Home / Rumah Tangga / Gelora Hasrat Istri Kedua / Suasana yang akan dirindukan Suci.

Share

Suasana yang akan dirindukan Suci.

Author: Na_Vya
last update Last Updated: 2023-07-06 18:10:30

"Mami …."

Niken menghela napas panjang, menjeda sejenak kalimat yang ingin dia sampaikan pada putera angkatnya yang tampan itu. Sebenarnya ada sesuatu yang beberapa hari ini mengganggu pikirannya. Namun, karena semua orang tengah disibukkan dengan persiapan keberangkatan Queen dan Samudra, dia jadi menundanya.

Hal yang mungkin akan membuat Samudra merasa tidak nyaman dan merasa dikekang. Tetapi, Niken melakukan semua itu juga demi kebaikan bersama.

Samudra meletakkan cangkirnya ke meja, lalu menegur Niken yang tak kunjung bicara. "Mom, are you, oke?" Lantas mengulurkan tangannya untuk menyentuh tangan Niken.

Niken terkesiap, dan segera tersadar dari lamunannya. "Ah, hmm … Iya. Mami baik-baik aja," sahutnya sedikit terbata. Perempuan berkulit sawo matang itu lalu berdeham ringan. "Hmm … Begini, Sam. Ada yang mau mami tanyain ke kamu."

"Tanya apa, Mom?" Samudra menegakkan punggung, menatap serius lawan bicaranya yang juga nampak sangat serius. Tangan kanannya masih menggenggam tangan Niken, sementara tangannya yang lain memegang cangkir yang isinya tersisa separuh.

"Beberapa hari ini mami gak sengaja mergokin Queen curi-curi pandang ke kamu. Terus tadi waktu di rumahnya tante Suci, mami gak sengaja tabrakan sama Queen pas di depan pintu dapur. Dia kayaknya habis nangis. Tapi … Yang jadi pertanyaan, kenapa kebetulan banget pas habis kamu masuk dari sana, terus Queen nyusul masuk."

Niken berusaha bicara dengan hati-hati, tak ingin membuat Samudra merasa sedang diinterogasi. Sementara yang ditanya nampak memaksakan senyum, meskipun itu sama sekali tidak membantu menghilangkan rasa cemas dan takut yang ada.

Samudra harus menjawabnya dengan tepat, jika tidak mau sang ibu mengendus masalah antara dirinya dan Queen. Jangan sampai. "Masa, sih, Mom? Kok, aku gak tau, ya?" Senyuman kaku itu berganti dengan tawa sumbang, serta gerutuan di dalam hatinya.

Ingatan Samudra pun kembali pada adegan ciuman mendadak dari Queen. Dan itu sudah sangat jelas sekali, dampak yang diakibatkan; gelisah berkepanjangan, resah tak keruan serta tak berhenti menjilat bibir bawah. Rasa-rasanya, jejak manis yang ditinggalkan dari bibir Queen masih membekas di bibirnya. Ck!

Jika terus seperti ini, bisa-bisa Samudra tidak bisa mengendalikan perasaannya. Semua yang sudah dia lakukan akan sia-sia.

Jawaban Samudra tak mampu mengenyahkan rasa penasaran di hati Niken. "Kamu gak mau cerita ke Mami?" Bola mata Niken melebar, ketika sang anak justru menjawabnya dengan gelengan. Dia berdecak, lalu berkata lagi, "Mami tuh sebenernya curiga sama Queen. Kayaknya dia punya perasaan ke kamu, Sam."

"Mom, gak usah mengada-ngada, deh?" Samudera tertawa garing seraya mengibaskan tangan. Cangkir yang sedari tadi di genggaman dia angkat, lalu dia habiskan isinya.

Dari balik cangkir itu, diam-diam Samudra menatap Niken, sambil membatin, "Kenapa Mami tiba-tiba ngomong gitu, ya? Apa jangan-jangan Mami ngeliat waktu Queen nyium aku? Haiisshhh … Kenapa jadi ribet gini, sih?"

"Sam, dengerin Mami." Niken membenahi rambutnya yang sedikit berantakan akibat ulah Raka waktu di kamar.

Samudra lantas meletakkan cangkirnya, lalu melipat tangan ke meja. Dia mengangguk, menunggu apa yang hendak disampaikan oleh sang ibu.

Semoga ini tidak berlebihan, pikir Niken.

"Nanti waktu di Singapur, mami minta kamu jaga jarak, ya, sama Queen?"

Kening Samudra mengernyit. "Ja … uhin … Queen? Maksudnya?" Dia bahkan sampai harus mengulang kalimat itu, sambil menerka-nerka.

'Aku gak salah denger 'kan? Tadi Mami minta aku buat jauhin Queen. Itu artinya, aku disuruh jaga jarak.' Samudra berseru dalam hati.

"Bukan dijauhin. Tapi jaga jarak, Sam." Niken memeragakan dengan kedua tangannya yang dia tarik perlahan, merentangkannya.

"Kenapa, Mom? Kan, Sam diminta buat jagain Queen, mana mungkin Sam jauh-jauh dari dia? Yang ada nanti aku kena semprot sama Om Alex." Samudra menggeleng enggan, tidak setuju dengan permintaan maminya.

"Ya … Jangan jauh-jauh juga," ralat Niken, lalu menghela lelah, karena merasa bingung harus bagaimana menjelaskannya pada Samudra. "Kamu cukup pantau dia dari jauh, Nak. Queen itu suka sama kamu. Takutnya kalo kamu khilaf. Terus …."

"Astaga, Mom? Mami mikirnya kejauhan." Samudra memotong praduga Niken yang tak mendasar sama sekali. Mana ada seperti itu? Memangnya Samudra ini cowok gampangan? Dicium saja dia berhasil tidak membalas meski hal tersebut hampir membuatnya tidak waras. Ck!

"Ya … Kan, siapa tau aja, kamu tergoda sama dia." Niken lantas beranjak dan mengambilkan segelas air putih untuk Samudra. "Itu diminum dulu obatnya." Dia sodorkan gelas itu.

"Thanks, Mom." Samudra meminum obat penghilang rasa pusing di kepala.

Niken menghela pendek kemudian kembali duduk, lalu bertanya, "Kenapa tiba-tiba kamu pusing?"

"Gak tau, Mom." Pundak Samudra mengedik, menyandarkan punggung ke sandaran kursi lalu bersedekap. "Mami gak usah khawatir soal masalah itu. Sam yakin, Queen gak ada perasaan sama aku."

Berbohong sedikit demi kebaikan tidak masalah, bukan? Ini pun kali pertama Samudra berbohong pada maminya. Bukan apa-apa, dia hanya tidak ingin ibunya yang sedikit bar-bar itu menjadi kepikiran.

"Gimana, ya … Soalnya mami gak sekali dua kali mergokin dia curi-curi pandang sama kamu." Sebagai seorang perempuan, Niken pastinya lebih jeli dalam hal tersebut. Meski Queen belum berani terang-terangan di hadapan semua orang.

"Memangnya apa, sih, yang Mom takutin?" tanya Samudra, yang penasaran kenapa maminya itu begitu cemas.

Lagi-lagi Niken menghela gusar. Telunjuknya mengetuk-ngetuk tepi meja makan sambil menopang dagu. "Hmm … Mami bukannya takut. Bisa dibilang mami, tuh, gak mau kamu ngasih harapan sama dia. Seandainya dia sewaktu-waktu ngungkapin perasaannya. Mami kenal Queen itu dari dia masih bayi merah sampe segede itu. Queen itu cenderung keras kepala kalo udah pengen sesuatu."

Untuk yang satu itu Samudra pun mengangguk setuju. Queen memang agak keras kepala dan sedikit manja. Apa yang menjadi keinginannya sebisa mungkin harus dia dapat. Entah apa pun caranya.

"Sam bisa jamin kalo hal itu gak akan terjadi, Mom. Queen udah aku anggap kayak adik sendiri. Lagian, aku juga udah punya pacar, kok," aku Samudra, dan itu disambut dengan antusias oleh Niken.

"Eh? Kok, mami gak tau? Memang siapa pacar kamu?" Saking antusiasnya Niken sampai beringsut maju dan melebarkan kedua matanya.

Samudra tersenyum, lalu menjawab, "Mami kenal, kok, orangnya."

Alis Niken menaut. "Siapa?" Seingatnya, Samudra jarang membawa teman perempuan ke rumah, jadi wajar saja kalau dia tidak ingat.

"Janne, Mom." Raut Samudra berseri, dan agak tersipu-sipu.

"Jane? Maksud kamu … Jannet?"

"Yes."

☘️☘️☘️

"Bundaaa … Bun … Bundaaa …."

Seperti hari-hari biasanya, Queen selalu berteriak memanggil-manggil Suci begitu dia terbangun di pagi hari. Meminta bantuan sang bunda untuk mempersiapkan segala kebutuhannya. Hal inilah yang akan dirindukan Suci ketika nanti anak gadisnya itu tak lagi bersamanya.

"Iya, sebentar." Dari dapur Suci menyahut, lalu meminta Mis Mery melanjutkan pekerjaannya. "Mis, ini nanti kalo udah mendidih matiin aja kompornya. Mas Alex gak suka kalo terlalu mateng sayurnya." Suci melepas apron dari badannya, lalu menggantungnya di belakang lemari pendingin.

"Baik, Nyonya." Mis Mery meletakkan dua gelas susu cokelat untuk si kembar yang sudah siap. Kemudian, dia bergegas menuju ke depan kompor.

Sementara Suci meninggalkan dapur dan bergegas menuju kamar sang anak yang masih saja bersikap manja. "Suasana kayak gini yang nanti bikin aku kangen sama si kriwil," gumamnya sembari meniti anak tangga satu persatu.

***

bersambung …

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Ending...

    "Maafin aku, Sam. Selama ini aku udah banyak bohong sama kamu," ucap Jannet, menyadari kesalahan yang sudah dia buat di belakang Samudra—pria baik yang sempat singgah di hatinya. Keserakahannya membuat hubungannya dengan Samudra berantakan. "Ya. Aku udah maafin kamu." Samudra mengusap lengan Jannet sebentar. Maniknya menatap pada perut mantan istrinya itu. "Gimana kondisi janinnya? Sehat 'kan?" Jannet mengangguk. "Dia sehat." "Justin mau tanggungjawab 'kan?" Samudra berharap kehidupan Jannet bisa lebih baik lagi setelah ini. "Mau. Minggu depan kami menikah secara siri." "Syukurlah." "Kalau kehamilan Queen, gimana?" Jannet tiba-tiba menanyakan perihal kehamilan Queen, yang sama sekali tidak diketahui oleh siapa pun kecuali orang terdekat. Tentunya Samudra terheran sekaligus terkejut. "Darimana kamu tau kalau ..." Jannet tersenyum, tak ada lagi kebencian di matanya ketika membahas Queen. "Aku sempat lihat dia di rumah sakit. Dan kebetulan, dokter yang menangani kami sama." Samu

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Bab-35

    Hari yang dinanti-nanti oleh Samudra pun akhirnya tiba. Hari ini merupakan hari di mana dia akan benar-benar berpisah dengan mantan istrinya, Jannet. Setelah ini lelaki yang sebentar lagi akan menjadi seorang ayah itu sudah memiliki banyak sekali rencana. "Kamu yakin gak mau aku temenin?" Queen mencoba memastikan sekali lagi, meski dia akan mendapat jawaban yang sama dari sang suami, yang sudah siap berangkat pagi ini. Samudra mengangguk, sambil mencolek dagu sang istri. "Iya, Sayang. Kamu gak perlu ikut ke pengadilan. Capek. Lagipula ini adalah urusanku." Bibir bawah Queen mencebik, "Iya, deh. Aku juga males kalo ketemu mantan istrimu. Ngeri." Selanjutnya dia terkikik, sambil menggamit lengan Samudra. "Ayo sarapan dulu. Tadi aku udah siapin sarapan spesial buat suamiku yang ganteng ini." "Wah ... Wah ... Si kriwil udah pinter masak sekarang. Jadi gak sabar aku." "Enak aja kriwil! Ngomong-ngomong aku udah gak kriwil, ya!" sungut Queen, pura-pura kesal, padahal dalam hat

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Akhir

    Dua pekan berlalu, semenjak kehamilan Queen diketahui oleh keluarganya, situasi perempuan itu semakin rumit. Kebebasannya seolah direnggut paksa oleh orang-orang yang menurutnya terlalu berlebihan dalam menjaganya. Dengan alibi—ingin melindunginya dan bayinya. Tak hanya itu, dia pun tak lagi bisa bebas bertemu dengan Samudra sebelum lelaki itu resmi bercerai dari istrinya. Lantas, bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Samudra? Alex selaku ayah yang mengadopsi Queen mempunyai caranya sendiri. Sama halnya seperti yang lelaki itu lakukan pada Suci dahulu kala. Alex menyarankan agar Queen dan Samudra menikah secara agama terlebih dahulu, sampai bayi yang ada di dalam kandungan lahir. Sambil menunggu status Samudra benar-benar jelas. "Kita ini udah nikah, tapi, kenapa Daddy ngelarang kita tinggal bersama? Apa menurut Bang Sam ini gak terlalu berlebihan, ya? Gak enak banget gak bisa ketemu kamu." Queen terus mengeluh sejak di tiga puluh menit pertama dia dan Samudra melakukan pan

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Jalan keluar

    Bagi Suci, hal paling terburuk dalam hidupnya ialah gagal menjadi orang tua. Dia merasa gagal sebab kini masa lalu kelamnya seperti terulang kembali. Ya, entah Suci akan menganggapnya sebagai apa. Yang jelas, hatinya saat ini hancur lebur. 'Queen hamil ...' Dua kalimat tersebut tak berhenti berdengung di telinga Suci. Mengakibatkan air matanya kian deras mengalir membasahi pipi. "Bunda ...." Panggilan dari sang anak yang menjadi penyebab kesedihannya menyadarkan Suci. "Queen?" Suara Suci nyaris tak terdengar, karena cekat di tenggorokan yang kian menghimpit. Sesak di dadanya makin terasa. Pandangannya sedikit mengabur. Kedua bola matanya menatap nyalang sang anak yang berdiri berdampingan dengan Samudra. Alex yang sedari tadi kebingungan serta bertanya-tanya berinisiatif menghapus jejak basah di pipi Suci. "Sayang ...." Suara khas Alex mampu mengalihkan perhatian Suci. Kini, dia bisa melihat dan merasakan—kekecewaan dari sorot manik bulat itu. "Mas ...." Kelopak m

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Kebetulan tak terduga

    Beberapa menit sebelumnya.... Suci menghempas punggungnya ke sandaran kursi sambil menghela panjang. "Akhirnya selesai juga. Tinggal cari bahan sama pesen payet," gumamnya, setelah berhasil menyelesaikan sketsa gaun pengantin pelanggannya. Seharian ini Suci lumayan sibuk sebab dia akan mempersiapkan koleksi-koleksi terbarunya di tahun ini. Masih banyak yang belum sempat dia selesaikan. Ditambah dengan pesanan gaun yang tak pernah berhenti. Suci cukup kewalahan. "Si Niken berangkat gak, sih hari ini? Kenapa seharian aku gak liat dia?" Saking sibuknya, Suci sampai tidak beranjak sedetik pun dari ruangannya. Sampai-sampai dia baru menyadari jika dia belum melihat Niken seharian ini. "Apa dia gak berangkat, ya?" pikir Suci, mengira jika sang sahabat tidak masuk kerja. "Coba aku cek aja, deh." Daripada penasaran, lebih baik dia memastikannya saja langsung. Tanpa menunggu lagi, Suci bergegas beranjak dari tempatnya, lalu keluar ruangan, dan menuju ruangan Niken. Ketika di

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Terungkap

    Sore-sore begini, tidak biasanya Queen baru bangun tidur. Dia bahkan terbilang jarang sekali betah berada di rumah jika sedang tidak ada pekerjaan. Biasanya, Queen akan menghabiskan waktu di berbagai tempat—mencari inspirasi untuk konten-kontennya. Ah, mengenai konten. Queen sudah lama tidak mengunggah postingan di laman private-nya. Akun rahasia yang tidak ada satu orang pun yang tahu. Termasuk Samudra. Queen sangat berhati-hati untuk hal yang satu itu. "Jam berapa sekarang?" Queen bergumam sambil beranjak dari kasur ternyaman, lalu melangkah menuju kamar mandi. Dia berencana mandi, sebab dari sejak pagi rasanya sangat malas sekali untuk sekadar mencuci muka. "Astaga mukaku!" Ketika bercermin, Queen nampak syok dengan kondisi wajahnya yang sangat kucel. Rambutnya pun sangat lepek. Apalagi di beberapa bagian tubuh seperti ada yang berubah. "Kayaknya aku tambah gemuk, deh? Payudaraku kayak tambah gede," cicit Queen, meraba-raba bagian dada yang dia rasa berubah bentuk. "

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status