Inicio / Rumah Tangga / Gelora Cinta Istri 1 Miliar / Bab 157 : Pesan Dari Miranda

Compartir

Bab 157 : Pesan Dari Miranda

Autor: Kafkaika
last update Última actualización: 2025-08-03 20:46:34

Notif pesan di layar ponsel Bian terpampang saat benda pipih itu tergeletak di meja riasku.

Itu dari Miranda,

[Sayang, besok bisa temani aku ke kondangan temanku?]

Lalu notif ke dua pun masuk kembali,

[Aku tak banyak meminta waktumu, hanya kali ini saja usahakan, ya?]

Sudah tahu bahwa wanita itu penuh intrik dan manipulasi, aku jadi kesal sekali. Bisa-bisanya dia masih bisa membohongi Bian padahal selama ini dia masih berhubungan dengan kekasihnya itu.

Pintar dia memulas kebohongannya itu. Tidak cukupkah tiga tahun saat dia koma sudah membohongi Bian?

Belum kapok juga kali ini dia masih mau membohongi Bian.

Kalau aku tiba-tiba mengatakan bahwa Miranda saat ini hanya berbohong, pasti banyak yang tidak percaya. Apalagi setotal itu dia berdrama. Bahkan sampai meninggalkan keluarganya demi mempertegas niatnya berubah itu.

Mungkin Bian yang tidak tegaan bisa dibohonginya dengan alasan ingin berubah, tapi tidak denganku.

Karena kesal, aku bertekad tidak ingin membiarkan Bian mengantarnya ke
Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App
Capítulo bloqueado

Último capítulo

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 328 : The End

    Dulu, saat melahirkan Vier, Mas Bian juga seperti ini. Katanya, melihatku berjuang mengeluarkan anak kami membuatnya hampir pingsan. Tapi dia tetap menemaniku, menggenggam tanganku, menguatkan setiap detik. Dan ketika semuanya usai, dia malah tergugu seperti anak kecil, menangis di pelukanku, sampai-sampai harus ditenangkan suster.“Udah tahu perjuanganku begini melahirkan anak-anakmu, nanti kalau masih tega nyakitin perasaanku, awas aja!” gerutuku manja, sekalian menertawakan ketegangannya.“InsyaAllah nggak mungkin, Sayang. Kalau pun nanti aku khilaf, tolong ingatkan aku. Kita saling mengingatkan, ya?” jawabnya serius. Aku nyaris tertawa melihat wajahnya yang tulus tapi kikuk.“Bagaimana kamu masih bisa ketawa?” katanya kesal, tapi aku tahu itu cuma cara dia menutupi rasa takut.“Ya nggak tahu, buktinya bisa, kan? Jadi, Mas Bian jangan panik. Aku malah jadi panik kalau kamu begitu,” ujarku, mencoba menenangkannya. Ia akhirnya menarik napas dalam-dalam, menata perasaannya lagi.Tak la

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 327 : Berita Duka & Bahagia

    “Vier sudah tidur, Sayang?” tanyaku saat Melati kembali ke kamar. Ia baru saja menidurkan anak kami.“Sudah sama neneknya, Mas,” jawabnya sambil menaiki ranjang. Aku sudah menunggunya sejak tadi — rasa rindu yang tertahan berhari-hari seolah menyesakkan dada.Kuraih tubuhnya, kukecup bibirnya penuh hasrat. Namun Melati menahanku, menatap dengan tatapan yang masih menggoda.“Apa lagi, Sayang?” tanyaku dengan nada manja.“Mas, aku ganti baju seksi dulu ya?” katanya tersenyum nakal.“Enggak usah, Sayang. Ini sudah siap tempur dari tadi,” bisikku seraya menurunkan gaunnya perlahan. “Lebih baik kau telanjang saja, itu sudah cukup bagiku.”Dan malam pun larut bersama desir napas yang saling menyatu.Orang bilang, gairah akan memudar seiring lamanya pernikahan. Tapi tidak bagi kami. Justru semakin kuat, semakin dalam, karena kami sudah tahu betul bagaimana menyenangkan satu sama lain.Seperti malam ini. Setelah kupasangkan pengaman, Melati tersenyum lalu menaiki tubuhku.“Aku takut Mas Bian

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 326 : Kedatangan Ibu

    *Aku sempatkan diri ke kantor sebentar untuk mengurus beberapa hal, lalu mandi dan menyegarkan diri. Aku ingin saat bertemu anak dan istriku nanti, pikiranku sudah jernih. Tak ingin bayang-bayang kejadian siang tadi ikut terbawa pulang.Kini aku sudah di jalan. Seperti biasa, kukirim pesan pada Melati—barangkali ada titipan. Tapi Melatiku hanya membalas singkat, agar aku segera pulang, karena ia sudah menunggu.Senyumku langsung merekah. Hatiku yang sempat kusut kembali bersemi. Tekanan dan lelah yang selama ini membebani kami berdua memang harus mendapat kompensasi. Aku ingin malam ini menjadi milik kami. Kupastikan ranjang kami sampai reyot menyambut kerinduan yang lama tertahan.Sudah hampir sampai di apartemen saat ponselku berbunyi. Pesan dari Melati masuk:[Kalau masih di jalan, mampir ke minimarket ya, Mas. Beli pengaman. Dokter bilang boleh berhubungan, tapi jangan keluar di dalam]Aku hanya tertawa kecil membaca pesannya. Balasku cepat:[Siap, Nyonya]Padahal aku sudah ada di

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 325 : Situasi Yang Menegangkan

    *DORR!Dentuman keras itu mengguncang segalanya. Suara tembakan memekakkan telinga, dan dalam sekejap kepalaku berdengung hebat. Seolah jiwaku tercerabut dari tubuh—melayang tanpa kendali. Dunia mendadak gelap.Dalam detik-detik antara hidup dan mati itu, hanya satu wajah yang terbayang: Melati. Senyumnya. Kehangatannya. Juga kecemasan tentang banyak hal yang belum sempat kuselesaikan. Anakku... istriku... mereka masih membutuhkan aku. Aku belum rela pergi.Tapi justru tubuh yang berdiri di depanku itu yang roboh ke lantai. Seketika itu juga, darah mulai merembes dari dadanya, membentuk genangan kecil di bawah tubuhnya yang terkulai.Kevin.Bukan aku yang tertembak.“Siapa yang menembak?” gumamku panik, buru-buru menoleh ke segala arah, napasku belum stabil.Di sudut ruangan, seorang wanita berdiri kaku. Tangannya gemetar hebat. Pistol yang tadi tergenggam kini jatuh, menggelinding pelan di lantai. Tubuhnya lunglai, lalu ia jatuh terduduk sambil menangis, seluruh ketegangan meledak d

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 324 : Bertemu Kevin

    *“Aman, Pak.” Jawaban Pomo terdengar mantap, penuh keyakinan, seolah ingin menebus kesalahan yang lalu.Dia bahkan memperketat pengamanan. Mobil yang biasa digunakan Melati kini sudah dipasangi GPS. Sopirnya pun dipilih khusus—bukan sekadar bisa menyetir, tapi mampu bertindak jika sesuatu yang buruk terjadi di jalan.Aku memang jadi seposesif itu padanya sekarang. Tapi bukan karena curiga. Karena aku tahu, ada bahaya yang bisa saja mengintainya kapan saja.Hanya saja, aku tak mau Melati merasa seperti tahanan. Karena itu, aku minta semuanya dilakukan dari jarak yang aman tanpa terlihat dan juga dengan profesional.“Aku tidak akan mengampunimu lagi kalau kali ini orang yang kau tugaskan gagal melindungi anak istriku.”Kukatakan kalimat itu dengan tekanan. Pomo tahu aku tak sedang menggertak. Kesempatan kedua sudah pernah kuberikan, dan aku bukan pria yang mudah memberi yang ketiga.“Siap, Pak. Saya pastikan semuanya terkendali.”Begitu panggilan terputus, aku segera bersiap. Lia dan A

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 323 : Semakin Posesif

    * Kusempatkan menelepon Pomo setelah sarapan pagi itu seusai membaca pesannya tadi. “Mau apa dia minta ketemu?” tanyaku. Masih terbias rasa kesal dan murka di wajahku mengingat pria brengsek itu.Padahal, harusnya sarapan pagi ini menjadi sarapan yang hangat setelah kami sudah memutuskan rujuk kembali melanjutkan rumah tangga kami.Tapi lagi-lagi, Kevin Wijaya kembali merusak suasana hatiku. Sepertinya aku harus segera menyelesaikan semua masalahku dengannya.“Dia tidak terima dengan laporan Anda, Pak,” Pomo menjelaskan.“Oke. Kalau dia mau bertemu, temui saja aku di Hotel Nagasura. Sekalian aku ada urusan terkait teken kontrak kerja sama baru,” ujarku.Hari ini aku memang akan bertemu dengan direktur perusahaan raksasa di negeri ini untuk membahas kerja sama baru kami.Sebelumnya, perusahaan ini bermasalah dengan perusahaan Kevin, akhirnya memutuskan kontrak lebih cepat dan berpindah ke perusahaanku.Sekalian saja biar Kevin lebih panas dan terbakar melihat kami bersatu dalam kerja

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status