berusaha untuk bersabar dan menahan rasa kesal didalam hatinya. Dia tak mau kota itu menjadi Medan perang jika sampai Bara Sena mengamuk dan mengacau di kotanya tersebut.

Bara sangat terkejut melihat Bayu Jaga Geni yang seorang Raja dan dikenal sebagai orang paling arogan di Probo Lintang menundukkan kepala di hadapannya yang seorang anak mahapatih. Semua orang yang ada disana pun dibuat heran dan takjub. Termasuk Dewi Utari dan kedua anaknya yang baru saja berkumpul kembali dalam keadaan sedikit terluka dalam.

Kekuatan Iblis Neraka di tubuh Bara pun lenyap dan wujudnya kembali menjadi sosok pemuda tampan dengan rambut gondrong sebahu.

"Jika kau berkata seperti itu, maka alangkah buruknya aku jika terus melakukan pertarungan di tempat ini. Aku akan menantikan pertarungan yang sesungguhnya melawan anak-anak Batara Geni di arena yang resmi," kata Bara sambil tersenyum kearah Bayu Jaga Geni.

Maharaja Probo Lintang itu tak membalas senyuman tersebut dan segera berbalik badan.

"Aku pun sudah tak sabar menjajal kemampuanmu, Pemburu Dewa...Suci, Umbara, aku tak akan mempermasalahkan hal ini. Tapi aku minta kalian untuk membayar ganti rugi atas kerusakan yang terjadi di tempat ini. Karena kalian yang memulainya lebih dulu!" ujarnya sebelum dia melesat pergi meninggalkan tempat tersebut.

"Apaaa...!? Kami harus mengganti kerugian semua ini!?" teriak Suci tidak terima.

Dewi Utari berusaha menenangkan putrinya tersebut. Kesal karena merasa disalahkan atas kehancuran di tempat itu, Dewi Suci Geni itu pun langsung melemparkan tatapan mata kesal nya kearah Bara yang berdiri santai sambil sedekap tangan.

"Kenapa? Kau ingin mengajakku bertarung lagi? Apa kau tak menyadari sesuatu saat tadi kia bertarung?" tanya Bara.

"Apa?" tanya Suci tak tahu dan matanya semakin tajam menatap kearah Bara Sena.

"Kau dan kakakmu, bukanlah lawanku. Jika aku bersungguh-sungguh, kalian sudah mati di tanganku. Serangan yang kalian dapatkan itu hanya sebagian kecil dari kekuatanku. Apa kalian tak pernah mendengar cerita tentang diriku yang membunuh Dewa Indra, Dewa Maruta dan bahkan Mahapatih Bima Sena ayahku sendiri? Kalian tidak menyadari bahaya apa yang ada didepan kalian saat kalian mengusik diriku lebih dulu..." kata Bara sambil menyeringai.

Umbara dan Suci tertegun mendengar hal itu. Mereka hanya bisa saling pandang. Bara Sena mendekati Dewi Utari lalu memberikan satu cincin berwarna perak kepada wanita tersebut.

"Maaf jika aku membuat Bibi merasa resah. Tapi beginilah anak muda. Suka bertarung dan mencari masalah. Aku harap, pemberian ini tak memberatkan kalian untuk mengganti semua bangunan yang hancur ini," kata Bara Sena lalu dia pun pergi meninggalkan tempat tersebut.

"Setelah Bara pergi, Suci dan Umbara mendekati ibunya yang masih terdiam mematung.

"Ada apa Ibu? Sepertinya orang itu memberimu sesuatu?" tanya Suci.

Dewi Utari membuka telapak tangannya yang mengepal. Mereka bertiga melihat cincin perak di tangan wanita tersebut.

"Cincin...? Jangan-jangan...!" Suci sempat menduga yang tidak-tidak. Sebelum pikirannya berubah liar, ibunya sudah mencubit hidungnya yang mancung tersebut.

"Jangan berpikir yang aneh-aneh! Bara memberikan ini untuk membayar ganti rugi yang sudah kalian ciptakan di tempat ini!" kata Dewi Utari membuat Suci tersenyum malu karena sudah berpikir yang sangat jauh dari kenyataan.

"Apakah dia memberikan kita harta?" tanya Umbara.

"Kita akan lihat apa isi didalam cincin ini...Aku merasakan ada banyak sekali harta yang tersimpan di dalam cincin ini...Itu sebabnya aku tak bisa berkata apa-apa saat dia memberika cincin ini..." kata Dewi Utari.

Dia pun langsung mengenakan cincin tersebut membuat Suci kembali menggoda ibunya.

"Ibu menerima cincin dari pria lain selain ayah...Dan memakainya...Apakah ibu tidak merasa aneh...?" kata Suci membuat wajah ibunya memerah. Seketika itu juga Dewi Utari melepas cincin tersebut laku memberikannya kepada Suci.

"Kau saja yang mamakai ini! Lagipula sejak awal kau yang memiliki perasaan pada pemuda itu!" kata ibunya sewot karena sejak tadi putrinya itu menggoda dirinya sehingga membuat dia salah tingkah sendiri.

Dengan tersenyum lebar, Suci menerima cincin perak tersebut lalu mengenakannya. Begitu cincin tersebut berada di jari manisnya, sinar aneh muncul dari dalam cincin tersebut. Suci pun bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh ibu dan kakaknya. Dia pun ternganga melihat semua harta didalam cincin tersebut.

"Ini...Ini semua harta benda yang sangat mahal dan tak terhitung jumlahnya! Dan juga ada banyak benda pusaka serta senjata Sakti tingkat dewa!" seru Suci dalam hati. Ibu dan kakaknya benar-benar dibuat penasaran dengan apa yang Suci lihat didalam cincin ruang tersebut.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Geger Kahyangan   642 Yu Xuan

    Bara Sena segera melepaskan belenggu yang menahan kekuatan jiwa miliknya. Saat itu juga cahaya emas terang memancar dari tubuhnya.Duaarrr!!!Ledakan keras terdengar saat telapak tangan sosok pria tua itu menghantam perisai cahaya milik Bara Sena."Dewa Cahaya!? Huh! Kau akan mati di tempat ini!" ucap pria itu lalu dari dalam telapak tanganya keluar sebilah merah yang langsung menembus perisai cahaya tersebut. Bara pun dibuat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh pria itu. Dengan cepat dia segera menghindar saat pedang itu melesat kearah tubuhnya.Srak!Pedang merah itu menancap di tanah hingga tanah tersebut terbelah. Gubuk reyot itu pun hancur seketika oleh ledakan tenaga dalam. Bara melayang di udara sambil menatap sosok tersebut."Ternyata kau menjebakku dengan minuman itu. Akar Pembentuk Jiwa bisa merangsang kekuatan jiwa seseorang sehingga kau bisa melihat kekuatan milikku. Kau benar-benar Licik pak tua. Padahal aku

  • Geger Kahyangan   643 Wujud Dewa

    Bara Sena meraih gagang Golok Iblis miliknya. Aura cahaya mengalir dari dalam tubuh pemuda itu menuju ke Golok besar yang ada di tangannya. Saat itu juga, Golok yang semula berwarna hitam berubah warna menjadi kuning terang."Kau tidak salah, ini memang Golok Luo Tian Long milik Keluarga Luo. Tapi sekarang senjata ini telah mengakuiku sebagai Tuannya." ucap Bara sambil menatap Yu Xuan."Aku tak menyangka, Golok Iblis yang pernah ramai di perbincangkan saat peperangan di dunia manusia melawan Iblis ternyata adalah Golok Luo Tian Long...Kau benar-benar mengejutkan diriku anak muda! Tapi, apa kau pikir aku akan takut dengan senjata itu? Aku pernah dengar, siapa pun orangnya tidak akan bisa mengayunkan golok itu lebih dari sepuluh kali!" kata Yu Xuan lalu dirinya bersiap untuk menyerang.Bara tersenyum sinis. Kedua matanya yang menyala kuning terang menatap tajam kearah pria tua tersebut."Kau ingin mencobanya? Akan aku kabulkan!" ucap pemuda itu

  • Geger Kahyangan   641 Akar pembentuk Jiwa

    Bara membuka kedua matanya secara perlahan-lahan. Hal pertama yang dia lihat adalah atap daun kering yang sudah menghitam seperti terkena asap dalam waktu yang lama. Dia tak lagi merasakan kedinginan seperti yang dia alami sebelumnya. Saat dia menoleh ke samping, dirinya melihat tungku pembakaran yang masih menyala. Di atas tungku tersebut terlihat kuali berukuran sedang yang nampak mengepulkan uap seperti air yang tengah mendidih. "Ada dimana aku sebenarnya?" batin pemuda itu sambil berusaha untuk bangun. Namun dia terkejut karena dirinya tak bisa menggerakkan tubuh sama sekali. Saat dia hendak mengerahkan kekuatan jiwa, Bara kembali teringat tentang tujuannya datang ke Gunung batu tempat dimana Kuil Dewa Pedang berada. "Hampir saja aku melakukan hal yang salah. Jika aku mengerahkan kekuatan jiwa, larangan itu akan menyala dan Yu Sha bisa saja langsung datang untuk membunuhku." batin Bara lalu dia pun terpaksa kembali tiduran

  • Geger Kahyangan   640.Larangan Menuju Kuil

    Tibet...Air mengalir begitu tenang di sungai kecil yang dangkal. Bara Sena berhenti melangkah dengan napas terengah-engah lalu dia pun berjongkok. Kemudian pemuda itu mengambil air bening tersebut dan meminumnya hingga beberapa tegukan. "Aaaah! Segar sekali rasanya setelah berjalan selama tiga hari di tengah padang pasir yang tandus dan gersang...! Huh, tak kusangka, Kuil Dewa Pedang ada di tengah gurun tandus ini." ucap pemuda itu sambil duduk di pinggiran sungai. Matanya menatap ke arah gunung batu yang menjulang tinggi di depan sana. Meski area di sepanjang mata memandang adalah gurun pasir yang tandus, namun di bawah gunung batu itu benar-benar berbeda. Ada sungai jernih mengalir dan pepohonan yang lebat."Kenapa kau ingin datang ke tempat ini? Bukankah kau bilang kalau tempat ini berbahaya untukku?" tanya gadis kecil bernama Yoriyu yang juga ikut dalam perjalanan Bara menuju ke Gunung batu yang ada di tengah gurun tersebut. Wajah gadis itu nampak memerah oleh panasnya matahari.

  • Geger Kahyangan   639.Hadiah Terakhir

    Batara Geni mengajak Gandi dan keluarganya untuk berkumpul dan membicarakan beberapa hal penting terkait Kerajaan Naga Air. Di momen itulah, kesempatan bagi Gandi untuk berterimakasih kepada sang Mahadewa karena telah menghidupkan kembali kedua orang tuanya."Ayah mertua, terimakasih karena kau sudah membangkitkan kedua orang tuaku dari kematian...Bagiku, ini adalah hadiah terbesar yang kau berikan dibanding yang lainnya..." kata Gandi dengan wajah menunduk. Batara Geni yang masih duduk di kursi kayu terseyum."Tak perlu sungkan bocah. Aku hanya bisa melakukan sebisaku saja. Meski kedua orang tuamu sudah hidup kembali, mereka juga tak bisa menjadi seperti dulu lagi. Ayahmu hanya bisa belajar ilmu bela diri biasa untuk melindungi diri dari kejahatan di dunia manusia fana. Meski dia berjuang sekuat tenaga untuk berlatih, ayahmu hanya bisa sampai ke Ranah Penempaan Tulang saja..." kata Batara Geni membuat Gandi tertegun. Ada perasaan kecewa dan juga sedih mendengar hal itu."Kau jangan m

  • Geger Kahyangan   638.Perubahan

    Gandi membuka kedua matanya setelah cukup lama berada di Lautan jiwa. Saat matanya terbuka, terlihat wajah cantik sang Ratu menatap dirinya sambil tersenyum."Sekar...?" batin pemuda itu sembari membalas tersenyum."Kakang, kau sudah selesai bersemedi?" tanya Sekar Asih dengan suara lembut. Gandi mengangguk. Ada perasaan yang tenang saat mendengar suara lembut dari istrinya tersebut.Dia pun memandang sekeliling dan terkejut karena dirinya telah dikelilingi oleh banyak orang. Yang membuat dia terkejut tentu saja karena dia mengenal semua orang yang mengelilingi dirinya."Kalian...""Selamat kakang Gandi, kau sudah menjuarai turnamen Probo Lintang. Kau sungguh luar biasa..." ucap Maya Geni. Nawang Geni, Dewi Candrika dan beberapa anak Batara Geni lainnya juga sudah ada disana untuk memberikan selamat. Tak terkecuali Kojiro Geni bersama adiknya , Tatsuka Geni.Sebelumnya mereka berdua saling berselisih bahkan sebelum Turnamen diadakan. Namun saat ini Kojiro Geni sudah sangat berbeda. Wa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status