LOGIN"Hai, bagaimana perasaanmu, Noah?" Natasya tersenyum dan menghampiri adiknya ketika melihat dia sudah sadar.
"Aku sudah lebih baik, Kak. Maaf sudah membuatmu khawatir."Noah menjadi merasa bersalah karena dia sudah bolak-balik ke rumah sakit dan sudah pasti menghabiskan uang kakaknya dan membuatnya khawatir. "Tidak apa, sebentar lagi kau akan sembuh dan tidak akan pernah bolak-balik ke rumah sakit lagi. Jadi sabar sebentar lagi, ya." Tanya mencoba menenangkan adiknya karena dia tau jika adiknya merasa bersalah karena dirinya kembali masuk rumah sakit. "Aku akan operasi?" Tebak Noah yang di angguki oleh kakaknya. Namun anggukannya malah membuat Noah terkejut. "Itu membutuhkan biaya sangat besar, Kak!" Bukannya senang, namun Noah malah khawatir dari mana kakaknya akan mendapatkan uang sebanyak itu. "Tidak begitu besar, jika pun besar, tidak menjadi masalah asal kau bisa sembuh dan tidak meraskan sakit lagi." Perkataan kakaknya membuat dia merasa benar-benar terharu. "Saat sudah sembuh nanti, aku berjanji akan mencari uang untuk membantumu, Kak!" Ucap Noah "Jangan memikirkan itu, yang terpenting kau sembuh dan sehat, Kakak masih bisa mencari uang sendiri." Tasya tentu saja tidak ingin membiarkan adiknya bekerja meskipun dia sudah sembuh, Noah harus bersekolah dan menjadi sarjana agar kehidupannya kelak bisa lebih baik. Noah akhirnya hanya diam saja, dia sangat senang dan menyayangi kakak satu-satunya yang dia punya ini. Setelah orang tuanya meninggal, dia dan kakaknya tinggal bersama Tantenya, di mana dia juga sudah ditinggal mati oleh suaminya, Tantenya memiliki anak, hanya saja dia berada di kota lain untuk bekerja. Sebenarnya Thresa sudah diminta oleh anaknya untuk ikut dengannya. Hanya saja Thresa tidak tega meninggalkan Noah dan Natasya, apalagi Noah sedang sakit dan memiliki penyakit parah yang harus dijaga oleh seseorang ketika Natasya pergi bekerja. Untuk itu dia memilih untuk tidak ikut dengan anaknya, hanya saja mungkin dia akan meninggalkan Noah dan Natasya ketika Noah sembuh nantinya. ***** Sedangkan di tempat lain, Leon terbangun pukul 6 pagi, dia melihat di sampingnya yang sudah tidak ada wanita yang tadi malam sudah menyenangkannya. Dia mengira jika Sugar Babby-nya ini mungkin ke toilet, dia melihat ponselnya yang ternyata ada pesan dari Tasya dan mengatakan jika dia harus pergi karena adiknya membutuhkannya. Dia tersenyum tipis dan membiarkannya. Setelah dua tahun menduda, akhirnya malam ini pecah juga. Dan dia sangat senang dan puas dengan pelayanan Sugar Babby-nya. Meskipun pertama kali bagi Tasya, tapi dia benar-benar melakukannya dengan baik, bahkan dia menjadi mengingat bagaimana dia bergerak liar di atasnya yang membuat miliknya seketika menjadi bereaksi kembali hanya karena memikirkannya. "Dia sangat menggemaskan, hanya saja dia hampir seumuran dengan putriku." Gumamnya mengingat jika memang usia Tasya hampir setara dengan putrinya meskipun beda beberapa tahun saja dengannya Dia memang meminta temannya agar dicarikan Sugar Babby yang masih gadis, karena dia tidak mau menjalin hubungan dengan wanita bekas, di mana dia tidak tau, sudah berapa pistol yang sudah memasukinya, dia tidak ingin terjangkit penyakit, untuk itu dia meminta yang masih gadis meskipun nantinya dia yang akan memimpin kendalinya karena sudah pasti Sugar Babby-nya belum tau apapun dengan gaya bercinta. Dia bahkan sangat puas ketika tadi bercinta dengan Tasya dan memang dia masih gadis. Apalagi ada darah segar yang tadi keluar dari miliknya saat pertama kali dia membobolnya. Leon memutuskan untuk bersiap dan langsung pergi ke kantor. Namun sebelumnya dia menghubungi putrinya karena dia mengatakan jika dirinya keluar kota selama semalam. "Iya, Dad?" jawab Liora di seberang sana. "Daddy pikir kau belum bangun." Leon memang mengira jika putrinya belum terbangun karena kebisannya yang sering bangun siang. "Aku ada kelas pagi, Dad. Jadi aku bangun pagi." Liora terkekeh yang membuat Leon tersenyum. "Baiklah, kalau begitu selamat belajar, Sayang. Daddy sedang perjalanan ingin ke kantor." Leon memang hanya memastikan dan memberitahu anaknya jika dia akan langsung ke kantor. "Daddy juga hati-hati, aku sayang Daddy." Liora tersenyum karena memang ayahnya selalu mengabarinya dan selalu memperhatikannya meskipun ayaynya jarang sekali ada di rumah. "Daddy juga menyayangimu, Sayang." Ucap Leon terkekeh namun lalu mematikan sambungan telefonnya. Setelah sampai di kantor, Leon mengerutkan dahinya karena Tasya menghubunginya. Namun langsung di angkat olehnya. "Tuan, maaf— "Panggil saja namaku, jangan memanggilku dengan sebutan itu. Aku sudah mengatakan padamu semalam, kan?" Leon menolak dipanggil dengan nama Tuan karena seperti tidak enak di dengar ketika dia sendiri berhubungan dengannya. "Maaf, aku belum terbiasa." Ralatnya karena memang dia seperti merasa aneh jika dirinya memanggil Leon dengan hanya sebutan nama sedangkan umur mereka terpaut cukup jauh. "Baiklah, katakan ada apa?" Tanyanya karena sudah pasti mengira jika ada yang penting sehingga Tasya berani menghubunginya "Aku membutuhkan uang, apakah aku bisa memintanya?" Tasya berbicara dengan hati-hati, karena takut jika Leon akan marah padanya, dia sedari tadi menunggu Leon membalas pesannya, namun dia tidak juga membalasnya, untuk itu Tasya memberanikan diri untuk menghubungi Sugar Daddy-nya ini. Leon terdiam sebentar, dia lupa jika memang belum memberikan uang kepada Tasya, dia sendiri tidak maslah jika Tasya memintanya karena Leon tau kalau dia mau menjadi simpanannya dan bahkan tidur dengannya pasti karena membutuhkan uang. Tasya menggigit bibir bawahnya karena Leon hanya diam saja "Apa boleh? Maaf jika terdengar buru-buru, tapi aku terpaksa memintanya karena aku membutuhkannya sekarang." Tasya memberanikah diri bertanya sekali lagi karena Leon tidak menjawab perkataannya. "Tidak masalah, jangan meminta maaf, katakan saja kau membutuhkan berapa. Kau bisa meminta kapanpun karena tujuanmu menjadi Sugar Babby memang karena uang. Bukan?" Perkataan Leon membuat Tasya tersenyum getir, dia sedikit tersinggung namun tidak menyangkal jika memang yang dikatakan Leon memang benar. "Terserah padamu." Tasya tidak mau menyebut nominalnya karena takut Leon tidak berasa nyaman dengannya saat kesan pertama kali dia meminta uang kepadanya dan membuat Leon semakin mengira jika dia tidak tau diri jika meminta nominal yang besar. "Baiklah, kirim saja nomor rekeningmu. Aku akan mengirimkan uangnya sebentar lagi." Tasya tersenyum senang dengan perkataan Leon yang ternyata sepertinya memang tidak keberatan. "Terima kasih, Leon." Tasya bahkan langsung mematikan sambungan telefonnya yang membuat Leon tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya dengan pelan. Setelah mengirimkan nomor rekeningnya. Tasya masih menunggu kiriman uang dari Leon dengan hati yang berdebar. Ini pertama kalinya dia meminta uang dari seseorang karena jasanya namun bukan jasa kerja pada umumnya, namun jasa tidurnya dan menemaninya. Dia memang saat ini membutuhkan uang karena dia ingin menebus obat adiknya dan akan membawanya pulang untuk berobat jalan sementara waktu. Namun tak lama Tasya mengembangkan senyumnya ketika ponselnya berbunyi dan ternyata Leon mengirimkan uang yang lumayan banyak, lebih dari yang dia butuhkan untuk obat adiknya. Dia bahkan tidak pernah mengira jika Leon mengirkan uang sebanyak itu.Leon benar-benar berada nyaman saat berada di dekat Tasya, entah dia sudah gila atau bagaimana karena dia benar-benar menjalin hubungan dan bahkan sudah dua kali berhubungan dengan Tasya, di mana dia adalah wanita yang muda dan terpaut jauh dengan umurnya. "Apa kau baik-baik saja?" Tasya mengelus pelan helaian rambut Leon karena sepertinya Leon memang seperti sedang kesal. Leon hanya menanggapinya dengan deheman namun masih berada di posisi yang sama. "Bisakah kita berangkat sekarang? Aku akan membuatmu melupakan kekesalanmu nanti." Tasya membujuk Leon agar dia mau segera menyalakan mobilnya agar bisa keluar dari sini. Leon menanggapinya dengan senyuman miring, "Aku akan menghukummu jika kau tidak menepati perkataanmu." Leon mengancam Tasya yang di tanggapinya dengan gelengan, Tasya juga tersenyum manis dan mencium sekilas bibirnya yang membuat Leon mengerang dan meremas bongkahan padat belakangnya. Leon sudah benar-benar dibuat candu oleh tubuh Tasya, selain dia bisa menyen
Keesokkan paginya, Tasya benar-benar terpaksa bersiap untuk pergi bersama Leon, padahal dia tadinya ingin mengantarkan adiknya untuk kontrol rutin di rumah sakit. "Kakak benar-benar minta maaf karena tidak bisa menemanimu untuk cek kesehatan rutin," Tasya menjadi merasa bersalah karena seharusnya ini bisa menjadi kesempatan untuknya mengantar adiknya karena biasanya dia selalu lembur di pekerjaannya, namun dia malah tidak bisa menemani adiknya karena Sugar Daddy-nya. "Jangan pikirkan itu, Kak. Aku tidak apa. Ada Tante yang menemaniku." Noah tentu saja tidak mempermasalahkannya karena selain mengerti kesibukan kakaknya, dia juga sudah terbiasa pergi dengan tantenya. "Jika urusan Kakak sudah selesai, kakak janji akan pulang cepat." Janjinya meskipun Tasya sendiri tidak yakin jika Leon akan membiarkannya pulang dengan cepat. "Jangan terburu-buru, Tasya, selesaikan saja pekerjaanmu, ada Tante yang mengurus adikmu. Jangan khawatirkan dia," Thresa menenangkan kekhawatiran Tasya kare
"A-apa? Tapi bukankah umurmu masih 40 tahun? A-ku berumur 25 tahun, jika kau memiliki putra, itu artinya kau memiliki anak saat usia 15 tahun?" Tanyanya yang masih terkejut. Dia memang mengira jika Leon pasti memiliki anak, tapi tidak mengira jika anaknya seumuran dengannya. Leon tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan, dia menggendong Tasya ke kamar namun dibiarkan olehnya. "Umur putriku 22 tahun." Leon menjelaskan lalu duduk di sofa, hanya saja kini mereka berganti di sofa kamarnya. "Saat remaja, aku memang menghamili seorang wanita, ibu dari putriku yang sekrang, waktu itu aku masih berusia 17 tahun." Lanjutnya yang membuat Tasya sedikit shock. "Astaga! Kau nakal sekali." Tasya tanpa sadar terkekeh dengan cerita Leon namun lalu menghentikan tawanya saat menydarinya "Maaf, aku hanya bercanda, aku tidak berniat mencibirmu." Tasya menjadi takut jika Leon tersinggung dengan perkataannya dan bahkan dia menertawakannya. "Tidak apa, aku menyukainya." Leon tersenyum dan seben
Malam harinya, Tasya bersiap sedangkan Liora sudah masuk ke dalam rumahnya untuk menjemput Tasya. "Selamat malam, Tante." Sapa Liora kepada Thresa yang ditanggapi Thresa dengan senyuman. "Hai, Noah." Sapanya juga kepada Noah yang sedang duduk membaca buku. "Hai, Kak. Kalian ingin pergi?" Noah menebak jika kakaknya akan pergi bersama sahabatnya ini. Dan perkataan Noah di angguki oleh Liora. "Aku ingin meminjam kakak-mu sebentar," Liora terkekeh yang membuat Noah tersenyum mengangguk mengerti. "Eeh! sejak kapan kau datang?" Tasya terkejut saat keluar dari kamar dan melihat Liora ternyata sudah ada di dalam rumahnya. "Sedari tadi, kau sangat lama, sudah ayo." Ajaknya. "Tante, aku nitip Noah ya, " Tasya pamit kepada Tantenya yang di senyumi oleh Thresa "Jangan khawatirkan Noah, dia aman bersama Tante." Thresa tentu saja membiarkan Tasya keluar agar tidak terlalu memikirkan pekerjaannya. Dia juga pasti membutuhkan refreshing dan bersenang-senang. Setelah pamit, Mereka akh
Setelah menebus obat dan membawa pulang adiknya, Tasya pamit untuk bekerja dan meninggalkan Noah dengan Thresa sang Tante. Jika pagi sampai sore, Tasya bekerja di restoran sebagai pelayan karena memang dia hanya lulusan sekolah menengah atas. "Tasya!" Sapa wanita cantik yang mengunjungi Tasya sebelum dia berangkat kuliah. "Kau ada kelas pagi, ya? Karena tidak biasanya kau bangun pagi dan sudah rajin seperti ini. Liora!" Tasya sengaja menyindir Liora karena kebiasaannya namun malah membuat dia terkekeh. "Dari perkataanmu seperti mengataiku wanita pemalas." Liora berlagak tidak terima sambil menyilangkan tangannya di dadanya. "Memang iya, bukan?" Perkataan Tasya akhirnya tidak bisa ditahan oleh Liora dan membuat dia tertawa. "Aku mengunjungimu, sekaligus ingin sarapan, nanti malam ayo ke club, kemaren kau membatalkannya, menyebalkan." Liora memang sedikit kesal karena Tasya membatalkan perjanjian mereka semalam padahal Liora sangat kesepian. "Semalam adikku masuk ke rumah
"Hai, bagaimana perasaanmu, Noah?" Natasya tersenyum dan menghampiri adiknya ketika melihat dia sudah sadar. "Aku sudah lebih baik, Kak. Maaf sudah membuatmu khawatir."Noah menjadi merasa bersalah karena dia sudah bolak-balik ke rumah sakit dan sudah pasti menghabiskan uang kakaknya dan membuatnya khawatir. "Tidak apa, sebentar lagi kau akan sembuh dan tidak akan pernah bolak-balik ke rumah sakit lagi. Jadi sabar sebentar lagi, ya." Tanya mencoba menenangkan adiknya karena dia tau jika adiknya merasa bersalah karena dirinya kembali masuk rumah sakit. "Aku akan operasi?" Tebak Noah yang di angguki oleh kakaknya. Namun anggukannya malah membuat Noah terkejut. "Itu membutuhkan biaya sangat besar, Kak!" Bukannya senang, namun Noah malah khawatir dari mana kakaknya akan mendapatkan uang sebanyak itu. "Tidak begitu besar, jika pun besar, tidak menjadi masalah asal kau bisa sembuh dan tidak meraskan sakit lagi." Perkataan kakaknya membuat dia merasa benar-benar terharu. "Saat suda







