Perut Intan terasa seperti teremas-remas saat sedang menata barang restock ke rak display minimarket tempatnya bekerja. Dia curiga apakah sudah waktunya dirinya melahirkan? HPL puteranya memang sudah lewat 2 hari yang lalu. Tiba-tiba dari bagian paha dalamnya terasa ada air hangat yang mengalir padahal dia tidak mengompol. Dan benar ... di lantai tempat dia berdiri ada cairan berwarna kemerahan. "Kok diem aja, Tan. Kamu nggak kenapa-kenapa 'kan? Astaga, ya Tuhan!" Retno terkesiap melihat cairan di lantai yang ada di bawah kaki Intan. Dia pun segera berlari ke Kevin yang berjaga di meja kasir."Kev, si Intan mau lahiran, gimana nih?!" seru Retno panik. Dengan segera Kevin mengambil ponselnya dan mencari di situs pencarian nomor ambulans rumah sakit terdekat. Dia menelepon nomor tersebut sembari berjalan mendekati Intan yang masih berdiri di lorong di antara rak display barang."Mbak Intan, aku panggilin ambulans buat nganterin ke rumah sakit ya!" ujar Kevin kepada Intan yang segera
"Intan, kamu menghadap ke ruangan saya!" panggil Pak Roby, manager minimarket tempat kerja Intan dari ambang pintu gudang.Perempuan itu sedang sibuk mencatat stok opname barang yang ada di gudang, tetapi dia segera mengiyakan perintah bosnya lalu bergegas ke kantor managemen. Intan berjalan cepat lalu duduk di kursi seberang Pak Roby."Oke, jadi begini. Saya butuh orang untuk posisi kasir shift dua menggantikan Jeffri yang kemarin dipecat secara tidak hormat karena penggelapan uang kasir. Apa kamu mau kalau saya taruh di posisi kasir shift 2, Tan?" tutur Pak Roby lalu menunggu jawaban karyawatinya itu dengan tampang serius.Tawaran itu memang menggiurkan, tetapi Kevin dan Retno sudah memberi tahukan sisi negatifnya juga bila ada ketidakcocokan perhitungan komputer dan jumlah totalan uang riil. Karena Intan tak kunjung menjawab, Pak Roby pun menimpali, "Kenapa kok kayaknya serius mikir jawabannya, Tan? Ini gajinya lebih gede hampir dua kali lipat gaji kamu di posisi sekarang lho.""E
"Total belanjaannya seratus dua puluh tiga ribu, Mbak!" ujar Intan usai menghitung belanjaan pembeli minimarket Indomarch.Perempuan muda yang berdiri di hadapan meja kasir itu pun mengulurkan selembar pecahan 100 ribu dan 50 ribu kepada Intan. Dengan cekatan Intan memberikan kembalian uang pembayaran tersebut seraya berkata, "Terima kasih, Mbak. Hati-hati di jalan!" Bel penanda pintu dibuka berbunyi dan Intan dengan penuh semangat menyambut, "Selamat datang, selamat berbelanja di Indomarch!" Suara riangnya membuat pria muda itu menoleh ke arahnya dan matanya melebar melihat Intan. "Ohh, masih kerja di sini rupanya. Intan 'kan nama kamu?" ujar Jovan dengan antusias. Dulu pegawai minimarket ini yang mengembalikan ponselnya yang tertinggal di rak display barang."Benar, Pak Jovan. Saya Intan, silakan berbelanja. Kalau ingin bertanya lokasi barang bisa menghubungi rekan kerja saya yang bertugas di lorong rak pajang," jawab Intan dengan sopan."Baiklah. Sekarang kamu pegang jabatan kasi
"BRAAKKK!" Suara gebrakan keras di meja kasir membuat orang-orang yang berada di minimarket Indomarch melongokkan kepala mereka penasaran ke arah Intan yang sedang berhadapan dengan seorang wanita berpenampilan glamor khas konglomerat.Nyonya Selvi menunjuk-nunjuk wajah Intan dengan ekspresi sarat amarah. "Jaga ucapanmu! Anak haram itu tidak ada hubungannya dengan keluarga Pradipta. Cihh ... sungguh menjijikkan, jangan harap kamu bisa memanjat untuk naik status dari gembel jadi kalangan orang borjuis seperti kami ya!" hina mama Zayn dengan kejam."Cukup, Bu. Jangan menginjak harga diri saya lagi—" Intan mengangkat kedua telapak tangannya dengan defensif. Matanya berkaca-kaca dengan suara bergetar karena tak mampu menahan emosinya lagi."Sungguh sebuah kebebalan, orang yang tak tahu posisinya memang sudah sepantasnya diberi tahu bukan?!" Nyonya Selvi bersedekap mendengkus sinis melirik mantan kekasih puteranya itu.Intan merasa bahwa keributan yang ditimbulkan oleh mama Zayn itu akan m
"Pak Jovan, saya sudah siap!" Suara perempuan yang merdu terdengar di ruang tengah itu membuat wajah Jovan terangkat dari iPad di tangannya. Lengkungan garis tawa itu terkembang di wajah pria tampan yang sedang duduk bertumpang tali di sofa."Sangat cantik partner pestaku malam ini!" Jovan menaruh iPad miliknya ke dalam tas kerjanya di sofa lalu beranjak menghampiri Intan. "Sudah waktunya kita berangkat, Intan. Ayo gandeng lenganku ya!" ujarnya.Dengan patuh Intan melingkarkan tangannya di lengan berotot kekar yang teraba di bawah pakaian tuxedo mahal warna hitam yang dikenakan oleh Jovan. Mereka berdua melangkah berdampingan menuju ke teras depan rumah megah tersebut."Silakan, Pak Jovan!" ucap sopir pribadinya membukakan pintu mobil."Terima kasih, Pak Sapto!" balas Jovan ramah lalu dia membantu Intan yang mengenakan gaun panjang yang menyapu lantai untuk masuk terlebih dahulu ke dalam mobil.Setelah pasangan pesta tersebut naik ke dalam mobil, sopir pun melajukan mobil Alphard war
"Kemana sih Intan kok nggak ketemu juga sudah keliling taman ini, Prilly?" keluh Jovan yang lumayan kelelahan menyusuri taman bunga kediaman Richermond yang indah dan luas sekali. Rasanya mirip melewati padang golf saja, pikir Jordan sedikit kesal.Dia menduga Prilly telah membohonginya dengan berkata Intan tadi pergi ke taman. Sepertinya kepribadian perempuan itu tidak suka yang aneh-aneh. Pestanya indoor masa Intan malah pergi ke taman yang remang-remang sendirian?"Mungkin dia sudah kembali ke dalam ruang pesta, Mas Jovan. Emm ... sisi positifnya kita jadi bisa ngobrol santai berdua 'kan?" ujar Prilly riang bergelanyut di lengan Jovan. Sebaliknya dengan Jovan, dia merasa bosan berbincang omong kosong sedari tadi bersama Prilly. Dia pun mempercepat langkahnya masuk kembali ke ruang pesta hingga gadis itu terseok-seok menyamakan langkahnya di sebelah Jovan."Kita berpisah di sini ya, Prilly. Aku harus segera menemukan Intan karena hari semakin larut malam!" pamit Jovan lalu tanpa me
"Aarrhh ... Zayn. You're so strong!" desah parau wanita berambut pirang yang berserakan di atas bantal berada di bawah tindihan tubuh pemuda yang tengah menggenjotnya dengan penuh semangat."Tentu saja, Rowena. Aku harus memuaskanmu bukan? Kita bisa melakukannya lagi dan lagi sampai pagi tiba kalau kau mau," balas Zayn sembari menghunjam tubuh telanjang yang tertaut bersama badan kekarnya. Peluh mereka bercucuran seiring panasnya gairah yang tercipta.Wanita itu adalah Rowena Thompson, adik kelas Zayn di Fakultas Kedokteran Universitas Genewa. Pendekatannya sejak sebulan lalu membuahkan hasil sesuai dengan keinginannya. Memang Zayn paling tidak bisa melihat gadis cantik apalagi yang lugu belum tersentuh oleh napsu seorang pria. Pilihan mangsa terempuk baginya memang jenis perempuan seperti itu."Honey, apa kau tidak bosan bercinta denganku seperti ini hingga pagi?" tanya Rowena terkikik geli sembari menatap Zayn di balik deretan bulu matanya yang lentik bersaput maskara warna hitam le
"Tempat tinggal saya yang pagarnya cokelat itu dan ada pohon sirsaknya, Pak Sapto!" ujar Intan memberikan arahan untuk sopir pribadi Jovan yang mengantarkannya pulang.Dengan sigap Pak Sapto menepikan mobil yang dikemudikan olehnya tepat di depan rumah yang dimaksud oleh Intan. Dia menunggu bosnya berpamitan dengan perempuan itu dan Intan turun dari mobil."Terima kasih sudah menemani aku ke pesta ya, Tan. Ini ada sedikit uang dariku, jangan ditolak karena aku sudah bikin kamu repot. Pulang kemaleman sampai jelang tengah malam begini!" tutur Jovan mengulurkan sebuah amplop putih yang cukup tebal ke tangan Intan."Ehh, kok begini sih, Pak. Saya nggak ngarep bayaran lho ... bener!" tolak Intan tak enak hati karena dia tadi juga makan mewah hingga kenyang di pesta keluarga Richermond.Namun, Jovan menatap Intan lurus-lurus hingga akhirnya perempuan itu mengalah tidak menolak pemberiannya. Lalu Intan pun berkata, "Saya yang terima kasih kalau begitu, Pak Jovan. Oya, tentang baju ini, saya