Share

KABUR

EPISODE 2

KABUR

                            ❤❤❤

Francesca menengadahkan wajahnya, ketika mendengar suara kunci membuka pintu. Tampaknya dia tidak sendirian di tempat ini.

Di balik pintu itu, ada seseorang yang mungkin mengetahui bagaimana dia berada di tempat ini. Sorot mata gadis itu penuh harap memandang pintu yang mulai terbuka perlahan.

Dengan secepat kilat, Francesca turun dari tempat tidurnya berlari mendekati pintu. Hatinya sudah dipenuhi dengan rencana. Dia  akan menerobos keluar dari ruangan pengap ini, begitu pintu terbuka.

Langkahnya terhenti disaat pintu terbuka dan muncul sosok tubuh gagah yang tingginya sama dengan pintu. Dia menengadahkan wajah perlahan menatap sosok yang berdiri menghalangi jalan keluarnya.

Mata Francesca mengerjap berusaha melihat siluet wajah yang terhalang sinar matahari dari belakang tubuh pria itu. Dia tidak dapat melihat jelas raut wajah lelaki tersebut. Namun, saat ini yang dapat dia rasakan adalah aura dingin mematikan terpancar dari sekujur tubuh sosok di pintu itu.

Hawa dingin berhembus dari pintu yang terbuka, membuat Francesca menggigil. Tidak ada salju di luar sana, tapi dapat dia rasakan hawa dingin  ini menusuk. Suhu udara saat ini mencapai 5°C.

Francesca berjalan mundur ketika pria itu perlahan bergerak maju, mendekat ke arahnya tanpa suara dan dengan gerakan yang dominan . Tubuh pria itu tak lebih besar atau pun lebih tinggi daripada daddy Andrew. Hal itu dia pastikan ketika pria tersebut berjarak tiga langkah darinya. Pintu tersebut terlampau kecil untuk sosok pria tersebut.

Dan ketika sosok tubuh pria itu berada didekatnya, Francesca dapat melihat dengan jelas wajah tampan dengan guratan tegas dan sorot mata dinginnya. Dia mengerjapkan mata berusaha mengingat raut wajah tersebut.

Lelaki itu  adalah pria yang sama yang dia temui di Opera. Pria yang terakhir kali dia lihat sebelum tersadar berada di kamar dingin dan pengap ini. Kenapa dia berada ditempat ini. Rasa penasaran mengalahkan kegelisahan hatinya.

"Tuan ... Anda disini? Tolong bawa saya keluar. Tempat ini dingin sekali dan menyeramkan." pinta Francesca dengan memelas.

"Keluar?" Nada suara pria itu tak kalah dingin dari tatapan matanya.

"Iya, Tuan. Bagaimana anda bisa menemukan saya disini? Sa--ya sendiri tidak tahu bagaimana bisa berada disini," ujarnya dengan tersendat ketika menyadari bagaimana mata itu menatapnya penuh kebencian.

Pria itu tak bergeming berdiri di hadapan Francesca. Tubuhnya mengahalangi pintu keluar dan angin dingin yang berhembus. Francesca bisa merasakan jika tubuh pria itu mengeluarkan hawa panas, yang sedikit mengantarkan kehangatan.

Namun, sorot mata itu tampak menyeramkan, menatapnya seakan hendak mencabik-cabik seluruh tubuhnya. Mata seekor binatang buas yang hendai  menandai mangsanya. Meneliti dan bersiap mengambil kesempatan disaat buruannya lengah.

Tanpa sadar Francesca mundur selangkah lagi.

Gadis itu melirik ke arah pintu keluar, yang terbuka lebar di belakang tubuh lelaki dingin menyeramkan itu. Dia tahu itu satu-satunya pintu yang bisa mengantarnya keluar dari ruangan ini. Dan dia harus mengambil kesempatan itu saat ini juga. Dengan atau tanpa pertolongan pria dingin ini.

Francesca kemudian berlari menuju ke arah pintu, bermaksud mengitari tubuh pria tersebut. Namun, gerakannya kalah cepat dengan langkah lebar pria itu.  Kembali tubuh besar dan panas tersebut menghalangi langkah kakinya.

Pria tersebut tiba-tiba sudah berdiri menjulang di hadapannya, jarak mereka hanya tinggal setengah langkah kaki.

Gadis itu mundur dengan tubuh yang  bergetar ketakutan. Pria itu memang tidak mengatakan apapun, tetapi sikapnya sudah terlampau mengerikan. Dia seakan tidak ingin Francesca keluar. Terbersit perasaan yang mengatakan jika keberadaannya di tempat ini, dikarenakan pria aneh tersebut.

Francesca mundur lagi dengan perlahan hanya untuk mengambil ancang-ancang untuk berlari lagi ke arah pintu keluar. Namun pria itu dengan sigap dan hanya dengan satu tangan saja dia menahan tubuh Francesca. Tangan itu melingkar di perut Francesca dan mendorong gadis itu dengan kasar dan sangat keras. 

"Arkhh!" 

Gadis itu memekik keras ketika tubuhnya terbentur tangan kokoh yang kemudian mendorongnya dengan kuat. Tubuhnya terhuyung ke belakang dan membentur tiang kayu  tempat tidur, amat sangat keras.

Dia merasakan rasa sakit di punggung. Benturan itu cukup keras.  Francesca meringis kesakitan sambil menatap bingung ke arah pria itu. Kenapa lelaki itu begitu kasar dan membenci dirinya.

"Tuan! Kenapa anda berbuat seperti ini?!" tanyanya tak mengerti.

Seringai di wajah pria itu tampak menyeramkan. Mata biru yang seharusnya  tampak indah, sexy dan menghanyutkan bersinar dengan tajam membuat Francesca meringkuk ketakutan.

Mata saphire itu berkilau bagaikan mata binatang buas yang sedang mengincar mangsanya. Mata buas yang sedang mengawasi sosok tubuh lemah di hadapan. 

"Tempat ini akan menjadi ruangan terakhir seumur hidupmu!"

Pria itu mengucapkan perkataan yang membuat Francesca menjadi terpaku bingung. Ruangan terakhir seumur hidupnya. Apa maksud pria asing ini. Kenapa dia harus berada disini seumur hidup. Ini bukan hal yang dia pernah bayangkan, bukan bagian dalam rencana masa depannya.

"Tuan, saya tidak mengerti. Tapi, kenapa saya harus berada disini? Saya harus pergi. Rombongan orchestra pasti menunggu saya," ucapnya tegas menentang.

"Kau tidak akan kemanapun. Kau akan tinggal di sini seumur hidupmu!" 

"Tapi kenapa?" Francesca mengernyitkan keningnya.

"Karena kau harus menebus dosa-dosamu, Caroline!" 

Francesca menatap pria itu heran. Bisa dia yakini jika pria di hadapannya sedang berhalusinasi. Bagaimana mungkin dia memanggil Francesca dengan nama wanita lain yang tidak dia kenal.

Francesca menghembuskan nafas lega, karena pria tersebut ternyata salah orang. Dia hanya perlu menjelaskan dan menyakinkan, jika dirinya bukan wanita yang dimaksud oleh pria itu.

"Anda salah, Tuan. Nama saya Francesca. Francesca Knight. Bukan Caroline," ujarnya menyakinkan. 

"Kau adalah Caroline! Sebagaimanapun kau mengganti identitas dirimu dan mengoperasi wajah menjadi lebih muda, tapi kau tetap Caroline! Wanita yang aku benci seumur hidupku!" Suara Enrico terdengar berapi-api mengucapkan kalimat itu.

Senyuman yang awalnya mengembang di wajah Francesca menjadi tercekat. Pria di hadapannya ini telah dibutakan oleh kebencian terhadap wanita bernama Caroline. Dan dia bahkan tidak bisa menerima jika Francesca bukanlah wanita yang dia maksud. Bagi dia Francesca adalah Caroline. 

Francesca menyadari hal itu. Sia -sia saja dia menyakinkan pria itu. Dia harus pergi keluar sekarang juga, sebelum pria ini semakin menggila.

Dia beringsut perlahan sambil menggenggam biola di tangan kirinya. Dia mencari celah saat pria itu lengah, namun mata dingin itu seakan membeku hanya tertuju ke arah dirinya.

Kembali Francesca berlari dengan cepat memutar, menghindari tubuh pria itu, memberi akses lebar agar dirinya tidak bisa dijangkau dengan mudah. Tetapi Francesca salah! Kini kedua tangan pria itu sudah menahan dirinya. Dengan sangat mudah, pria itu memanggul tubuh Francesca dan melemparkan dengan keras keatas masur yang keras.

"Argh!" Gadis itu kembali memekik.

Pria besar itu sekarang mengurung dirinya dengan kedua lengan kokoh di kedua sisi tubuhnya. Francesca bergidik ketakutan saat merasakan tubuhnya terkunci. Bahkan kedua kakinya sudah tidak bisa begeming karena himpitan keras dari kedua paha pria itu. 

Wajah tampan itu begitu menyeramkan di hadapan Francesca. Pria itu menatapnya dengan sorot mata yang  dingin dan seringai yang mengerikan.

Franceca melayangkan tangannya hendak mendorong pria itu, tapi kembali dengan mudahnya dia menangkap kedua tangan Francesca dan mengunci di kedua sisi. Paha pria  itu semakin kuat menghimpit kaki Francesca, sehingga dia kesulitan untuk memberontak. 

"Tuan! Anda salah orang! Saya bukan Caroline. Saya Francesca dan kita hanya bertemu sekali sebelumnya bukan? Anda tuan Enrico bukan? Tolong lepaskan saya. Saya tidak mengenal Caroline. Tolong lepaskan saya," ujar Francesca dengan suara bergetar.

Pria itu tersenyum. Dia kemudian mengunci kedua tangan Francesca di atas kepala gadis itu dan memegang dengan sebuah tangan besarnya. Tangan kiri pria itu membelai wajah Francesca. Bisa dia rasakan hawa hangat tangan itu di permukaan kulitnya yang kedinginan. Francesca memalingkan wajah, ketakutan merasakan sentuhan tangan yang mengintimidasinya.

Pria bernama Enrico itu menjadi marah dengan penolakan Francesca, dia kemudian mengarahkan tangan kirinya mencengkeram leher Francesca. Menekan di sana hingga gadis itu kesulitan bernafas. Francesca melotot, meronta, menggoyangkan kepalanya berusaha melepaskan tangan yang masih mencengkeram lehernya.

"Kau pikir aku tertarik padamu?! Aku akan memastikan kau menderita seumur hidupmu! Jika pun kau bukan Caroline, maka merataplah pada nasibmu yang memiliki wajah serupa dengan wanita jalang itu! Tapi aku yakin, kau memiliki dna yang sama dengan wanita itu!"

Enrico melepaskan cengkeramannya pada leher Francesca. Gadis itu terbatuk-batuk ketika merasakan kembali udara melesak masuk kedalam rongga pernafasannya. Masih terasa sakit cengkeraman pria itu di lehernya. Tubuhnya terasa lemas dengan intimadasi dan himpitan pria kasar tersebut.

"Merataplah disini dan nikmati kamar pengap ini seumur hidupmu."

Enrico terkekeh dan melepaskan cengkeramannya. Dia beranjak mundur hendak turun dari tempat tidur.  Saat itu juga dengan cepat kaki Felicia yang terlatih, menendang kuat  organ intim pria itu dengan sekuat tenaga.

Tendangan Francesca yang kuat mampu membuat pria tersebut tersungkur kesakitan, sambil menekuk tubuhnya dan memegang organ intim yang ditendang gadis itu . Dia menatap dengan mata nanar  melihat kepergian Francesca yang dengan cepat menuruni tangga. 

"Dasar Jalang!" gerutu pria itu tertahan masih dengan tetap meringkuk kesakitan.

Dengan susah payah Enrico berusaha bangun meskipun rasa ngilu dan nyeri masih terasa kuat. Dia berjalan dengan sempoyongan menuruni tangga batu.

"Gadis Liarr! Jangan harap kau bisa kabur dariku!"

ini adalah sequel dari kisah Novel Hidupku Bersana Ceo.

Cek i* taurusdi_author untuk karya lainnya

Comments (1)
goodnovel comment avatar
lieyuin
Malang nga
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status