LOGIN
"Buka bajumu!" Ucap Leon dengan suara beratnya kepada wanita muda yang sangat cantik di depannya.
Natasya menggigit bibir bawahnya dan akhirnya membuka perlahan kancing bajunya. Leon hanya bisa memandanginya dan melihat bagaimana cara gadis di depannya yang akan menyenangkannya. "Kemarilah!" Leon meminta Tasya untuk mendekat ketika dia sudah melepas bajunya dan hanya menyisakan bra dan kain segitiganya saja. Sebagai pria normal tentu saja Leon mengagumi tubuh Tasya yang ternyata sangat mulus dan indah. Namun sayangnya Tasya hanya diam saja yang membuat Leon menghela nafas panjangnya. "Pakai lagi bajumu dan pergi dari sini. Aku tidak suka dengan patung sepertimu." Leon benar-benar kehabisan kesabaran karena sedari tadi Tasya hanya diam dan bahkan menunggu disuruh olehnya sampai dua atau tiga kali. "T-tidak, Tuan! Maafkan aku. Ini pertama kalinya bagiku, aku benar-benar sangat gugup. Tolong maafkan aku. Berikan aku kesempatan lagi." Tasya mendadak panik karena pria matang di depannya malah mengusirnya, dia akhirnya memohon untuk tidak diusir dan diberikan kesempatan untuknya melayani pria tampan dan matang di depannya. Leon hanya diam saja, sesungguhnya ini juga pertama kali baginya saat dia sudah hampir dua tahun menduda, Setelah dua tahun ini, akhirnya dia menerima saran temannya dan mengenalkannya dengan wanita muda dan dijadikannya sebagi Sugar Babby-nya untuk menyenangkannya. Entah kenapa Leon menjadi tertarik dan ingin mencobanya mengingat dia juga membutuhkan teman karena sudah dua tahun ini merasa kesepian. Dia tidak bisa menikah lagi karena anaknya yang tidak setuju jika dirinya menikah kembali dengan wanita lain, terlebih memang selama ini belum ada yang membuat dia tertarik untuk melabuhkan hatinya lagi dengan wanita, untuk itu cara untuk mengusir kesepiannya adalah dengan memiliki simpanan yaitu Sugar Babby-nya ini. Leon yang masih diam saja hanya memandangi Tasya yang memang terlihat sangat gugup ketika mendekat ke arahnya dan duduk perlahan di pangkuannya. Leon akhirnya memejamkan matanya ketika Tasya sudah berani mencium lehernya. Dia yang merasa terpancing akhirnya menarik pelan tengkuk leher Tasya dan meraih bibirnya untuk dimainkan olehnya. Tasya yang sempat terkejut namun akhirnya membalasnya sesuai dengan instingnya, ini bukan yang pertama kalinya Tasya berciuman, dia dulu pernah memiliki kekasih namun akhirnya kandas karena ternyata kekasihnya berselingkuh darinya. Dia baru tau jika tubuh Sugar Daddy-nya ini sangat wangi, bahkan dia bisa merasakan tubuhnya yang berotot padahal dia masih memakai pakaian yang lengkap, dia juga sangat tau jika pria yang ada di depannya adalah pria yang sudah berusia 40 tahun, namun menurut Tasya wajahnya seperti umur 30 tahunan, dia sangat tampan dan memiliki wajah yang sempurna, dia benar-benar awet muda, meskipun menurutnya Leon sangat dingin dan terlihat seperti cuek ketika pertama kali bertemu dengannya. Entah kenapa dia memilihnya sebagai Sugar Babby-nya, namun Natasya tidak memperdulikan itu karena dia hanya membutuhkan uangnya untuk biaya pengobatan adiknya. "Aku harap kau tidak berbohong dengan mengatakan jika ini pertama kalinya." Leon memastikan lagi perkataan Tasya yang mengatakan jika dirinya masih gadis. Tanya menggelengkan kepalanya pelan karena perkataan Leon. "Ini memang pertama kalinya," Tasya meyakinkan pria matang di depannya ini agar tidak goyah dengannya dan takut jika dia akan membatalkannya. "Kalau begitu aku harus merasakannya sendiri, jika ternyata kau sudah tidak gadis lagi, aku tidak akan mau bertemu lagi denganmu dan tidak akan memberimu uang sepeserpun." Tasya hanya bisa mengangguk dengan ancaman Leon kepadanya, namun dia tidak takut sama sekali karena memang dia masih gadis dan belum pernah melakukannya dengan siapapun. Tasya terkejut dan semakin gugup ketika Leon membuka pengait bra-nya. "Berapa umurmu?" Tanya Leon tanpa menghentikan aktifitasnya. "25 tahun." Tasya menjawabnya sambil menggigit bibir bawahnya karena tangan Leon sudah mulai nakal memijat buah bongkahan kenyalnya. Leon tidak bertanya lagi dan memilih dengan aktifitasnya, entah kenapa biasanya dia tidak bernafsu dengan wanita sembarangan, tapi dengan Natasya, dia menjadi tertarik semenjak pertama kali temannya memberikan foto Natasya kepadanya, dia semakin penasaran saat bertemu dengannya secara langsung karena memang Natasya benar-benar cantik dan memiliki tubuh bagus di matanya. "Aaah! Tuan— ***** "Bagaimana keadaan adik-ku, Dok?" Natasya sangat panik saat mendapatkan kabar jika adiknya masuk ke rumah sakit, dia bahkan tadi berlarian di sepanjang lorong rumah sakit agar tau keadaan adiknya. "Aku sudah mengatakan sebelumnya, Sya. Jika adikmu harus segera di operasi, terapi dan dirawat saja tidak cukup untuk menghilangkan penyakitnya." Ucap Radit, dokter dari adik Natasya. Dia sudah berkali-kali mengatakan kepadanya bahwa adiknya membutuhkan operasi secepatnya karena takut nyawanya akan menjadi taruhannya ketika terlambat mendapatkan perawatan yang lebih lanjut. Natasya menggigit bibir bawahnya sekilas karena merasa bingung. "Beri aku waktu satu bulan, apakah cukup? Aku akan mengumpulkan uangnya dulu." Natasya tidak ada pilihan lain untuk kembali menundanya karena jumlah biaya operasi adiknya sangat besar dan dia benar-benar tidak memiliki uang sebanyak itu. Radit menghela nafas panjangnya dan akhirnya mengangguk dengan perkataan Natasya, "Aku harap kau bisa mendapatkannya secepatnya, maafkan aku. Bukan aku membuatmu akhirnya terburu-buru, tapi ini demi adikmu. Dia benar-benar membutuhkan perawatan lebih lanjut secepatnya." Radit sebenarnya cukup prihatin dan kasihan dengan Natasya karena tau bagaimana masalah ekonominya, namun dia juga tidak bisa melakukan apapun karena kebijakn rumah sakit dan mendesak Natasya untuk segera mendapatkan uangnya. Natasya mengangguk mengerti karena memang adiknya harus segera melakukan operasi. "Aku mengerti, Dok! Terima kasih." Dokter pamit pergi dari sana yang membuat Natasya langsung masuk ke dalam ruangan adiknya. Di sana dia melihat adiknya yang masih tertidur dengan oksigen di hidungnya. "Sya, kau sudah pulang." Ucap Thresa, tante dari Tasya yang memang bertugas menjaga Noah, adik dari Natasya. "Kenapa dengan kakimu, Sya? Jalanmu sepertti berbeda." Sambungnya yang membuat Natasya sedikit panik namun berusaha untuk tenang. "Tadi aku berlari saat datang ke sini, jadi aku tersandung dan terjatuh. Sepertinya sedikit terkilir." Nastasya beralasan denga asal karena tidak mau membuat Tantenya curiga kepadanya. Dia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya jika dirinya seperti ini karena kehilangan kegadisannya "Hati-hati, Sya. Apa kau tidak ingin di periksa dokter?" Sang Tante tentu saja khawatir karena jalan terlihat jika Tasya sesikit tidak nyaman dan merasakan sakit. Nastasya sendiri langsung menggeleng dengan perkataan Tantenya yang ingin memanggilkan dokter untuknya "Tidak perlu, Tante. Besok mungkin sudah sembuh, tidak terlalu sakit. Mungkin sedikit terkilir, nanti aku akan mengkompresnya dengan es batu." "Jaga kesehatanmu juga. Sya" Ucap Thresa yang disenyumi oleh Natasya dan di angguki olehnya. "Maaf sudah merepotkanmu, Tante." Tasya merasa tidak enak karena selama ini adiknya dijaga oleh Tantenya, sedangkan dia pergi bekerja setiap harinya karena memang hanya dia tulang punggung di keluarganya. Thresa sendiri terswnyum dan memegang tangan keponakannya. "Tidak masalah, Sya, kau dan Noah sudah seperti anak Tante sendiri, hanya Tante yang kalian punya, bukan. Anggap Tante sebagai ibu kalian." Perkataan Thresa membuat Natasya benar-benar terharu dan akhirnya memeluknya. "Apa kata dokter?" Tanya Thresa yang membuat Natasya menghela nafasnya. "Dia harus segera di operasi, Tan. Aku akan mengajukan pinjaman kepada bos-ku yang mungkin dia bisa membantu." Natasya terpaksa berbohong namun di angguki oleh Thresa. Setelah mengobrol sebentar, Natasya meminta Tantenya untuk pulang agar dia bisa istirahat dan giliran dia yang menjaganya. Dia menghela nafas panjangnya dan mengirimkan pesan kepada Leon karena dia tadi meninggalkannya dalam keadaan Leon masih tertidur. "Entah ini salah atau tidak, tapi setidaknya aku tidak bermain dengan suami orang bukan." Gumamnya yang menjadi sedikit gelisah akibat apa yang sudah dia lakukan dengan Leon tadi. Namun dia meyakinkan dirinya jika ini tidak salah karena dia tidak menjalin hubungan dengan suami orang. Natasya Grey, wanita cantik ini terpaksa menerima saran temannya yang memperkenalkannya dengan pria matang, namun menurutmya bisa dibilang sangat terpaut lumayan jauh dengannya, di mana dia masih berusia 25 tahun. Sedangkan pria yang dikenalkan olehnya berusia 40 tahun, mereka terpaut 15 tahunan. Natasya mendengar cerita temannya di mana dia memiliki Sugar Daddy yang selalu memenuhi kebutuhannya, hanya saja dia harus selalu menemaninya, katakanlah saja dia mungkin menjual dirinya, hanya saja dia hanya melayani sugar Daddy-nya, bukan dengan banyak pria. Untuk itu dia melakukannya asal bukan suami orang, dan keberulan yang di kenalkan temannya adalah pria yang tidak beristri dan dia mencari wanita yang masih gadis.Liora menghampiri Tasya dan bahkan langsung menamparnya yang membuat Tasya dan Leon jelas saja terkejut. "Liora!" Leon yang marah langsung menarik tangan putrinya karena sudah menampar Tasya. "Jadi benar, jika Daddy berselingkuh dari Mommy? Kau berselingkuh dengan wanita muda dan bahkan dia adalah sahabatku, kalian berdua menipuku." Ucap Liora yang masih marah. "Tidak ada yang menipumu, dan aku pun tidak pernah menyelingkuhi ibumu, kau harus mendengarkan Daddy terlebih dahulu. Jangan seperti ini." Leon masih mencoba bersanar meskipun sebenarnya dia benar-benar marah dengan apa yang dilakukan oleh Liora. "Kami memang memiliki hubungan sudah lama, bahkan sebelum Daddy tau jika dia adalah sahabatmu, begitupun dengan Tasya, dia tidak tau waktu itu jika Ku adalah ayahmu." "Kami memang menyembunyikannya karena tau kau belum siap waktu itu untuk memiliki ibu sambung, kami sudah akan memberitahumu saat kau pulang dari study tour tapi kau melihatnya lebih dulu." Ucap Leon menjelaskan
"Terima kasih, Sayang. Keluargaku sangat menyukaimu." Ucap Tasya saat keesokkan paginya berada di kantor. "Hm, mereka harus menyukaiku, jika tidak! Aku akan menculikmu dari mereka." Tasya terkekeh dan memeluk tubuh kekasihnya ini. "Cukik saja, aku senang jika kau melakukanny." Tasya menantang Leon namun dia malah tertawa menanggapinya. "Jangan membuatku semakin gemas denganmu, Sayang. Atau aku akan menggigitmu." Ucap Leon yang bahkan menggigit pelan pipi Tasya namun dia malah terkekeh. "Kapan kau berencana akan mengatakan semua ini kepada Liora?" "Entahlah, tapi secepatnya, mungkin dalam waktu dekat ini, kau siap bukan?" Tasya mengangguk dengan perkataan Leon meskipun dia menghela nafas panjangnya tanda sebenarnya dia memang gelisah jika saat nanti Liora tau tentang hubungannya dengan Leon. "Baiklah, sekarang aku akan ke mejaku, aku tidak mau makan gaji buta karena selalu kau tahan di sini dan terkadang hanya kau minta untuk di peluk." Tasya melepaskan pelukannya namun L
Di kantor, siang harinya tiba-tiba saja kepala Tasya menjadi pusing yang menjadikannya tidak bisa berkonsentrasi dalam mengerjakan pekerjaannya. "Kenapa kepalaku menjadi pusing seperti ini." Gumam Tasya yang memegangi kepalanya. Dia melihat jam di tangannya yang sepertinya mungkin karena dia belum makan siang dan kelelahan. "Mungkin aku masuk angin, semalam aku tidur dengan Leon tanpa memakai baju." Tasya masih berusaha positif, karena Leon sedang meting, dia akhirnya pergi sendirian untuk makan siang di restoran sebelah. Namun tak lama ternyata Liora menghampirinya. "Aku tadi mencarimu di mejamu, kau tidak ada malah sudah makan di sini." Liora mengomel karena buasanya Tasya tidak makan lebih awal seperti ini. "Aku lapar, Liora! Tidak ada larangan untuk karyawannya makan saat lapar bukan? Lagi pula ayahmu sedang meting di luar. Jadi dia tidak akan tau jika aku keluar kantor lebih awal." Tasya terkekeh sendiri karena jika Leon tau pun, dia tidak akan marah dengannya hanya k
"Kau nakal sekali, kenapa kau tidak menutupinya?" Leon terkekeh karena kekasihnya benar-benar jahil dan berani menghadapi Emma, namun dia snagat menyukainya. "Aku saja baru tau jika karyamu ini sangat banyak di leherku, jadi sekalian saja aku memanasinya." Ucal Tasya yang memang sengaja. Leon tertawa dan akhirnya ingin menciumnya namun Tasya terkejut dan jelas saja menoleknya. "Banyak pelayan di sini." "Mereka akan pura-pura buta jika mengetahuinya. Mereka ada di pihakku dan tidak mungkin mengatakan kepada siapapun meakipun itu dengan Liora." Namun belum Tasya menjawab, dia segera menjauh dari Leon ketika sepertinya Liora akan turun. "Eh! Natasya! Kau ini dari mana saja. Aku mencarimu, aku terkejut kau tidak ada di kamar." Liora terkejut dan mengomeli Tasya namun dia malah terkekeh dan menggaruk dahinya. "Aku tadi meminjam bajumu dan berolahraga disekitar sini, aku tidak memberitahumu dan membangunkanmu krena kau sangat lelap, aku tidak tega." Jelas saja itu hanya sebua
Leon turun dari kamarnya dan benar-benar merasa malas melihat mantan istrinya yang suka sekali mencari muka di depan putrinya. "Coba tanyakan ayahmu, mana tau temanmu itu ada di kamarnya." Ucap Emma yang melihat mantan suaminya ini turun. "Mom! Ck! Jangan seperti itu." Liora menegur ibunya yang jelas saja membuat Emma semakin kesal. "Kau seharusnya tau jika— "Sepertinya kau harus tau sesuatu, Liora." Ucap Leon yang menghentikan perkataan Emma yang akhirnya membuat Emma terdiam. "Ada apa, Dad? Apa kau tau di mana Tasya? Karena dia sedari tadi tidak ada di manapun, tapi barang-barangnya masih ada di kamar, bahkan ponselnya juga." Ucap Liora yang memang sedari tadi bingung mencari Natasya. Dia sudah bertanya kepada pelayan di sini, namun tidak melihat Natasya sama sekali di manapun. "Daddy bau bangun." Hanya itu jawaban Leon. "Mungkin dia sedang berolahraga di sekitar sini. Apa kau sudah mencarinya?" "Aah iya, benar juga. Kenapa aku tidak terfikirkan ya, tadinya aku men
"Ini benar-benar kabar baik, Sayang." Leon jelas saja senang karena perkataan Tasya kepadanya. "Hm, aku juga senang, sekarang hanya meluluhkan Liora, sepertinya aku harus selalu mencari perhatian dengan putri sambungku ini." Ucap Tasya terkekeh yang membuat Leon tersenyum. "Terima kasih, Sayang. Kau mau berjuang untuk hubungan kita, aku merasa beruntung." Leon benar-benar merasa bersyukur memiliki Tasya, awal dari kisah mereka yang hanya sebagai sugar Daddy. "Aku juga beruntung memilikimu, kau harus siap jika suatu saat aku menghabiskan uangmu, sugar daddy." Ucap Tasya yang membuat Leon tersenyum miring. "Hm, tidak masalah, kalau begitu. Kau harus bekerja keras untuk memuaskanku malam ini." Leon dengan mudahnya membuka baju yang dipakai oleh Tasya, dan Tasya sendiri membiarkannya saja. Dia bahkan juga dengan jahilnya menciumi leher Leon yang membuat dia jelas saja mengerang dengan perlakuan kekasih nakalnya. "Kau sudah lama tidak memakai pengaman." "Bukankah lebih nikmat







