LOGINMalam harinya, Tasya bersiap sedangkan Liora sudah masuk ke dalam rumahnya untuk menjemput Tasya.
"Selamat malam, Tante." Sapa Liora kepada Thresa yang ditanggapi Thresa dengan senyuman. "Hai, Noah." Sapanya juga kepada Noah yang sedang duduk membaca buku. "Hai, Kak. Kalian ingin pergi?" Noah menebak jika kakaknya akan pergi bersama sahabatnya ini. Dan perkataan Noah di angguki oleh Liora. "Aku ingin meminjam kakak-mu sebentar," Liora terkekeh yang membuat Noah tersenyum mengangguk mengerti. "Eeh! sejak kapan kau datang?" Tasya terkejut saat keluar dari kamar dan melihat Liora ternyata sudah ada di dalam rumahnya. "Sedari tadi, kau sangat lama, sudah ayo." Ajaknya. "Tante, aku nitip Noah ya, " Tasya pamit kepada Tantenya yang di senyumi oleh Thresa "Jangan khawatirkan Noah, dia aman bersama Tante." Thresa tentu saja membiarkan Tasya keluar agar tidak terlalu memikirkan pekerjaannya. Dia juga pasti membutuhkan refreshing dan bersenang-senang. Setelah pamit, Mereka akhirnya melajukan mobilnya menuju club di mana mereka memang sudah sering nongkrong di sana. "Ayahmu masih di luar kota?" Tasya membuka pembicaraan karena beberapa hari yang lalu, Liora mengatakan jika ayahnya berada di luar kota. "Tidak, hanya saja dia jika malam suka lembur, aku jadi kesepian." Liora menghela nafas panjangnya karena memang dia delalu kesepian di mansion besarnya. "Jangan mabuk, aku tidak ingin kerepotan membawa orang teler." Tasya menasehati Liora karena dia memesan minuman dengan kandungan alkohol di dalamnya. Liora sendiri terkekeh nakun merubah raut wajahnya "Aku benar-benar bingung untuk menyatukan Mommy dan Daddy, aku bisa melihat Mommy sangat mencintai Daddy, tapi Daddy seperti sudah tidak mau kembali dengan Mommy." Suaranya seperti lelah menceritakan masalah orang tuanya, namun dia membutuhkan seseorang untuk mencurahkannya. "Kau tidak tau masalah mereka, kau harus mencari tau terlebih dahulu. Mana tau masalah mereka sangat serius sehingga ayahmu tidak mau kembali dengan ibumu," Tasya memberitahu Liora karena memangs edari kemaren Liora selalu berusaha untuk menyatukan orang tuanya. "Mommy mengatakan jika hanyalah salah paham, mereka berdua sangat posesif dan pencemburu berat, untuk itu mereka berpisah. Tapi Mommy sudah sering kali meminta maaf kepada Daddy dan ingin mereka bersatu kembali, tapi Daddy sudah benar-benar tidak mau. Mommy menaruh curiga kepada Daddy jika dia sebenarnya memiliki wanita lain." "Apa hanya ibumu yang mengatakan masalah mereka? Bagaimana dengan ayahmu? Bukannya kau pernah mengatakan jika ayahmu tidak akan menikah lagi tanpa persetujuan darimu" Tanyanya. "Daddy sama sekali tidak mengatakan yang sebenarnya alasan mereka berpisah. Dan aku pun percaya dengan Daddy jika dia tidak mungkin memiliki wanita lain." Liora sangat percaya dengan ayahnya jika dia tidak mungkin memiliki wanita lain karena Liora tidak akan menyetujui ayahnya menikah lagi jika bukan dengan ibunya. "Aku sangat berharap mereka bisa kembali seperti dulu lagi." Sambungnya lalu menghela nafas panjangnya. "Tapi jika ayahmu tidak ingin kembali kepada ibumu, akan sebaiknya jangan dipaksa, Ra. Pasti ada alasan yang kuat sehingga ayahmu tidak mau kembali kepada ibumu." Tasya merasa jika dalam sebuah hubungan salah satunya sudah tidak menginginkannya, akan lebih baik tidak diteruskan yang akan membuat keduanya terluka satu sama lain. "Entahlah, aku masih berusaha ingin mereka kembali, aku masih yakin jika mereka sebenarnya masih saling menyayangi satu sama lain. Mereka sudah bersama sangat lama, Sya." Tasya akhirnya tidak bisa mengomentari apapun lagi jika memang Liora sudah memiliki keinginan seperti itu, karena dia sendiri juga tidak tau masalah orang tua Liora yang sebenarnya. "Liora, maafkan aku, sebentar lagi aku harus pulang, aku tidak bisa menemanimu lama-lama karena aku sudah berjanji dengan adikku akan kembali dalam satu jam." Tasya mengumpati perkataannya karena terpaksa lagi-lagi menggunakan nama adiknya untuk pergi dari sana. "Hm, tidak apa, aku mengerti, aku sudah sangat senang karena kau bisa menamniku, tapi lain kali kau harus menginap di mansionku ya, atau paling tidak kita menginap di apartemen." Perkataan Liora hanya bisa di angguki oleh Tasya. "Jika adikku sudah lebih baik, aku berjanji akan meluangkan waktu untukmu lebih lama. Wanita manja." Tasya tersenyum dan mencubit pelan pipi Liora yang membuat dia terkekeh. "Sepertinya aku harus mengatakan kepada Daddy jika dia harus mengadopsi anak lagi, kau harus menjadi kakak-ku." Liora merasa jika Tasya memang harus selalu bersamanya karena hanya dia yang bisa menenangkannya dna bahkan tidak memanfaatkannya. Umur Natasya dan Liora memang selang 3 tahun lebih tua Tasya dibandingkan dnegan Liora, mereka dulu satu sekolah hanya saja Tasya pernah berhenti dari sekolah dulunya, sehingga dia terlambat untuk masuk ke sekolah lagi dan memiliki teman yang kebanyakan lebih muda darinya. Tasya dengan buru-buru naik taksi dan menuju ke apartemen Leon karena dia sudah terlambat 10 menit. "Semoga dia tidak marah." Gumamnya lalu masuk ke dalam apartemen karena memang dia memiliki akses masuk ke dalam. "Kau terlambat." Leon menghembuskan asap rokoknya dan duduk di ruang tamu karena memang sengaja menunggu Tasya sedari tadi. "Maaf, tadi di jalan sangat macet, aku juga baru dapat taksi." Tasya merasakan jantungnya berdetak dengan cepat karena takut Leon akan marah dengannya. Leon tidak menjawan namun mengkode Tasya untuk mendekat ke arahnya, Tasya yang mengerti meletakkan tasnya dan langsung duduk di atas pangkuan Leon, padahal dia hanya menyuruhnya untuk mendekat. "Maaf, ya." Tasya memberianikan diri dan sengaja merayu Leon agar dia tidak marah, Leon akhirnya tersenyum tipis dan langsung meraih bibir Tasya dan dimainkan olehnya. Tasya sendiri langsung membalasnya dan bahkan dengan nakalnya membuka kemeja Leon yang membuat Leon sendiri tersenyum. "Baru satu kali, kau seperti sudah ahli." Leon mengendus leher Tasya yng disukai olehnya. Bau tubuh Tasya membuat dia cepat bereaksi dan memginginkannya. "Aku hanya menggunakan instingku, aku wanita dewasa, jadi cukup tau bagaimana menyenangkan pasangan meskipun baru pertama kali." Perkataan Tasya membuat Leon terdiam sebentar lalu menghentikan aktifitasnya. "Pasangan?" Beo Leon. "Ya, kenapa?" Tasya menjadi bingung sendiri karena Leon menghentikan aktifitasnya. "Saat pertama kali kita bertemu, perjanjiannya adalah aku tidak boleh berhubungan dengan pria lain saat masih menjadi sugar baby-mu, jadi aku mengira kau akan menjadi pasanganku meskipun dengan kata lain hanya simpanan. Tapi aku menganggapmu pasanganku, itupun jika kau tidak keberatan," Tasya menjelaskannya dengan hati-hati karena takut Leon tidak menyukai perkataannya. "Aku berjanji tidak mengatakan kepada siapapun," sambungnya yang takut Leon mengira jika dirinya akan mengatakan kepada semua orang jika dia memiliki pasangan yaitu dirinya. "Tidak, bukan begitu. Maksutku. Umurku dan umurmu terpaut jauh, bagaimana kau bisa mengira dan menganggapku sebagai pasanganmu?" Entah kenapa Leon merasa aneh sendiri saat Tasya menganggapnya sebagai pasangannya. "Entahlah, bukanlah umur hanyalah angka? Aku tidak tau kau mengira aku sebagai jalang atau tidak karena nyatanya memang aku jujur melakukan ini karena uang, aku sangat membutuhkannya. Tapi aku meyakinkan diriku jika aku melakukan ini karena kau pasanganku. Lagi pula aku melakukannya bukan dengan suami orang. Jadi untuk itu aku menganggapmu sebagai pasanganku, Maaf jika aku lancang." "Kau harus tau jika aku memiliki putri yang hampir seumuran denganmu." Tasya melotot dengan perkataan Leon.Liora menghampiri Tasya dan bahkan langsung menamparnya yang membuat Tasya dan Leon jelas saja terkejut. "Liora!" Leon yang marah langsung menarik tangan putrinya karena sudah menampar Tasya. "Jadi benar, jika Daddy berselingkuh dari Mommy? Kau berselingkuh dengan wanita muda dan bahkan dia adalah sahabatku, kalian berdua menipuku." Ucap Liora yang masih marah. "Tidak ada yang menipumu, dan aku pun tidak pernah menyelingkuhi ibumu, kau harus mendengarkan Daddy terlebih dahulu. Jangan seperti ini." Leon masih mencoba bersanar meskipun sebenarnya dia benar-benar marah dengan apa yang dilakukan oleh Liora. "Kami memang memiliki hubungan sudah lama, bahkan sebelum Daddy tau jika dia adalah sahabatmu, begitupun dengan Tasya, dia tidak tau waktu itu jika Ku adalah ayahmu." "Kami memang menyembunyikannya karena tau kau belum siap waktu itu untuk memiliki ibu sambung, kami sudah akan memberitahumu saat kau pulang dari study tour tapi kau melihatnya lebih dulu." Ucap Leon menjelaskan
"Terima kasih, Sayang. Keluargaku sangat menyukaimu." Ucap Tasya saat keesokkan paginya berada di kantor. "Hm, mereka harus menyukaiku, jika tidak! Aku akan menculikmu dari mereka." Tasya terkekeh dan memeluk tubuh kekasihnya ini. "Cukik saja, aku senang jika kau melakukanny." Tasya menantang Leon namun dia malah tertawa menanggapinya. "Jangan membuatku semakin gemas denganmu, Sayang. Atau aku akan menggigitmu." Ucap Leon yang bahkan menggigit pelan pipi Tasya namun dia malah terkekeh. "Kapan kau berencana akan mengatakan semua ini kepada Liora?" "Entahlah, tapi secepatnya, mungkin dalam waktu dekat ini, kau siap bukan?" Tasya mengangguk dengan perkataan Leon meskipun dia menghela nafas panjangnya tanda sebenarnya dia memang gelisah jika saat nanti Liora tau tentang hubungannya dengan Leon. "Baiklah, sekarang aku akan ke mejaku, aku tidak mau makan gaji buta karena selalu kau tahan di sini dan terkadang hanya kau minta untuk di peluk." Tasya melepaskan pelukannya namun L
Di kantor, siang harinya tiba-tiba saja kepala Tasya menjadi pusing yang menjadikannya tidak bisa berkonsentrasi dalam mengerjakan pekerjaannya. "Kenapa kepalaku menjadi pusing seperti ini." Gumam Tasya yang memegangi kepalanya. Dia melihat jam di tangannya yang sepertinya mungkin karena dia belum makan siang dan kelelahan. "Mungkin aku masuk angin, semalam aku tidur dengan Leon tanpa memakai baju." Tasya masih berusaha positif, karena Leon sedang meting, dia akhirnya pergi sendirian untuk makan siang di restoran sebelah. Namun tak lama ternyata Liora menghampirinya. "Aku tadi mencarimu di mejamu, kau tidak ada malah sudah makan di sini." Liora mengomel karena buasanya Tasya tidak makan lebih awal seperti ini. "Aku lapar, Liora! Tidak ada larangan untuk karyawannya makan saat lapar bukan? Lagi pula ayahmu sedang meting di luar. Jadi dia tidak akan tau jika aku keluar kantor lebih awal." Tasya terkekeh sendiri karena jika Leon tau pun, dia tidak akan marah dengannya hanya k
"Kau nakal sekali, kenapa kau tidak menutupinya?" Leon terkekeh karena kekasihnya benar-benar jahil dan berani menghadapi Emma, namun dia snagat menyukainya. "Aku saja baru tau jika karyamu ini sangat banyak di leherku, jadi sekalian saja aku memanasinya." Ucal Tasya yang memang sengaja. Leon tertawa dan akhirnya ingin menciumnya namun Tasya terkejut dan jelas saja menoleknya. "Banyak pelayan di sini." "Mereka akan pura-pura buta jika mengetahuinya. Mereka ada di pihakku dan tidak mungkin mengatakan kepada siapapun meakipun itu dengan Liora." Namun belum Tasya menjawab, dia segera menjauh dari Leon ketika sepertinya Liora akan turun. "Eh! Natasya! Kau ini dari mana saja. Aku mencarimu, aku terkejut kau tidak ada di kamar." Liora terkejut dan mengomeli Tasya namun dia malah terkekeh dan menggaruk dahinya. "Aku tadi meminjam bajumu dan berolahraga disekitar sini, aku tidak memberitahumu dan membangunkanmu krena kau sangat lelap, aku tidak tega." Jelas saja itu hanya sebua
Leon turun dari kamarnya dan benar-benar merasa malas melihat mantan istrinya yang suka sekali mencari muka di depan putrinya. "Coba tanyakan ayahmu, mana tau temanmu itu ada di kamarnya." Ucap Emma yang melihat mantan suaminya ini turun. "Mom! Ck! Jangan seperti itu." Liora menegur ibunya yang jelas saja membuat Emma semakin kesal. "Kau seharusnya tau jika— "Sepertinya kau harus tau sesuatu, Liora." Ucap Leon yang menghentikan perkataan Emma yang akhirnya membuat Emma terdiam. "Ada apa, Dad? Apa kau tau di mana Tasya? Karena dia sedari tadi tidak ada di manapun, tapi barang-barangnya masih ada di kamar, bahkan ponselnya juga." Ucap Liora yang memang sedari tadi bingung mencari Natasya. Dia sudah bertanya kepada pelayan di sini, namun tidak melihat Natasya sama sekali di manapun. "Daddy bau bangun." Hanya itu jawaban Leon. "Mungkin dia sedang berolahraga di sekitar sini. Apa kau sudah mencarinya?" "Aah iya, benar juga. Kenapa aku tidak terfikirkan ya, tadinya aku men
"Ini benar-benar kabar baik, Sayang." Leon jelas saja senang karena perkataan Tasya kepadanya. "Hm, aku juga senang, sekarang hanya meluluhkan Liora, sepertinya aku harus selalu mencari perhatian dengan putri sambungku ini." Ucap Tasya terkekeh yang membuat Leon tersenyum. "Terima kasih, Sayang. Kau mau berjuang untuk hubungan kita, aku merasa beruntung." Leon benar-benar merasa bersyukur memiliki Tasya, awal dari kisah mereka yang hanya sebagai sugar Daddy. "Aku juga beruntung memilikimu, kau harus siap jika suatu saat aku menghabiskan uangmu, sugar daddy." Ucap Tasya yang membuat Leon tersenyum miring. "Hm, tidak masalah, kalau begitu. Kau harus bekerja keras untuk memuaskanku malam ini." Leon dengan mudahnya membuka baju yang dipakai oleh Tasya, dan Tasya sendiri membiarkannya saja. Dia bahkan juga dengan jahilnya menciumi leher Leon yang membuat dia jelas saja mengerang dengan perlakuan kekasih nakalnya. "Kau sudah lama tidak memakai pengaman." "Bukankah lebih nikmat







