Share

03. Kepergok

Author: ZuniaZuny
last update Last Updated: 2024-08-29 13:26:55

"Akh!"

Lily merasakan sakit kepala yang begitu hebat datang melanda. 

Bukan karena potongan ingatan yang timbul, lebih tepatnya Lily menolak ingatan tentang hal itu. Bagaimana tidak? Ciuman itu membuat kepalanya sakit.

Hiks hiks.

'Lily.'

Nicho melihat Lily terduduk di lantai melalui celah pintu kamar mandi. Ingin sekali menolong Lily yang menangis, namun dia takut ketahuan.

Tak ada alasan yang tepat untuk mendekati Lily. Nicho juga ingin tahu, apa yang sebenarnya Lila rencanakan. 

'Kenapa dia menyuruh Lily menggantikan posisinya? tidak, aku tidak akan gegabah. Sabar Nicho,' batin Nicho memikirkan banyak hal, namun tatapannya tak beralih dari adik yang telah ditiduri. 

Lily melepas sprei yang membalut tubuhnya.

Gleg.

Nicho seketika meremang, teringat kembali kejadian penuh gairah semalam. Tubuh Lily begitu mulus dan putih seputih salju, sungguh tubuh yang proporsional.

Jika tidak memakai pakaian ketat, orang lain tak akan tahu jika Lily mempunyai tubuh yang begitu indah. Dan Nicho sudah berhasil mengklaim jika Lily adalah miliknya.

Brak!

"Lily, kenapa lama sekali?" Lila tiba-tiba membuka pintu dan membentak Lily. “Cepat turun sebelum rekaman CCTV itu bisa diedit setelah 8 jam!”

"Iya sebentar, aku sedang berganti pakaian.” Lily ingin memastikan kondisinya terlebih dahulu, tapi Lila segera memotong. "Cepatlah!"

Kring kring.

Tiba tiba ponsel Nicho berdering keras. Nicho yang sadar ada telepon masuk, cepat-cepat mematikan dering ponselnya.

"Siapa disana?" ucap Lila.

Lily dan Lila saling pandang.

"Sepertinya ada seseorang di kamar mandi," ucap Lila mendengar jelas ada sesuatu di kamar mandi. 

"Aku tak mendengarnya Lila."

Nicho semakin panik, jantungnya berdebar keras, setelah mendengar langkah kaki menuju kamar mandi. 

Brakh.

Pintu dibuka lebar, tak ada siapa siapa. Lila melihat shower terjatuh. "Ternyata gagang shower terjatuh."

Tidak ada kecurigaan sedikitpun dalam diri Lila karena dia mengira Lily kemarin tidak sadar menaruh shower itu di tempat yang salah sehingga tersenggol udara hangat yang terhempas dari pengering tangan. Lila masuk dan mulai memasang shower pada tempatnya. Beruntung Nicho cepat bersembunyi di bathup dengan menarik gorden penyekat sehingga dia tidak ketahuan.

“Lila cepatlah, kita tidak punya waktu lagi. Kita juga harus menganalisis kejadian kemarin malam, mencocokkan dengan beberapa tamu yang datang. Ini pasti butuh waktu lama. Aku rasa tubuhku sakit dan butuh istirahat," ajak Lily.

“Benar juga katamu,” lirih Lila. "Ayo pergi!"

Keduanya turun ke lantai satu dan pergi ke ruang CCTV bar. Beberapa kali kejadian itu diulang, tapi tidak ada satupun kamera yang menyorot kamar 16 lantai tiga, kamar yang menjadi saksi hilangnya kesucian Lily.

"Kenapa durasinya pendek sekali? kita harus melihat, berapa lama Alex bersamamu dan keluar dari kamar ini," ucap Lila tak merasa bersalah sedikitpun. 

"Apa maksudmu Lila?" Lily tak terima adiknya berkata lugas dan menyakiti hatinya.

"Ah itu, maksudku…" Ucapan Lila menggantung begitu saja.

"Apa CCTV ini rusak? Atau, pihak bar sudah memanipulasinya?” Lila menatap sinis petugas keamanan bar, mengalihkan perkataan konyol yang bisa jadi menyakiti hati Lily tadi.

"Itu tidak mungkin, Lila,” nilai Lily, polos.

“Mungkin saja, pihak bar pasti sudah disuap untuk menghapus rekaman asli dan menggantinya dengan rekaman ketika pria itu sudah keluar dari ruangan! Aku bisa pastikan, Alex telah membayar kalian!”

"Ayo jawab, kalian jangan hanya diam saja!"

Petugas keamanan bernama John hanya mengangkat kedua bahunya. “Entahlah, aku juga tidak tahu. Seingatku, rekaman CCTV tidak bisa dihapus atau dipangkas sebelum delapan jam. Bukannya kau sudah tahu tentang hal itu?”

“Mustahil! CCTV ini pasti sudah diubah!” Lila tetap tidak percaya ucapan John.

“Terserah apa katamu. Aku baru sampai di sini jam lima tadi, sementara yang menjaga CCTV sejak kemarin malam adalah temanku. Jika kau ingin mencari keributan di sini, maka aku tidak segan mengusirmu, sekarang juga!”

“Lila, sudahlah, tenangkan dirimu,” balas Lily. “Mungkin benar kata petugas keamanan. CCTV ini nyata. Pria itu benar-benar cerdas sampai bisa mengelabui CCTV bar.”

"Alex …, sialan!” Lila mendengus kesal.

Lila menuruti omongan Lily dan tak mempermasalahkan kejanggalan pada CCTV tersebut. Tanpa mereka tahu, Nicho telah menyuruh Ardo untuk menghapus rekaman CCTV sebelum dia masuk kamar. Ardo tidak menghapus melainkan memangkas hasil CCTV itu, memperpendek durasinya. Namun, hal itu malah menyebabkan Nicho terkurung di kamar sampai Ardo datang menemuinya nanti.

Tentu, uang yang dihabiskan untuk menyuap petugas keamanan cukuplah mahal, tapi hal itu tidak dipermasalahkan Nicho daripada dia harus ketahuan telah mengambil kesucian Lily, apalagi berdampak pada kehancuran keluarganya nanti.

Nicho sendiri hampir keluar kamar mandi namun diurungkan saat terdengar suara langkah kaki masuk kamar hotel.

"Lily, ini tidak bisa dibiarkan, kamu harus melaporkan Alex agar dia mau mengaku dan bertanggung jawab atas kejahatan yang diperbuat!” Lila mengepalkan tangannya.

"Tidak, belum tentu Alex yang melakukannya." 

"Lily, buktinya sudah jelas di sini," ucap Lila, memotong. “CCTV itu pasti sudah direkayasa Alex sebelum dia meninggalkanmu sendirian di sini!”

"Tidak Lila, firasatku mengatakan bukan Alex yang meniduri aku," bohong Lily.

"Apa maksudmu?”

Lila merasa curiga pada kakak kembarnya itu. Tatapan penuh telisik membuat Lily beralih, tak nyaman.

"Entahlah,” Lily menunduk ragu, seketika memasang wajah sedih. “Tolong rahasiakan kejadian ini dari orang tua kita, ya?”

"Tentu, itu pasti jadi aib keluarga. Tapi, sebelumnya, kita harus periksa kandungan untuk mengetahui apakah kamu hamil atau tidak?” jawab Lila, menegakkan kepala Lily dan berkata, “Tapi, berjanjilah juga agar kamu tidak membenciku.”

“Aku tidak pernah benci padamu, Lila, aku hanya syok karena aku tidak menyangka kehormatanku akan diambil semudah itu.” Lily kembali sedih mengingat malam naas yang telah terjadi.

“Oke, sebelum siang, kita harus periksa tentang kehamilanmu dulu.”

“Ti-tidak, tidak mungkin aku hamil!” Lily menggeleng dengan mata berkaca-kaca. “Ini mustahil, Lila, kamu jangan bercanda!?”

“Untuk berjaga-jaga, kita harus memeriksanya dulu.”

"Baiklah."

Mereka mengemasi barang barangnya, meninggalkan Nicho sendirian di kamar mandi. 

Akh.

Lily kembali meringis kesakitan pada bagian inti tubuhnya. Berjalan pelan keluar hotel menuju mobil Lila, sementara lelaki yang membuatnya kesakitan hanya bisa memandang nanar kepergiannya.

Lila dan Lily sudah meninggalkan bar dan hal ini menguntungkan bagi Nicho, dia segera mengirim pesan pada Ardo agar menjemputnya. Nicho keluar dari kamar mandi, dilihat sekeliling kamar hotel yang menjadi saksi bisu pergulatan panas yang dilakukan bersama Lily. Nicho melihat bercak darah pada sprei yang tergeletak di lantai,  segera memungut, melipat dan berniat membawanya pergi.

Sementara itu, di kamar sebelah. Alex baru saja terbangun, matanya mengerjap dan terbuka lebar saat menyadari dimana dia berada, tubuhnya tanpa sehelai kain pun serta kaki-tangan terikat.

“Brengsek!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gelora berbahaya Kakak   111. Operasi Plastik

    Stevani pernah berkata pada Lila jika dia memakai metode hymenoplasty yaitu operasi selaput dara, untuk mengembalikan keperawanan.Hymenoplasty terbagi atas dua prosedur, yaitu simple hymenoplasty dan alloplant. Simple hymenoplasty dilakukan saat ada selaput dara yang masih tersisa. Selaput dara yang tersisa akan dijahit sehingga bentuknya bisa kembali seperti semula.Sedangkan untuk Stevani memakai metode Alloplant (metode memasang selaput dara buatan) karena selaput dara benar- benar tidak ada yang tersisa akibat one night stand yang sering dia lakukan.Bahkan dia juga menggunakan operasi Vaginoplasty yaitu operasi vagina yang bertujuan mengembalikan vagina menjadi kencang kembali.Stevani merasa jika perlu memperbaiki ototnya yang kendur karena bergonta ganti pasangan dengan para pria hyperseks.Hal itu tentunya menjadikan Lila merasa takut jika Alex berpaling darinya dan memilih Stevani karena dunia malam tak jauh dari kehidupannya sehari hari.Ternyata persepsi Lila keliru setelah

  • Gelora berbahaya Kakak   110. Miom

    "Miom?” ucap Alex, bergetar.“Tenanglah, semua tak seburuk yang kamu pikirkan. Aku akan mengobatinya dengan kemampuanku. Okey."Alex menunduk tak bisa berkata kata. "Terima kasih, Dokter.""Dengan senang hati. Baiklah, aku permisi dulu."Alex terduduk lemas sepeninggal dokter tersebut. "Lila," ucap Alex tatkala melihat sang kekasih.Beberapa perawat mendorong brankar dengan Lila di atasnya. Mereka memindahkan Lila ke ruang VIP. Alex setia mengikuti sampai Lila berhasil di pindahkan, segera duduk menunggu wanita yang dipuja hingga Lila sadar.Alex memandang sayu wanita yang kini tergolek lemah. Dirinya sungguh menyesal mengirim chat dan memanggil Stevani. Andai tak melakukannya, hal ini tak akan terjadi. Dipandang lekat Lila yang kini menutup mata dan belum sadarkan diri. "Lila, maafkan aku. Sebenarnya aku ingin melepasmu, aku tak mau kamu menderita karena aku. Jika cintaku hanya membuatmu sakit, lebih baik aku pergi, jangan seperti ini!? Aku ingin melihatmu bahagia seperti Lila yang d

  • Gelora berbahaya Kakak   109. Semua terhenti karena Lila

    Lily sungguh kesal melihat reaksi Nicho yang tak tanggap sama sekali.Dirinya duduk di pangkuan dan menci um bibir lembut itu. Seolah merubah sosoknya seperti bukan dirinya saja. Nicho menyusuri leher jenjang Lily, memberi reaksi cipratan api gairah di diri sang adik.Nicho menci um bibir Lily, membuatnya tersenyum. "Jadi kamu benar benar ingin aku menja mahmu, Lily?"Lily mengangguk mantap, membuat Nicho menyesap lagi bibir candunya. Menjelajahi isi di dalam dan mengobrak abrik seperti orang kesetanan. Lidah saling bertautan layaknya sedang menari balet. Nicho segera membuka kancing baju Lily dan mulai melancarkan aksinya."Ah," ucap Lily, saat Nicho menyesap pelan asetnya.Tiba tiba terdengar bunyi ponsel Lily, nyaring dan berisik. Namun, Lily dan Nicho terus melanjutkan aksinya. Lily meraba dada bidang Nicho dan meremas rambut coklat itu sambil terus berciuman tanpa lelah.Lagi-lagi, ponsel Lily berdering membuat Nicho kesal. Dilepas pagutan, membuat Lily mengernyitkan kening. "Ada

  • Gelora berbahaya Kakak   108. Jamahlah aku!

    Jam sudah siang, tapi dua insan di sebuah penginapan itu belum juga terbangun. Lily mengerjapkan mata, melihat sekitar. Dirinya bangun dan berjalan ke ruang tamu, ada Nicho tertidur di sofa.Lily mendekat dan duduk di lantai berada tepat di depan Nicho, memperhatikan wajah sembab yang di usir semalam.Lily menatap intens detail wajah Nicho, dari lentiknya bulu mata untuk ukuran lelaki. Alis mata yang indah, hidung mancung dan bibirnya sensual.Melihat pergerakan Nicho, Lily segera berdiri dan berlari ke kamar mandi, menghilangkan penat dengan mengguyur tubuhnya. Nicho sendiri membelalakkan mata terkejut melihat jam sudah menunjukkan jam 11.00 siang. "Kenapa Lily berada di kamar mandi dapur?" gumam Nicho tak paham, segera mengambil pakaian ganti dan mandi di toilet kamar.Karena tadi gugup, Lily tak sempat mengambil baju ganti. Dirinya segera melilitkan handuk di tubuh dan berjalan pelan menuju kamar. Lily mengendap-endap layaknya pencuri yang akan mengambil barang berharga orang lain.

  • Gelora berbahaya Kakak   107. Lagi dan lagi

    "Apa yang kamu lakukan di sini Lila?" tanya Stevani bergerak hendak bangun membuat ranjang empuk itu bergoyang dan membuat Alex membuka mata.Alex mengucek mata dan terduduk seketika saat melihat Lila ada di depan matanya saat ini. "Lila!"Lila hampir saja menangis, tapi ditahan. Sungguh tak bisa menjelaskan suasana hatinya saat ini, antara sakit, sedih, kecewa dan dikhianati."Dia masuk tanpa izin dan mengganggu kita, Sayang," ucap Stevani, membuat Alex seketika melotot."Stevani, aku tak membutuhkanmu lagi, sekarang kamu bisa keluar," ucap Alex tegas."A-apa?""Tapi aku masih ingin melakukannya, Alex?" rengek Stevani."Cukup!" bentak Alex, membuat Stevani ketakutan.Aakh!Tiba-tiba Lila mengerang kesakitan, memegang perutnya."Lila!"Alex memegang tubuh Lila dan menggendongnya ala bridal ke ranjang."Lila, kamu tak apa-apa?”Lila segera menepis tangan Alex.Melihat itu semua membuat Stevani sungguh muak. Dirinya seperti j*l*ng saja. Habis manis sepah dibuang. Stevani segera memakai

  • Gelora berbahaya Kakak   106. Zico sudah beristri

    "Apa ini!?"Lila sangat syok melihat beberapa foto Zico menggendong seorang bayi dan seorang wanita yang tergolek lemah di atas ranjang, sepertinya si wanita habis melahirkan bayi yang digendong Zico. Di tunjukkan foto itu kepada Zico. "Bisakah kamu jelaskan padaku? Apa ini?"Zico terbelalak kaget. Tak menyangka jika ada photo dirinya di ponsel Lila."Ah itu. Itu foto adikku melahirkan dan aku mendampinginya."Catlyn dan Marco segera merebut ponsel dan melihat foto di dalamnya.Lila tersenyum. "Tapi kelihatan sekali jika kamu sangat bahagia, seperti seorang suami saja.""Jadi kamu berpikir jika aku sudah mempunyai anak dan istri, begitukah, Lila?" teriak Zico marah.Marco hampir saya memukul Zico jika saja Catlyn tak menghentikannya. Tangan mengepal erat hingga memutih, membuat Catlyn ketakutan."Maaf Zico, bukannya Lila menuduhmu, tapi seseorang dengan berani mengirimkan foto tak terduga kepada kami di saat momen sakral yang hendak kalian lakukan, jelas sekali jika dia mempunyai mak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status