Home / Rumah Tangga / Gelora Cinta Istri 1 Miliar / Bab 108 : Tak Ada Pilihan(2)

Share

Bab 108 : Tak Ada Pilihan(2)

Author: Kafkaika
last update Last Updated: 2025-07-09 18:01:41

“Karena kita sudah kembali bersama, besok kuminta Tio mencabut laporan KDRT itu, Bian.” Miranda melingkarkan kedua lengannya di leherku.

Seharusnya aku senang mendengarnya. Tapi di sisi lain, aku merasa kembali terjebak di tempat yang seharusnya sudah kusepakati untuk meninggalkannya.

Bayangan sendu wajah Melati terlintas di benakku. Sesak sekali dada ini  jika membayangkan bagaimana aku menjelaskan padanya agar bisa kembali bersabar untuk aku bisa menyelesaikan semuanya.

Melati gadis yang baik dan penuh pengertian, mudah-mudahan dia paham posisiku saat ini. Dan mau sekali lagi bersabar untuk menungguku.  

Masih carut marut pikiranku dan melamunkan banyak hal, tanpa sadar Miranda sudah mencium bibirku. Aku tak mungkin menolaknya.

“Kau sepertinya masih tegang, Bian. Mandilah. Aku akan minta pembantu untuk menyia

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (5)
goodnovel comment avatar
sevenseasof7
kasian bian .. pasti puyeng betul ini
goodnovel comment avatar
Mira Lusia
pusinggg..semoga melati masih bisa paham
goodnovel comment avatar
hanna es
masih ada bab LG HR ini Thor???? ditunggu yaaa
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 239 : Kelakuan Majikan Jablai

    *“Maaf aku khilaf kalau sudah ada yang manis-manis.”Mas Bian langsung bangkit dan keluar sementara aku masih membeku memikirkan apa yang terjadi barusan.Dia menjilat bibirku?Astaga…“Mel? Mau pulang tidak?” panggilnya saat aku tidak mengikutinya bangkit.“I-iya…” ucapku dengan pikiran yang masih tidak menentu.Jujur seingatku di masa ini aku sama sekali tidak pernah disentuh pria. Kecuali dilecehkan saat aku tidak sadarkan diri, ya. Itu sama sekali tidak aku perhitungkan. Namanya juga tidak sadarkan diri. Tahu-tahu bangun sudah pendarahan saja.Barusan tadi, pria ini menjilat bibirku?Masih itu yang kupikirkan sampai masuk mobil. Mas Bian sepertinya cemas aku hanya bengong saja.“Kenapa?”“Oh, t-tidak, a-aku…” sudah ngeblank saja otakku.“Kan aku sudah bilang tadi aku suka kamu. Boleh, kan?” ujarnya bertahan di dalam mobil namun tidak juga menyalakan mesinnya.“Boleh apa?” tanyaku plonga-plongo bingung.Mas Bian tampak gemas dan dia malah menarikku mendekat lalu mencium bibirku.

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 238 : Mulai Eror

    *Pagi itu Vier diantar Dini sekolah dan Mas Bian melarangku ikut mengantar karena masih mencemaskan kondisi kesehatanku.Mengisi kekosongan, aku melihat bathtub tempat aku memandikan Vier tadi. Aku jadi pengen berendam di tempat itu.Tapi apa boleh?Segera aku mengirim pesan pada Mas Bian. [Mas, mohon maaf, apa boleh saya menggunakan bathtub ini untuk berendam?]Padahal pesanku sudah terbaca tapi tidak langsung dijawab. Apa aku terlalu polos sampai mengganggu waktu kerjanya hanya ingin meminta izin mandi di bathtubnya?Ah. Aku ini pengasuh yang nglunjak! batinku sendiri sudah tak berharap balasan dari Mas Bian. Hanya saja datang juga balasan darinya. [Kalau untuk berendam boleh. Asal jangan main sepak bola di sana] disertai emoticon tertawa.Aku jadi ikut tertawa. Ternyata Mas Bian bukan orang yang dingin seperti pertama orang akan menilainya di awal jumpa. Dia juga suka bercanda. Tanpa menunda waktu lagi, aku sudah tak sabar untuk nyemplung di bak mandi itu. Membayangkan beginil

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 237 : Tak Ada Nyonya

    *Rumahnya besar dan lega. Juga Adem dan nyaman. Di kota Surabaya yang panas, jarang ada tempat yang seadem ini.Begitu aku keluar dari mobil dua wanita menyambutku dengan tersenyum ramah.Mungkin aku sudah mengenal mereka dengan baik, hanya saja aku terbelenggu dalam amnesiaku ini hingga sekedar mengingat namanya pun aku tak tahu.“Selamat datang, B…” dan sapaannya terhenti seperti orang yang tersedak.Baru wanita yang satunya menyahut, “Selamat datang Melati. Senang melihatmu sudah sehat lagi.”Aku melempar senyum pada mereka, “Terima kasih, Kak. Maaf, kalau aku melupakan nama-nama kakak.” “Saya Dini dan ini Tuti. Kalau butuh apa-apa jangan segan menyampaikannya. Kami siap membantu.”Obrolan kami terhenti lantaran mendengar suara deheman Mas Bian sembari menggendong Vier. Dia menatap dua wanita itu dan dengan segera dua wanita itu langsung paham apa yang dimaksud. Keduanya membawa barang-barangku masuk ke dalam rumah.“Mama nanti bobok sama Vier saja, ya? Vier masih kangen.” Celote

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 236 : Seorang Pengasuh(2)

    *“Aku bawa Vier pulang ya, kak? Papanya biasanya sore sudah pulang kerja.” Zahira mencoba mengambil Vier yang masih anteng di pelukanku.Awalnya aku tak menolaknya. Namun melihat anak itu terusik tidurnya dan malah menangis, aku yang tak tega menahan Zahira.“Udah tidak apa, Ra. Aku juga sudah lebih baik, kok.”Zahira pun tak memaksa lagi. Dia pamit dan Iqdam juga bilang akan mengantarnya dulu sampai depan.Tatapanku beralih pada bocah kecil yang kembali terlelap. Kucium keningnya dan kupeluk dia. Anak ini tampak familiar sekali. Aku juga merasa sangat menyayanginya.Ah. Itu pasti karena aku sudah sejak lama menjadi pengasuhnya. Jadi kembali teringat ucapan Zahira dan Iqdam. Mas Bian sangat menyayangi putranya. Dan Vier sangat menyayangiku. Kalau bukan karena alasan itu bagaimana seorang pengasuh sepertiku ditempatkan di sebuah ruang VIP yang pasti tarif perharinya mengalahkan tarif hotel berbintang lima?Tiba-tiba bocah kecil itu membuka matanya. Kami saling bertatapan. Mata jernih

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 235 : Seorang Pengasuh

    *“Aku jadi pengasuh anak itu?” kuulangi ucapan Zahira tadi.Tapi kalau itu benar, aku jadi mulai mengerti kenapa aku ada di sini.Tidak heran juga kan kalau Mas Bian yang membiayai pengobatanku.Kenapa ibu dan Iqdam tidak mengatakannya kemarin? Padahal jadi pengasuh anak pun bukan pekerjaan yang tidak mau aku lakukan.Aku ingat usaha salon temanku bangkrut. Kebetulan ada orang yang butuh pengasuh dan itu dari kampungku sendiri, pasti Bu Aini yang baik hati itu menawarkannya padaku.Ya. Bisa jadi begitulah ceritanya.“Kak, aku tinggal keluar bentar boleh? Sebentar saja.” Zahira yang masih tampak resah itu meminta izin keluar. Aku heran kenapa dia begitu?“Kamu tidak apa-apa kan, Ra?” tanyaku padanya.“Ah, tidak, Kak. Hanya mau angkat telpon dari teman,” ujarnya menunjukan layar ponselnya yang sedang berkedip karena ada yang menghubunginya.Sepertinya ada gambar cowok. Pasti Zahira resah karena dapat panggilan dari cowoknya itu. Namanya juga anak muda.Aku hanya tersenyum dan mengata

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 234 : Bingung

    ~POV Melati~*Bingung.Itulah yang kurasakan saat ini.Tapi Iqdam bilang aku tidak boleh banyak berpikir agar aku bisa segera sembuh dan tak lagi mengeluhkan sakit kepala kalau tiba-tiba aku penasarn untuk mengingat sesuatu.“Kau mau cepat keluar dari rumah sakit ini, kan?” ujarnya saat kutanyakan sesuatu padaya dan Iqdam tak berkenan menjawabnya.“Dengar! Kau lihat ruangan ini? Ruang VIP, Mel. Apa kau tahu berapa tarifnya sehari?” Aku menggeleng dan sekali lagi memperhatikan ruangan tempatku inap. Pasti mahal.“Kenapa aku harus ditempatkan di ruangan ini, Dam? Apa kita sanggup membayarnya?”“Bukan kita yang bayar, Mel. Mas Bian. Jadi daripada kau bawel dan malah tak sembuh-sembuh, turuti ucapku. Jangan berusaha berpikir apapun. Itu akan membuat kepalamu kembali sakit dan kau malah jadi lebih lama tinggal di rumah sakit ini. Nanti malah menyusahkan Mas Bian.”“Iya, Dam. Tapi kenapa sih harus dia yang bayar?”Iqdam menatapku dengan sebal. “Tuh, kan? Bawel kamu!”“I-iya, Dam.” Aku la

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status