Mala tak menyangka, jika dia terpaksa harus kehilangan kehormatan nya, sebelum dia menikah.
Kedatangan nya, ke rumah majikan Ibu nya. Membawa dia, masuk ke sebuah kamar hotel, dan harus berakhir tidur bersama seorang pria asing, yang kejam dan berlidah tajam.***Siang itu Mala pergi ke rumah, di mana Ibunya selama ini bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Mala ke sana, untuk menemui majikan Ibu nya, tapi saat tiba di sana, Mala tidak bertemu mereka. Namun bertemu dengan putri mereka, karena majikan Ibu nya itu sedang pergi ke luar kota.Mala terpaksa mengatakan, maksud kedatangan nya pada putri majikan nya itu. Mala mengatakan, jika Ibu nya mengalami kecelakaan tadi pagi, saat akan pergi ke rumah ini dan sekarang sedang berada di rumah sakit.Mala datang, memohon pinjaman uang, untuk operasi ibunya. Mala akan menggantinya, dengan bekerja di sana, menggantikan Ibunya yang sedang sakit itu. Setelah mendengar itu, putri majikan setuju memberikan pinjaman, namun dengan satu syarat."Tolonglah nona, kasihan Ibu saya, ia harus segera di operasi," melas Mala saat itu.Putri majikan nya itu, memandang ke arah Mala, kemudian dia menyetujuinya, tapi dengan sebuah syarat."Baiklah, akan ku berikan uang itu, tapi dengan satu syarat!" Ucapnya."Saya, akan membayarnya. Seumur hidup saya, dengan bekerja di sini," ucap Mala."Tidak! bukan itu syaratnya!"Mala memandang putri dari majikan nya itu."Lalu, apa nona? apa saja akan saya lakukan demi ibu!" Ucap Mala saat itu."Tidur dengan seorang pria!" Ucap puteri majikannya.Mala, tentu saja saat itu terkejut dan langsung menolak."Tapi, saya tidak bisa melakukan itu, nona," melas Mala"Kalau begitu saya tak bisa meminjamkan uang itu!" Jawab puteri majikan, sambil berdiri, mau meninggalkan Mala.Mala, saat itu langsung menjadi bingung. Di rumah sakit, Ibunya sedang menunggu uang darinya, untuk biaya operasi. Tapi syarat yang di ajukan putri majikannya sangat berat."Jika, saya bersedia. Apakah uangnya, bisa saya dapatkan sekarang juga?" tanya Mala.Mala, melihat putri majikan nya itu, berhenti melangkah lalu mengangguk. Mala yang masih ragu, masih sedikit berpikir lagi, apa dia harus menerima syarat itu, atau tidak.Mala, melihat putri majikannya meneruskan langkahnya yang tadi berhenti, membuat Mala tambah bingung. Dalam kebingungan, Mala tanpa sadar menganggukkan kepalanya, menyetujui syarat itu."Baiklah nona, saya bersedia!" Seru Mala.Mala, melihat putri majikannya itu berhenti, lalu tersenyum lebar padanya."Tunggu di sini, aku akan mengambil uangnya!"Mendengar perkataan putri dari majikannya, Mala langsung merasa senang, akhirnya dia bisa mempunyai uang untuk operasi Ibunya, hari ini.Mala tersenyum, saat melihat putri majikannya turun menemuinya lagi, lalu dia memberikan sebuah amplop berisi uang, tentunya."Itu, uang berisi 10 juta, sisanya jika kamu sudah melakukan tugas dari saya,"Mala menerima uang itu dengan menangis."Iya, terimakasih. bisa saya bawa uang ini dulu ke rumah sakit, setelah itu saya akan kembali ke sini?""Baiklah, aku tunggu sore nanti di tempat ini," ucap putri majikan itu, sambil memberikan secarik kertas yang berisi kan alamat di mana mereka akan bertemu sore nanti.Setelah itu, Mala langsung pergi ke rumah sakit, untuk membayar uang operasi untuk ibunya. Mala menangis, melihat Ibunya, terbaring tak berdaya di tempat tidur, rumah sakit saat itu.Mala, menangis seorang diri di rumah sakit, dia dan Ibu nya, tak mempunyai saudara di Jakarta. Mereka berdua, merantau dari desa untuk mencari kehidupan yang lebih baik, jadi mereka saat ini jauh dari sanak dan saudara.Mala, menatap Ibu nya yang di bawa masuk, ke dalam ruang operasi. Kini Mala sudah tidak menangis, dia hanya bisa menatap pintu ruang operasi dan berdoa agar Ibunya selamat.Hampir dua jam lamanya, Mala menunggu Ibunya selesai di operasi. Setelah memastikan Ibunya sudah di operasi dan baik-baik saja, Mala keluar dari rumah sakit itu. Sekarang dia harus memenuhi janjinya, pada Putri majikan Ibu nya, walau dengan perasaan takut, tapi Mala tetap menemuinya dia tak bisa ingkar janji demi Ibunya.Mala bertemu dengan Putri majikannya, di tempat yang sudah mereka janjikan, putri majikannya itu tersenyum sinis padanya, lalu berkata."Lama sekali, awas saja jika kamu ingkar, aku pasti akan membuat ibu kamu terus berada di rumah sakit!" Ancam nya.Mala hanya diam, tidak berkata apapun, dia hanya menundukkan kepalanya dalam-dalam, mencoba menenangkan hatinya."Apa kamu takut?" tanya Ratna.Mala mengangguk pelan, melihat itu, Ratna tertawa terkekeh."Ini pasti yang pertama, untuk wanita seperti kamu. Aku yakin, selama ini tak ada pria yang mau menyentuh kamu, dengan wajah kamu seperti itu!" Ejek Ratna.Mala, dengan polosnya mengangguk. Mala pun mendengar Ratna tertawa sekali lagi, tentu saja menertawakan dirinya."Melihat penampilan kamu, aku saja yang wanita merasa jijik, apalagi pria!" Lanjut Ratna.Mala terdiam lagi, kata-kata menyakitkan seperti itu sudah sering Mala dengar, jadi bukan masalah buat Mala."Tapi, kamu beruntung. karena pria yang akan kamu tiduri adalah seorang pria tampan, dan juga seorang pengusaha,"Mala, tidak bergeming mendengar hal itu, walau pria itu tampan dan seorang pengusaha tetap saja dia seorang pria."Dengar, pria ini adalah mantanku, mantan terindah tapi juga mantan paling brengsek, jadi aku ingin balas dendam padanya!"Mala, saat itu mendengarkan cerita dari putri majikan nya, tentang semua hal mengenai pria itu."Nanti malam, kamu langsung masuk saja ke kamar ini!"Mala kembali menerima secarik kertas, Mala sedikit bergidik melihat nama hotel di kertas itu.Mala kini, sangat gelisah menunggu malam tiba, malam di mana dia tahu, jika dia akan kehilangan sesuatu yang berharga dari seorang wanita seperti dirinya.Mala terkejut saat pundaknya di sentuh seseorang. Namun setelah tahu siapa pria itu, Mala segera mengikuti orang itu, orang itu lalu menyuruhnya, masuk ke dalam sebuah kamar.Mala melihat, di dalam kamar itu ada seorang pria terikat di kursi, pria itu menatap nya tajam, dengan tatapan yang penuh dengan hasrat. Mala sesaat bergidik ngeri, tapi dia tak bisa berhenti, melangkah mendekati pria itu."Tolong lepaskan aku, jika tidak aku akan mati," ucap pria itu, saat itu.Mala pun mengikuti apa yang di minta pria itu, begitu tali terlepas, pria itu langsung menggendong dia ke tempat tidur, dan semuanya terjadi. Dari semua yang terjadi, yang menyakiti hati Mala, pria itu terus menghinanya sepanjang waktu, setelah tahu dengan dirinya dia tidur semalaman.Mala ingin sekali berteriak, membantah kata-kata pria itu. Namun Mala begitu takut, melihat dari gaya pria itu, Mala tahu pria itu punya kuasa, Mala tak akan mampu melawannya.Pria itu selalu bilang "jangan, tunjukkan wajah jelek kamu padaku! Menunduk!" ucap pria itu berulang-ulang.Hingga akhirnya, di kamar mandi hotel itu. Mala menangis sekencang-kencangnya, begitu tahu, pria itu sudah pergi keluar dari kamar itu.Bramono menatap tidak percaya pada Markus, Markus mengedipkan matanya, melihat keterkejutan Bramono itu.Mendapat kedipan mata dari Markus, Bramono malah makin terkejut, bagaimana bisa Markus yang terkenal dingin, mengedipkan matanya bahkan senyum-senyum seperti sekarang."Dia berubah!" Batin Bramono."Apa kamu ingin menjadi, seperti aku dulu?" Tanya Bramono."Tentu tidak! Aku tidak akan melakukan hal bodoh itu, aku dan kamu berbeda, aku tidak akan pernah membuat seorang wanita dendam padaku,""Bahkan aku tidak mau membuat senjataku marah, hingga tidak bisa berdiri," lanjut Markus.Bramono menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sambil tersenyum malu."Semoga apapun usaha kamu, kamu segera mendapatkan hasilnya," ucap Bramono kemudian."Terimakasih! Aku titip Mala dan Brama jaga mereka, jangan buat mereka terluka, karena jika itu terjadi, bisa aku pastikan kamu akan menyesal!" Ancam Markus dengan wajah dinginnya."Siap-siaplah kehilangan segalanya, jika sampai itu benar-benar terjadi!" L
"Aku tadi," Bramono mencoba membuka mulutnya, untuk menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya pada Mala, namun dengan cepat Mala memotongnya."Seharusnya kamu, tadi cepat masuk ke sini, begitu Markus keluar dari ruangan ini!" Omel Mala."Aku berharap melihat kamu di balik pintu itu, mengintip aku dan Markus dalam ruangan ini!" Omel Mala lagi."Tapi ternyata kamu bahkan, tidak langsung masuk menemui ku, ketika Markus keluar!" Lanjut Mala.Bramono menatap Mala yang terlihat sedih mengatakan semua itu, padanya.Bramono bahkan kini melihat kedua mata Mala sudah berkaca-kaca."Tidak seperti itu! Saat melihat kamu berada dalam satu ruangan bersama Markus! Sebenarnya aku juga ingin ikut masuk! Tapi, aku takut kamu marah!" Ucap Bramono."Aku berpikir mungkin memang kalian berdua, butuh untuk bicara," lanjut Bramono."Aku juga gelisah, saat kalian berdua di dalam ruangan ini, begitu lama!""Apalagi saat melihat Markus keluar dengan wajah marah dan kesal,""Lalu kenapa kamu tidak langsung masuk,
Markus menatap Mala, dengan tajam, dia ingat bagaimana Mala mempermalukan dirinya di pesta ulang tahunnya.Pesta ulang tahun, yang seharusnya menjadi hari yang paling bahagia, berubah menjadi hari yang buruk karena penolakan yang di lakukan Mala pada lamarannya, didepan orang banyak.Bahkan, Mala menambah drama penolakan nya, dengan aksi membuang cincin nya, tanpa rasa bersalah.Flash back on.Markus menjemput Mala dan Brama ke bandara siang itu."Aku akan mengajak kalian jalan-jalan dulu sekarang, apa kalian mau?" Tanya Markus pada Mala dan Brama."Mau!" Jawab Brama dengan semangat.Mendengar hal itu, Markus tersenyum bahagia. Siang itu Mala dan Brama benar-benar di manjakan oleh Markus.Mereka berjalan-jalan mengitari sebuah taman yang sangat indah di tengah kota. Hingga tanpa terasa siang pun sudah berubah menjadi malam.Saat malam datang, Markus tidak membawa Mala dan Brama pulang ke rumah, tapi mengajak Mala dan Brama masuk ke sebuah restoran, untuk makan.Tanpa di ketahui oleh M
Pulang menjenguk Ratna, Mala dan Bramono langsung pulang, mereka pun kini sedang berbaring berdua di atas tempat tidur, sambil menatap langit-langit kamar.Setelah puas menatap langit-langit kamar, Bramono mengubah posisi tidurnya menghadap ke arah Mala.Menatap wajah cantik Mala, merupakan hal yang senang dia lakukan akhir-akhir ini.Mala makin di lihat makin cantik, dia memang untung besar mendapatkan Mala.Bahkan dia sering merasa tidak percaya diri berjalan bersama Mala, kecantikan Mala membuat semua hampir menoleh kearah, Bramono takut suatu ketika Mala menghilang darinya."Kenapa?" Tanya Mala, melihat Bramono menatapnya sambil melamun."Kenapa, apanya?" Tanya Bramono balik."Apa yang sedang kamu, pikirkan?""Aku sedang memikirkan bagaimana seandainya kamu pergi dariku, pasti aku akan mati!" Jawab Bramono."Kenapa bisa begitu?" "Tanpa kamu apalah arti diriku!" "Gombal!" ucap Mala sambil tersenyum."Itu benar, aku sekarang sangat tergantung padamu!""Kalau begitu buatlah, aku be
Ciuman yang sangat panjang dan lama, hingga membuat kedua merasakan sesuatu dorongan yang kuat dalam hati mereka untuk berbuat lebih dari itu.Mendorong Bramono untuk membawa Mala, ke atas tempat tidur dengan lembut, dan mulai merangkak di atas tubuh Mala."Tok, tok, tok!" Tiba-tiba suara pintu di ketuk dari luar, membuat gerakan Bramono terhenti.Bramono dan Mala saling pandang."Siapa?" Tanya Bramono."Ini aku ayah, aku ingin tidur bersama ayah!" Jawab Brama.Bramono kembali menatap Mala, Mala tersenyum. Bramono mau tidak mau segera turun untuk membukakan pintu untuk Brama."Kamu mau tidur sama ayah?" "Iya,""Baiklah!" Jawab Bramono. Bramono langsung menggendong Brama lalu masuk ke dalam kamar nya Brama."Baiklah, malam ini kita akan tidur berdua di kamar ini," ucap Bramono.Brama tersenyum senang mendengar itu, dia pun langsung tidur sambil memeluk Bramono erat, seakan-akan tidak akan dia lepaskan lagi.Bramono jadi senyum sendiri, menyadari hal yang tidak jadi dia lakukan bersam
Bramono menatap Mala yang muntah mengenai seluruh tubuhnya, Mala menutup mulutnya, menahan rasa mual yang kembali menyerangnya.Mala tanpa ragu mendorong tubuh Bramono, lalu turun dari tempat tidur, dan kelur dari kamar menuju kamar mandi.Sedangkan Bramono menatap tubuhnya, yang penuh dengan muntah."Oh, Tuhan!" Ucap Bramono, dia pun langsung berlari ke arah kamar mandi menyusul Mala.Mala menatap sedih ke arah Bramono."Maaf!" Lirih Mala "Sudahlah, mungkin bayinya belum mau di tengok," ucap Bramono sedih.***Bramono dengan berat hati harus meninggalkan Mala dan Brama di kampung, hari ini. Bramono harus kembali, ke Jakarta karena Bramonos'grup membutuhkannya.Sampai di Jakarta, Bramono benar-benar langsung pergi menuju kantor, hari itu juga.Dia mencoba berbuat sesuatu yang dia bisa dia lakukan untuk menyelamatkan Bramonos'grup dari kebangkrutan.Siang dan Malam, Bramono berkutat hanya di seputar pekerjaan, tidak ada waktu untuk memikirkan hal lain.Hingga tanpa terasa, waktu pu
"Tolong!" Ucap Ratna lagi.Rima mengacak-acak rambutnya dengan kesal, bagaimana ini? Bagaimana dia menolong Ratna, jika dia sendiri, dia tidak akan kuat mengangkat Ratna ke atas."Tolong!" Teriak Rima akhirnya, karena tidak tahu harus berbuat apa."Tolong!" Teriak Rima lagi.Para polisi yang belum jauh pergi, seketika menghentikan langkahnya, mereka berbalik ke arah suara Rima yang berteriak minta tolong."Ada apa ini?" Tanya para polisi itu.Ratna bukannya langsung menjawab, dia malah terpaku melihat para polisi tadi yang datang."Maaf ada apa ini?" Tanya polisi yang lainnya.Rima tanpa menjawab, mengangkat tangannya lalu menunjuk ke arah lubang di mana Ratna berada."Dia di sana!" Ucap Rima akhirnya.Para polisi pun segera berlari ke arah yang di tunjuk Rima, mereka tersenyum melihat siapa yang ada di sana."Tolonglah aku!" Ucap Ratna, yang sudah merasa tidak kuat lagi menahan berat tubuhnya sendiri.Para polisi itu langsung bergerak, dan akhirnya mereka bisa mengangkat Ratna ke ata
Mendengar suara itu, Mala pun langsung berbalik badan, untuk melihat siapa pria itu. Mata Mala langsung membesar saat melihat siapa pria itu."Markus!" Ucap Mala.Para warga pun langsung mengalihkan perhatiannya pada Markus, yang berjalan ke arah mereka."Kalian semua pasti mengenal saya bukan? Saya bukan hanya akan meratakan kampung ini dengan tanah, tapi juga mengusir kalian dari kampung ini," ucap Markus.Para warga kembali terdiam, mereka saling pandang satu sama lain."Dengar! Yang kalian usir sekarang, adalah pemilik asli semua tanah yang kalian tempati!" Teriak Markus lagi.Rima dan para warga saling pandang mendengar hal itu. Lalu menatap ke arah Markus lagi."Kalian pasti tahu keluarga Kusuma, dan Mala adalah cicit mereka!" Jelas Markus lagi."Jadi menurut kalian, yang seharusnya pergi dari desa ini, dia apa kalian?" Tanya Markus dengan marah.Markus tadi terkejut saat melihat Mala ada di kampung ini, apalagi melihat Mala yang sedang di usir para warga. Kampung ini adalah
Mala menatap apa yang baru saja dia keluarkan dari dalam perutnya, kenapa bisa seperti ini, kemarin dia merasa baik-baik saja."Kenapa aku tiba-tiba, seperti ini?" Tanya Mala dalam hatinya."Kamu kenapa?" Tanya Bu Minah yang terbangun mendengar Mala muntah-muntah barusan."Entahlah, aku tiba-tiba mual-mual!" Jawab Mala.Bu Minah menatap Mala sesaat, dia jadi ingat saat pertama kali Mala pulang ke rumah ini, Mala pun mengalami hal yang sama."Apa kamu hamil lagi?" Tanya Bu Minah.Mala terkejut mendengar pertanyaan itu, Mala menatap Bu Minah, lalu mengerutkan keningnya."Aku sudah telat dua Minggu Bu!" Jawab Mala."Apa mungkin aku hamil lagi?" Tanya Mala."Apakah ini anak Bramono lagi?" Tanya Bu Minah lagi."Tentu saja, dia suamiku! Ternyata kami tidak bercerai, dia membatalkan proses perceraian kami," jelas Mala.Bu Minah menghela nafas lega, mendengar hal itu."Apa kamu belum berhasil menghubunginya?" Tanya Bu Minah lagi."Handphone ku hilang, aku bingung harus menelepon Bramono bagai