Share

Bab 5 : Baju Dinas

Penulis: Kafkaika
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-18 21:16:25

“Tunggu aku di kamar. Ada sedikit hal yang harus aku selesaikan dulu,” kata-kata itu membuat bulu kudukku sampai berjingkat. Fabian sungguh ingin langsung menagih haknya?

“Baik, Mas!” ujarku. Sembari bangkit untuk kembali ke kamar sesuai perintahnya.

Sepertinya itu adalah sebuah kode agar aku mempersiapkan diriku sebaik mungkin.  

Karena masih gugup, aku menelpon ibuku. Barangkali bisa membuatku lebih tenang. Sayangnya tidak diangkat.

Lalu kukirim pesan  random padanya, [Bu, sudah tidur? Di rumah masak apa?]

Dan pesanku langsung terbaca. Beberapa detik kemudian mendapat balasan.

[Ini aku, Mel. Ponsel ibu aku pinjam dulu. Ponselku rusak. Dia diajak bude jalan-jalan ke mall] Ini pasti Iqdam yang membalas. 

Ah, mereka itu. Baru juga pegang uang banyak sudah sok main ke mall saja. Padahal aku di sini tegang setengah mati.

Walau begitu aku masih membalas pesan Iqdam.   [Di mana kamu,  Dek? Kamu baru sembuh jangan klayapan]

Meski sering berantem seperti tikus dan kucing kalau di rumah, aku juga kakak yang menyayangi dan perhatian pada adikku. Iqdam baru sembuh dari sakit typus. Kalau dia sudah main kluyuran malam-malam begini, takutnya typusnya kambuh. 

Sayangnya, perhatianku untuk keluargaku selalu bertepuk sebelah tangan.

[Jangan sok perhatian, deh, Mel. Udah kamu mikir malam pertamamu saja. Aku lagi di showroom mau beli motor dan ponsel]

Bukannya uang yang ditransfer Fabian kemarin sudah habis untuk bayar utang dan beli ini  itu oleh ibu? Bagaiaman Iqdam bisa beli motor dan ponsel?

Kuhubungi adik lelakiku itu, dan panggilannya langsung tersambung. “Emang  Ibu masih ada banyak uang, Dam?”

“Iya, Mel. Katanya dari pakde karena kau sudah dinikahi pria kaya raya. Jangan perhitungan, ya? biarkan adik kesayanganmu ini beli motor dan ponsel.”

Aku tak menjawab karena masih bingung. Masalah uang, biar nanti aku tanyakan pribadi pada ibuku. Pakde bilang sisanya akan dibayar kalau aku sudah melaksanakan kewajibanku.

Krieeet!

Suara pintu terbuka itu langsung membuatku gelagapan. Aku langsung menutup ponselku.  

Bukankah Fabian tadi bilang masih ada urusan? Kenapa  dia secepat ini menyusulku ke kamar?

“Permisi, Bu. Saya sudah mengetuk pintu tadi.”

“Dini?”

Aku terhenyak melihat yang datang bukanlah Fabian, tapi Dini pelayan di vila ini.

Tadi karena saking gugupnya aku bahkan tidak mendengarnya mengetuk pintu itu.

Wanita yang mungkin seumuranku itu membawa sebuah kotak yang diserahkan padaku. Katanya itu adalah beberapa baju untukku yang baru datang.   Saat aku memeriksanya, ternyata itu adalah pakaian seksi. 

“Pak Bian biasanya minta disiapkan berendam air hangat dengan minyak aromatherapi. Tapi karena sekarang sudah ada Anda, tolong nanti ditanyakan apakah beliau ingin itu?” Dini menjelaskan.

Saat kami nanti berdua di kamar, sang pelayan tidak mungkin datang untuk mengganggu.

Apakah Dini  tahu tentang tujuan pernikahan ini? Ah, semua orang di vila  ini  pasti tahu.

“Kalau memang mau, Anda bisa menyiapkannya, kan?” tanya Dini lagi memastikan apakah aku bisa mengatasinya.

Aku hanya mengangguk. Aku pernah kerja di salon dan spa. Jadi hal seperti ini bukan sesuatu yang asing.

Melihat pelayan itu berjalan keluar, aku mulai terbersit, apakah selama ini semua kebutuhan Fabian sampai mandi pun diurus oleh pelayannya?

Kalau begitu,  kenapa tidak memintanya sekalian melayani kebutuhan biologisnya?

‘Astaghfirullah!’ batinku segera menghapus pertanyaan yang hanya meletup di  pikiranku sendiri.

Pakde sudah pernah menjelaskan Fabian pria berprinsip. Dia tidak mau berzina. Jadi dia memilih menikah sekedar menghalalkan kegiatan itu.

Dia benar-benar pria yang bijak. Hanya saja bijak untuk dirinya sendiri tapi tidak untukku.

Nanti, setelah dia tidak lagi butuh aku, pasti aku dibuang seperti sampah. 

Aku tentu tidak akan bisa protes karena sudah mendapat kompensasi 1 milyar dari pernikahan ini.  

Sedih menggelanyuti diriku saat ini.  Ketika aku tegang akan menghadapi pria itu, keluargaku di sana sedang bersenang-senang menikmati uangnya!

“Oh ya, Bu. Silahkan bajunya bisa dicoba.” Dini yang sudah hampir keluar itu menunjuk paperbag yang tadi di bawahnya. Itu adalah kata lain agar aku segera memakainya.  

Padahal tadi aku masih ingin banyak bertanya pada wanita itu. Tapi masih segan saja karena belum begitu kenal.

Akupun memilih satu gaun seksi yang dibawakan Dini. Memakainya dan melihat bayanganku di cermin.

Apa karena cerminnya yang bagus atau bagaimana, aku merasa pantulan bayanganku yang terbentuk tampak memukau.

Kulihat wanita cantik berdiri di sana dengan kulit putih dan rambut bergelombang terurai di salah satu sisi bahu. Bagian dadaku yang menyembul pun sudah sukses membuatku malu sendiri hingga harus menutupinya dengan ke dua lenganku.

Ternyata aku lebih terlihat seperti wanita penggoda.

“Ah, bukankah keluargaku sudah menjualku dengan tarif 1 milyar?” gumamku tersenyum getir.

Aku memilih duduk di tepi ranjang mengatur mentalku agar bisa menerima semua ini. Menghela napas dan menghembuskannya berkali-kali agar kutemukan ketenangan. Kalau gugup, semua hanya akan berantakan.

“Sudah terjadi pernikahannya, aku bisa apa?” gumamku sekaligus sebuah pengingat agar tidak lari dari kenyataan. Kalau aku menolak, seharusnya sebelum pernikahan ini, kan?

Ketika pria itu masuk ke dalam kamar, aku langsung berdiri dari dudukku.

Sembari melepas kancing kemejanya, Fabian menatapku lekat. Pandangannya yang intens membuatku panas dingin tak karuan...

Apa aku melakukan hal yang salah? 

🌹🌹🌹

Bersambung...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 328 : The End

    Dulu, saat melahirkan Vier, Mas Bian juga seperti ini. Katanya, melihatku berjuang mengeluarkan anak kami membuatnya hampir pingsan. Tapi dia tetap menemaniku, menggenggam tanganku, menguatkan setiap detik. Dan ketika semuanya usai, dia malah tergugu seperti anak kecil, menangis di pelukanku, sampai-sampai harus ditenangkan suster.“Udah tahu perjuanganku begini melahirkan anak-anakmu, nanti kalau masih tega nyakitin perasaanku, awas aja!” gerutuku manja, sekalian menertawakan ketegangannya.“InsyaAllah nggak mungkin, Sayang. Kalau pun nanti aku khilaf, tolong ingatkan aku. Kita saling mengingatkan, ya?” jawabnya serius. Aku nyaris tertawa melihat wajahnya yang tulus tapi kikuk.“Bagaimana kamu masih bisa ketawa?” katanya kesal, tapi aku tahu itu cuma cara dia menutupi rasa takut.“Ya nggak tahu, buktinya bisa, kan? Jadi, Mas Bian jangan panik. Aku malah jadi panik kalau kamu begitu,” ujarku, mencoba menenangkannya. Ia akhirnya menarik napas dalam-dalam, menata perasaannya lagi.Tak la

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 327 : Berita Duka & Bahagia

    “Vier sudah tidur, Sayang?” tanyaku saat Melati kembali ke kamar. Ia baru saja menidurkan anak kami.“Sudah sama neneknya, Mas,” jawabnya sambil menaiki ranjang. Aku sudah menunggunya sejak tadi — rasa rindu yang tertahan berhari-hari seolah menyesakkan dada.Kuraih tubuhnya, kukecup bibirnya penuh hasrat. Namun Melati menahanku, menatap dengan tatapan yang masih menggoda.“Apa lagi, Sayang?” tanyaku dengan nada manja.“Mas, aku ganti baju seksi dulu ya?” katanya tersenyum nakal.“Enggak usah, Sayang. Ini sudah siap tempur dari tadi,” bisikku seraya menurunkan gaunnya perlahan. “Lebih baik kau telanjang saja, itu sudah cukup bagiku.”Dan malam pun larut bersama desir napas yang saling menyatu.Orang bilang, gairah akan memudar seiring lamanya pernikahan. Tapi tidak bagi kami. Justru semakin kuat, semakin dalam, karena kami sudah tahu betul bagaimana menyenangkan satu sama lain.Seperti malam ini. Setelah kupasangkan pengaman, Melati tersenyum lalu menaiki tubuhku.“Aku takut Mas Bian

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 326 : Kedatangan Ibu

    *Aku sempatkan diri ke kantor sebentar untuk mengurus beberapa hal, lalu mandi dan menyegarkan diri. Aku ingin saat bertemu anak dan istriku nanti, pikiranku sudah jernih. Tak ingin bayang-bayang kejadian siang tadi ikut terbawa pulang.Kini aku sudah di jalan. Seperti biasa, kukirim pesan pada Melati—barangkali ada titipan. Tapi Melatiku hanya membalas singkat, agar aku segera pulang, karena ia sudah menunggu.Senyumku langsung merekah. Hatiku yang sempat kusut kembali bersemi. Tekanan dan lelah yang selama ini membebani kami berdua memang harus mendapat kompensasi. Aku ingin malam ini menjadi milik kami. Kupastikan ranjang kami sampai reyot menyambut kerinduan yang lama tertahan.Sudah hampir sampai di apartemen saat ponselku berbunyi. Pesan dari Melati masuk:[Kalau masih di jalan, mampir ke minimarket ya, Mas. Beli pengaman. Dokter bilang boleh berhubungan, tapi jangan keluar di dalam]Aku hanya tertawa kecil membaca pesannya. Balasku cepat:[Siap, Nyonya]Padahal aku sudah ada di

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 325 : Situasi Yang Menegangkan

    *DORR!Dentuman keras itu mengguncang segalanya. Suara tembakan memekakkan telinga, dan dalam sekejap kepalaku berdengung hebat. Seolah jiwaku tercerabut dari tubuh—melayang tanpa kendali. Dunia mendadak gelap.Dalam detik-detik antara hidup dan mati itu, hanya satu wajah yang terbayang: Melati. Senyumnya. Kehangatannya. Juga kecemasan tentang banyak hal yang belum sempat kuselesaikan. Anakku... istriku... mereka masih membutuhkan aku. Aku belum rela pergi.Tapi justru tubuh yang berdiri di depanku itu yang roboh ke lantai. Seketika itu juga, darah mulai merembes dari dadanya, membentuk genangan kecil di bawah tubuhnya yang terkulai.Kevin.Bukan aku yang tertembak.“Siapa yang menembak?” gumamku panik, buru-buru menoleh ke segala arah, napasku belum stabil.Di sudut ruangan, seorang wanita berdiri kaku. Tangannya gemetar hebat. Pistol yang tadi tergenggam kini jatuh, menggelinding pelan di lantai. Tubuhnya lunglai, lalu ia jatuh terduduk sambil menangis, seluruh ketegangan meledak d

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 324 : Bertemu Kevin

    *“Aman, Pak.” Jawaban Pomo terdengar mantap, penuh keyakinan, seolah ingin menebus kesalahan yang lalu.Dia bahkan memperketat pengamanan. Mobil yang biasa digunakan Melati kini sudah dipasangi GPS. Sopirnya pun dipilih khusus—bukan sekadar bisa menyetir, tapi mampu bertindak jika sesuatu yang buruk terjadi di jalan.Aku memang jadi seposesif itu padanya sekarang. Tapi bukan karena curiga. Karena aku tahu, ada bahaya yang bisa saja mengintainya kapan saja.Hanya saja, aku tak mau Melati merasa seperti tahanan. Karena itu, aku minta semuanya dilakukan dari jarak yang aman tanpa terlihat dan juga dengan profesional.“Aku tidak akan mengampunimu lagi kalau kali ini orang yang kau tugaskan gagal melindungi anak istriku.”Kukatakan kalimat itu dengan tekanan. Pomo tahu aku tak sedang menggertak. Kesempatan kedua sudah pernah kuberikan, dan aku bukan pria yang mudah memberi yang ketiga.“Siap, Pak. Saya pastikan semuanya terkendali.”Begitu panggilan terputus, aku segera bersiap. Lia dan A

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 323 : Semakin Posesif

    * Kusempatkan menelepon Pomo setelah sarapan pagi itu seusai membaca pesannya tadi. “Mau apa dia minta ketemu?” tanyaku. Masih terbias rasa kesal dan murka di wajahku mengingat pria brengsek itu.Padahal, harusnya sarapan pagi ini menjadi sarapan yang hangat setelah kami sudah memutuskan rujuk kembali melanjutkan rumah tangga kami.Tapi lagi-lagi, Kevin Wijaya kembali merusak suasana hatiku. Sepertinya aku harus segera menyelesaikan semua masalahku dengannya.“Dia tidak terima dengan laporan Anda, Pak,” Pomo menjelaskan.“Oke. Kalau dia mau bertemu, temui saja aku di Hotel Nagasura. Sekalian aku ada urusan terkait teken kontrak kerja sama baru,” ujarku.Hari ini aku memang akan bertemu dengan direktur perusahaan raksasa di negeri ini untuk membahas kerja sama baru kami.Sebelumnya, perusahaan ini bermasalah dengan perusahaan Kevin, akhirnya memutuskan kontrak lebih cepat dan berpindah ke perusahaanku.Sekalian saja biar Kevin lebih panas dan terbakar melihat kami bersatu dalam kerja

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status