Share

Tertangkap

Gadis itu berlari menuruni tangga yang melingkar dengan cepat. Dia tidak memperhatikan jika selain kamar pengap yang dia tempati sebelumnya, ruangan di luar sangat mewah.Tangga batu yang dia turuni dari atas menara berubah menjadi marmer indah di lantai selanjutnya. Anak tangga yang saat ini dia turuni dengan cepat tersebut terbuat dari marmer Italily  kualitas nomor satu. 

Pikirannya hanya tertuju pada akhir dari anak tangga, yang  ingin segera dicapainya, agar dapat menemukan jalan keluar. Pergi jauh dari rumah dan pria sakit jiwa itu. Beberapa kali dia menoleh ke belakang, khawatir jiia pria itu menyusul sebelum dirinya sempat menyentuh anak tangga. 

Suara teriakan marah dari Enrico membuat Francesca gugup. Gadis itu terkejut mendengar langkah kaki yang cepat menuruni tangga, hingga disaat anak tangga terakhir dia capai Francesca tersungkur. Benturan lutut dengan lantai marmer itu terasa sangat ngilu dan menyakitkan.

 'Oh, Tuhan, tolong aku.'

Francesca dengan cepat berjuang lagi untuk berdiri. Dia berlari mengitari rumah mewah yang sunyi itu mencari jalan keluar. Perempuan itu melihat sebuah pintu dari kayu yang sangat tinggi. Dia bergegas menuju ke pintu tersebut. Belum sempat langkah kakinya mendekat, dia mendengar seseorang membuka pintu tersebut.

Gadis itu semakin panik, ketika  suara langkah kaki yang menuruni tangga semakin dekat. Dengan panik Francesca  menoleh pada gucci raksasa yang berada di pojokan ruangan, dia menyembunyikan dirinya di balik sebuah guci yang besar. Beruntung sekali guci itu terletak di pojok ruangan. Gucci setinggi satu setengah meter itu, mampu menutupi tubuh Francesca yang berjongkok sambil memeluk erat biola di tangannya. 

Satu tangan dia gunakan untuk membekap mulutnya, agar jangan sampai mengeluarkan suara. Dengan penuh harap dia berdoa, agar tak ada satupun yang bisa menemukan dirinya.

"Di mana wanita itu!" Suara Enrico terdengar menggelegar memecahkan kesunyian.

Dari balik gucci, Francesca melihat dua orang pengawal yang bertubuh besar baru saja masuk ke dalam rumah membawa sebuah peti kecil. Salah satu pengawal tersebut segera membawa peti masuk kedalam, sementara pengawal lainnya tanpa banyak tanya memberitahu kepada rekan lainnya, untuk berkeliling mencari Francesca.

Mereka mulai mengitari rumah, sebagian lain mengitari area luar rumah. Sementara Enrico dengan kesalnya duduk di sofa. Bagian intimnya masih berdenyut ngilu akibat tendangan kaki Francesca. Benar-benar tidak dia sangka jika gadis cantik tersebut memiliki kekuatan sebesar itu. Dia ingin sekali menghajar gadis itu jika berhasil menemukannya.

Suara pekikan tertahan menarik perhatian Enrico. Dia menoleh keasal suara, di mana seorang pelayan wanita berdiri di dekat gucci besar. Wanita itu menatap ke bagian belakang dari gucci dan menatap Enrico bergantian. Dengan cepat, pria itu bergerak menuju gucci, ke arah di mana pelayan wanita itu mengarahkan pandangan matanya. 

"Kau di sini, Kelinci liar!"

Francesca bingung harus berbuat apa. Dia terjebak di antara gucci dan pelayan wanita yang sudah menemukannya. Sudah terlambat bagi dirinya untuk berlari menghindar. Kali ini di hadapannya bukan lagi pelayan wanita melainkan Enrico.

Francecsa segera berdiri mendorong gucci itu dengan kuat menciptakan jalan keluar lainnya. Gucci besar dan berat itu jatuh mengeluarkan suara yang keras sebelum akhirnya retak. Francesca tidak perduli, dia melompat dan berlari menghindari Enrico yang semakin marah.Tanpa  melihat ke belakang, Francesca berlari menuju pintu keluar. Tangannya sudah memegang handel pintu, ketika dengan kasar Enrico menarik lengannya.  

Enrico tidak memperdulikan Francesca yang menjerit kesakitan.Dia menyeret gadis itu menuju ke arah tangga. Tenaga Francesca tampak sia-sia dibandingkan dengan kekuatan yang dimiliki oleh Enrico. Gadis itu terseret dengan kasar menaiki anak tangga. 

"Lepaskan saya, Tuan. Biarkan saya pergi. Tolong Tuannn biarkan saya pergi." 

Jeritan dan isak tangis Francesca tak dihiraukan oleh Enrico. Bahkan dengan sekuat tenaga, Enrico menyeret tangan gadis itu tanpa memperdulikan beberapa kali dia  terjatuh membentur marmer. Dia tidak menghiraukan lecet dan luka yang ada di kaki Francesca. 

Sesampainya di lantai atas dengan kasar Enrico membanting tubuh Francesca. Pria itu sekarang menduduki kaki Francesca dan memegang erat kedua bahu gadis itu. Matanya memandang dengan kilatan kebencian dan mencemooh.

"Kau pikir dirimu bisa lari dariku? Selamanya kau akan menjadi milikku. Kau akan tinggal di sini,  terkurung hingga ajal menjemputmu. Hahaha," tawanya menggelegar keras memenuhi ruangan. 

"Kau tidak bisa ke manapun. Asalkan kau tahu, tempat ini adalah pulau terpencil dan hanya ada satu bangunan yaitu Castle ini. Sekalipun dirimu keluar dari kamar ini. Kau tidak akan bisa kemanapun juga. Tidak ada kapal yang bisa kau gunakan untuk kabur. Kecuali dirimu mempunyai kemampuan berenang selama dua hari dua malam ditemani oleh hiu," ucap Enrico lagi dengan mengintimidasi.

"Tuan. Kenapa kau lakukan ini padaku. Aku Francesca bukan Caroline. Mommyku adalah Diana Stevani dan Daddy adalah Andrew Knight. Aku tidak mengenal Caroline. Anda salah orang," bujuk Francesca dengan memelas.

Enrico menyeringai tipis, mengejek gadis yang ketakutan di bawah kukungan tubuhnya. Tak tampak sedikit pun rasa belas kasihan terpancar dari sinar mana Enrico. Wajah pria itu menggelap, memandang Francesca dengan jijik dan penuh dendam. Dia menikmati raut wajah takut dan kebingungan dari gadis itu. 

Semakin Francesca meronta, memelas dan berlari, semakin Enrico tertawa dalam hati menikmati hawa takut yang terpancar dari diri buruannya. Perasaan  Enrico sudah dipenuhi oleh nafsu balas dendam. 

"Mau Caroline atau bukan, sampai kapanpun aku yakin kau memiliki dna yang sama dengan wanita jalang itu! Aku akan membawakan bukti jika kau adalah Caroline," ujar Enrico dingin.

"Anda gila tuan! Anda berimijinasi! Lepaskan saya! Lepaskannnn!" 

Francesca meronta dengan kuat. Salah satu tangannya berhasil terlepas dari kukungan pria tersebut. Dengan sekuat tenaga Francesca menampar wajah pria itu dan menonjok dada bidang itu.

Plak! Bug! 

Enrico tertawa mengerikan menerima serangan dari Francesca. Dia memegang tangan yang sudah menampar dan menonjok dirinya dengan kencang. Kemudian tangan itu dia arahkan ke mulutnya, Enrico kemudian menjilat tangan Francesca hingga lengan gadis itu, bagaikan menjilati lelehan coklat.

Francesca bergidik dan menjerit, meronta jijik merasakan lidah Enrico yang menjilati tangannya. Sikap Enrico bagaikan binatang buas yang menggoda mangsanya sebelum berakhir dengan mengoyak tubuh buruannya.

"Lepaskan. Hentikan! Kau menjijikann! Hentikaaan! Aaaaa!" 

Sungguh, Francesca kali ini sungguh menyesal tidak mendalami pelajaran bela diri yang diajarkan oleh pengawal di mansion. Dia selalu berkelit dengan alasan dirinya akan selalu aman. Tentu saja dia aman berada di mansion Andrew, tapi tidak ketika dia melangkah keluar tanpa pengawal.

"Menjijikan? Bukankah ini yang kau suka wanita jalang! Bukankah ini yang kau inginkan bersama setiap pria yang menidurimu!" ejek Enrico dengan menghina.

"Kau Gila! Gila! Sudah aku katakan aku Francesca!"  suara Francesca terdengar lemas  dan serak.

"Hahaha ... Kau Francesca atau Caroline sama saja bagiku. Kalian berbagi dna yang sama. Dan seumur hidup kau akan membayar perbuatan Caroline," ujar Enrico dengan tertawa puas.

"Nikmati tempat ini, penjara yang aku ciptakan untukmu," bisiknya di telinga Francesca.

Gadis itu terdiam dengam sekujur tubuh yang sudah tak bertenaga. Tenggorokannya sudah sakit akibat terlalu sering berteriak. Pergelangan tangan nya terasa sakit akibat cengkeraman Enrico dan kedua kakinya lemas akibat himpitan keras kedua paha Enrico, sehingga menghalangi aliran darah.

Enrico menyeringai menatap Francesca yang tidak lagi memberontak. Dia turun dari atas tubuh gadis itu. Menatap sejenak pada gadis itu yang masih tergeletak lemas. 

Enrico tersenyum amat sangat puas. Dia meninggalkan Francesca di dalam kamar dan mengunci pintu dengan rapat. Enrico bersiul riang menuruni tangga dan kembali ke kamar nya. Pria itu berdiri di depan cermin. Dia mematut dirinya disana dengan senyuman lebar penuh kemenangan. Enrico tertawa penuh kemenangan.

"Caroline! Aku akhirnya mendapatkan dirimu di tanganku! Tunggu dan nikmati pembalasan dariku!" 

**********

Kisah ini adalah sequel dari kisah Novel Hidupku Bersama  Ceo.

Cek i* taurusdi_author untuk karya lainnya

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Devi Ratna
Caroline tuh siapa?
goodnovel comment avatar
lieyuin
Huek. Pria ini menjijikan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status