Share

02. Ternoda

Author: ZuniaZuny
last update Last Updated: 2024-08-29 13:13:08

“Sialan, apa maumu?” Alex tetap melawan walau kepala dan perutnya terasa sakit.

“Apa mauku? Yang kumau hanya menyingkirkan laki-laki brengsek sepertimu!” Pria itu melayangkan pinggiran telapak tangannya ke leher kanan Alex, membuat Alex pingsan seketika. Segera, dia mengeluarkan ponsel dan menghubungi asisten pribadinya.

[Halo Ardo, singkirkan lelaki di depan kamar hotel nomor 16, sekarang!]

[Baik Tuan.]

Ardo menyeret Alex ke kamar sebelah, mengikat tangan dan kakinya di kamar mandi, lalu menguncinya dari luar.

Sedangkan pria tadi, dia melihat Lily dan sempat terbuai. Beberapa kali dia menelan saliva, tapi dia sadar, laki-laki sejati tidak pernah memanfaatkan wanita karena keadaan.

Gleg.

Ada gelenyar aneh menyeruak di dirinya.

“Sialan, kenapa tubuhnya begitu elok?! Arghh, aku juga laki-laki normal. Brengsek, kenapa? Kenapa dia sangat menggoda?!”

Dengan penuh kehati- hatian, lelaki itu berniat membenarkan kembali pakaian Lily namun tangannya tak sengaja menyentuh pundak Lily. Nafsunya kembali meningkat. Pelan-pelan dia menikmati sentuhan itu, semakin ke bawah hingga ke bagian sedikit berisi di atas perut.

"Alex sialan, jangan sentuh aku! Aku tidak akan memberikan tubuhku ke pria bajingan sepertimu!" pekik Lily.

Laki-laki itu terjengkang dan mengambil jarak. Dia takut Lily berpikir macam-macam tentang dirinya. "Li-Lily, maafkan aku. Aku tidak bermaks-“

“Ka-kamu...” Lily menatap pria itu, penuh harap.

"Kamu?!" ucap Lily terkejut melihat Nicho di depannya. Ya, lelaki itu adalah Nicho, kakak Lily yang lebih tepatnya disebut kakak angkat.

Nicho segera menarik selimut untuk menutupi tubuh polos Lily. "Tutup tubuhmu dan segera pakai bajumu." Baru ditangkupkan selimut tersebut, Lily menolak. 

"Aku tidak mau," ucap Lily membuangnya kasar selimut dan menatap nanar pada Nicho. Begitu kuat efek serbuk sialan di tubuh Lily. Dia bergerak sesuai nalurinya, akal pikiran tak bisa lagi membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

"Aah, aku tak tahan lagi, tolong aku… aku mohon?"

Nicho terpaku atas ucapan Lily, memandang sayu manik mata coklat hazel di depannya. Dia tak menyangka, Lily yang dikenal polos bisa berubah seperti wanita malam hanya karena meminum serbuk sialan itu. 

"No, no Lily. Kita saudara, aku kakakmu. Sadarlah, kamu terpengaruh obat…"

Lily bergerak dengan kacau, merasakan tubuhnya panas, hasratnya membludak ingin segera disalurkan. Tiba- tiba Lily melakukan hal yang tak pernah dibayangkan oleh Nicho, menarik tubuhnya dan mengikis jarak diantara mereka.

Awalnya Nicho bisa bertahan namun Lily terus melakukan keagresifan di ambang batas wajar. Bahkan Lily tak segan-segan membawa tangan Nicho untuk menyentuhnya. Bukankah selama ini Nicho menyukai Lily?

Runtuh sudah pertahanan lelaki yang normal ini.

Nicho mulai membalas ciuman Lily, menikmati rasa yang baru kali ini mereka lakukan. Rasa baru dan pengaruh serbuk sialan yang membuat Lily menginginkan lebih.

'Persetan dengan hubungan ini, kamu bukan saudara kandungku jadi tidak apa- apa kan aku melakukannya? Aku mencintaimu Lily dan aku akan bertanggung jawab,' batin Nicho.

Dengan gerakan cepat Lily mulai melepas jaket Nicho, membuka paksa kemeja sampai kancing baju bagian atas terlepas dan terjatuh di lantai. Dibuang kasar kemeja itu dan terus agresif, membuat Nicho semakin menikmati rasa yang membuatnya mabuk kepayang.

"Apa kamu begitu menginginkannya, Lily? apa kamu tak akan menyesal?"

Lily menggeleng mantap, tak peduli apapun saat ini. Dia begitu Ingin menuntaskan hasrat yang terpendam. Begitu kuat efek dari obat laknat itu, Lily yang awalnya tak tahu tentang bercinta tiba- tiba saja berubah seperti wanita yang haus akan belaian.

Nicho segera menggendong Lily ala bridal, membaringkan tubuhnya di ranjang empuk yang sebentar lagi menjadi saksi pergolakan adik kakak ini. "Maafkan aku Lily, Aku mencintaimu," ucap Nicho sebelum benar- benar melakukan penyatuan.

Akal dan logikanya sudah hilang tertutupi oleh hasrat bercinta, ingin segera merasakan nikmatnya memadu kasih. Malam itu menjadi saksi bisu atas jeritan dan desahan dua anak manusia yang menguar mengiringi penyatuan pertama mereka.

Nicho merasakan bahagia sekaligus sedih. Bahagia bisa melakukannya dengan gadis yang dia sukai. Sedih karena telah melakukannya di bawah pengaruh obat. Entah bagaimana reaksi Lily saat dia sadar nanti?

Lalu bagaimana hubungan mereka setelah ini?

Setelah pergulatan panjang malam ini, Nicho menjadi gusar dan takut.

Dikecup lama kening Lily. Satu hal yang pasti, dia harus bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan kepada Lily. Mereka pun terlelap setelah kehabisan tenaga, tidur saling memeluk penuh cinta.

****

Sinar matahari menerobos masuk melalui jendela transparan di hotel tempat Lily kini berada.  Nicho terbangun dan menutupi wajah Lily dengan wajahnya, menghalau sinar yang masuk karena silau.

"Pagi, adikku sayang," ucap Nicho hendak menyentuh pipi Lily namun suara seseorang diluar sana menghentikannya.

"Cepat buka pintunya! Aku akan membayar berapapun yang kamu minta, cepat!" 

Suara itu membuat Nicho gugup dan panik. Hal yang terlintas saat ini adalah kamar mandi, Nicho segera mengambil seluruh pakaiannya dan berlari masuk serta memakai pakaiannya.

Ceklek.

Pintu Hotel terbuka, menampilkan wanita berwajah serupa berjalan menuju ranjang dan membangunkan Lily.

"Lily, bangun Lily?!" Wanita itu terkejut saat melihat pundak Lily terekspos dan bagian lainnya tertutupi selimut. Digoyang goyangkan tubuh Lily hingga tersadar.

"Lila," ucap Lily ketika membuka mata. Wanita itu tak lain adalah Lila, saudara Lily. 

Dilihat dari ranjang yang berantakan, Lila sudah bisa menebak jika telah terjadi sesuatu hal yang tak diinginkan. "Lily, ada apa ini?" tanya Lila menggoyangkan tubuh kakaknya lagi.

"Lila, aku…" Lily menggantung kalimatnya bingung dan mencoba untuk duduk. "Awh sakit."

Lily meringis merasakan sakit pada bagian bawah tubuhnya, reflek Lily membuka selimut di dadanya dan sungguh syok melihat tubuhnya tak berpakaian sama sekali. "Oh God, apa yang terjadi?"

"Harusnya aku yang bertanya padamu?"

"Maaf Lila, aku tak tahu apa yang terjadi padaku, aku… aduh!" Lily mengerang kesakitan, merasakan pusing hebat disertai nyeri di seluruh tubuhnya.

"Lily, jangan bilang kamu telah melakukannya dengan Alex?"

"Alex?" 

Lily mencoba mengingat ingat kejadian tadi malam dimana Alex memberi minuman lemon kepadanya. "Mungkinkah?" tanya Lily ragu pada diri sendiri. "No, no." Lily berteriak kencang menolak prasangkanya sendiri.

Nicho yang ada di kamar mandi mendengarkan dengan seksama semua percakapan adik kembarnya. Untungnya Nicho segera bersembunyi saat pintu hampir dibuka sehingga Lila juga tak sempat melihatnya.

"Ini pasti ulah Alex," teriak Lila marah.

"No, Lila itu tidak mungkin," tolak Lily sambil menggenggam erat sprei yang membelit tubuhnya.

"Kalau bukan Alex, lalu siapa? Pria hidung belang?" tuduh Lila membuat Nicho melotot marah.

'Aku orangnya Lila, akulah orang yang mengambil mahkota paling berharga milik Lily,' jawab Nicho. Namun mereka tak dapat mendengarnya karena Nicho hanya menjawab dalam hatinya saja.

Lily mencoba mengingat kembali kejadian semalam, namun dia sama sekali tak ingat apapun. Begitu hebat obat yang Alex berikan hingga Lily tak ingat sama sekali betapa ganas permainan ranjangnya pada Nicho tadi malam.

"Bagaimana kalau kita lihat rekaman CCTV hotel?" ucap Lily ragu.

"Itu bukan ide yang buruk. Aku akan ke pusat pelayanan hotel ini," Lila berjalan keluar sambil berkata, "sekarang kamu cepat pakai pakaianmu!"

Lily mulai mengambil pakaian yang berserakan di lantai dan menemukan kancing berinisial M tergeletak di lantai. Mencoba mengingat-ingat lagi, sekelebat ciuman dan bagaimana kancing itu terlepas, semuanya menari indah di otak Lily.

"Akh."

Apa yang terjadi pada Lily?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gelora berbahaya Kakak   109. Semua terhenti karena Lila

    Lily sungguh kesal melihat reaksi Nicho yang tak tanggap sama sekali.Dirinya duduk di pangkuan dan menci um bibir lembut itu. Seolah merubah sosoknya seperti bukan dirinya saja. Nicho menyusuri leher jenjang Lily, memberi reaksi cipratan api gairah di diri sang adik.Nicho menci um bibir Lily, membuatnya tersenyum. "Jadi kamu benar benar ingin aku menja mahmu, Lily?"Lily mengangguk mantap, membuat Nicho menyesap lagi bibir candunya. Menjelajahi isi di dalam dan mengobrak abrik seperti orang kesetanan. Lidah saling bertautan layaknya sedang menari balet. Nicho segera membuka kancing baju Lily dan mulai melancarkan aksinya."Ah," ucap Lily, saat Nicho menyesap pelan asetnya.Tiba tiba terdengar bunyi ponsel Lily, nyaring dan berisik. Namun, Lily dan Nicho terus melanjutkan aksinya. Lily meraba dada bidang Nicho dan meremas rambut coklat itu sambil terus berciuman tanpa lelah.Lagi-lagi, ponsel Lily berdering membuat Nicho kesal. Dilepas pagutan, membuat Lily mengernyitkan kening. "Ada

  • Gelora berbahaya Kakak   108. Jamahlah aku!

    Jam sudah siang, tapi dua insan di sebuah penginapan itu belum juga terbangun. Lily mengerjapkan mata, melihat sekitar. Dirinya bangun dan berjalan ke ruang tamu, ada Nicho tertidur di sofa.Lily mendekat dan duduk di lantai berada tepat di depan Nicho, memperhatikan wajah sembab yang di usir semalam.Lily menatap intens detail wajah Nicho, dari lentiknya bulu mata untuk ukuran lelaki. Alis mata yang indah, hidung mancung dan bibirnya sensual.Melihat pergerakan Nicho, Lily segera berdiri dan berlari ke kamar mandi, menghilangkan penat dengan mengguyur tubuhnya. Nicho sendiri membelalakkan mata terkejut melihat jam sudah menunjukkan jam 11.00 siang. "Kenapa Lily berada di kamar mandi dapur?" gumam Nicho tak paham, segera mengambil pakaian ganti dan mandi di toilet kamar.Karena tadi gugup, Lily tak sempat mengambil baju ganti. Dirinya segera melilitkan handuk di tubuh dan berjalan pelan menuju kamar. Lily mengendap-endap layaknya pencuri yang akan mengambil barang berharga orang lain.

  • Gelora berbahaya Kakak   107. Lagi dan lagi

    "Apa yang kamu lakukan di sini Lila?" tanya Stevani bergerak hendak bangun membuat ranjang empuk itu bergoyang dan membuat Alex membuka mata.Alex mengucek mata dan terduduk seketika saat melihat Lila ada di depan matanya saat ini. "Lila!"Lila hampir saja menangis, tapi ditahan. Sungguh tak bisa menjelaskan suasana hatinya saat ini, antara sakit, sedih, kecewa dan dikhianati."Dia masuk tanpa izin dan mengganggu kita, Sayang," ucap Stevani, membuat Alex seketika melotot."Stevani, aku tak membutuhkanmu lagi, sekarang kamu bisa keluar," ucap Alex tegas."A-apa?""Tapi aku masih ingin melakukannya, Alex?" rengek Stevani."Cukup!" bentak Alex, membuat Stevani ketakutan.Aakh!Tiba-tiba Lila mengerang kesakitan, memegang perutnya."Lila!"Alex memegang tubuh Lila dan menggendongnya ala bridal ke ranjang."Lila, kamu tak apa-apa?”Lila segera menepis tangan Alex.Melihat itu semua membuat Stevani sungguh muak. Dirinya seperti j*l*ng saja. Habis manis sepah dibuang. Stevani segera memakai

  • Gelora berbahaya Kakak   106. Zico sudah beristri

    "Apa ini!?"Lila sangat syok melihat beberapa foto Zico menggendong seorang bayi dan seorang wanita yang tergolek lemah di atas ranjang, sepertinya si wanita habis melahirkan bayi yang digendong Zico. Di tunjukkan foto itu kepada Zico. "Bisakah kamu jelaskan padaku? Apa ini?"Zico terbelalak kaget. Tak menyangka jika ada photo dirinya di ponsel Lila."Ah itu. Itu foto adikku melahirkan dan aku mendampinginya."Catlyn dan Marco segera merebut ponsel dan melihat foto di dalamnya.Lila tersenyum. "Tapi kelihatan sekali jika kamu sangat bahagia, seperti seorang suami saja.""Jadi kamu berpikir jika aku sudah mempunyai anak dan istri, begitukah, Lila?" teriak Zico marah.Marco hampir saya memukul Zico jika saja Catlyn tak menghentikannya. Tangan mengepal erat hingga memutih, membuat Catlyn ketakutan."Maaf Zico, bukannya Lila menuduhmu, tapi seseorang dengan berani mengirimkan foto tak terduga kepada kami di saat momen sakral yang hendak kalian lakukan, jelas sekali jika dia mempunyai mak

  • Gelora berbahaya Kakak   105. Pertunangan Lila dan Zico

    Nicho segera mengambil nasi dan memotong ikan sebagian, mulai makan ditemani keheningan malam, makan dengan begitu lahap. Entahlah mungkin karena lapar atau karena masakan dari Lily, yang jelas Nicho sungguh bahagia sekaligus sedih, saat ini.Air mata menetes jatuh di makanan sehingga terasa asin. Namun, Nicho terus makan dengan lahap tanpa menghiraukan air mata yang kini semakin deras menetes.Uhuk. Uhuk.Saking semangat makan dalam tangis, Nicho sampai tersedak.Bugh.Bugh.Nicho memukul mukul dadanya sendiri dan segera minum jus yang dibuat Lily.BrakhNicho menggebrak meja, meluapkan semua amarahnya. "Brengsek kamu Dilon. Tega sekali kamu menjeratku, menodai sucinya persahabatan kita. Aku tak akan pernah memaafkanmu, argh," teriak Nicho kesal. Dirinya bangkit dan mulai mencuci piringnya dan sisa Zoya, membereskan semua sisa makanan.Memandang nanar pada pecahan gelas yang tadi sempat dijatuhkan Lily, Nicho segera mengambil sapu dan memungutnya ke tempat sampah. Dirinya terus fokus

  • Gelora berbahaya Kakak   104. Haruskah bertanggung jawab?

    "Kamu?" teriak Nicho."Kamu?"Dilon juga terkejut dengan adanya Zoya di tempat itu. Sungguh tak menyangka jika Zoya begitu nekat mengikutinya.Sebelumnya Dilon berpamitan pada Zoya, akan pergi menemui Nicho dan mengatakan perihal kehamilannya. Namun, Zoya malah mengikutinya dan berjalan satu langkah di depannya."Kenapa kamu ada di sini Zoya?" bentak Dilon."Jangan halangi aku Kak, aku mau mengatakannya langsung kepada Nicho," ucap Zoya mendekat.Nicho sendiri merasa linglung saat ini. Dia tak mengerti apa-apa, melihat ekspresi Lily yang sedih dan menghindar darinya. "Ada apa sebenarnya? Lily, katakan padaku?" pinta Nicho."Aku hamil anakmu, Nicho dan kamu harus bertanggung jawab," ucap Zoya lantang."Apa?"Nicho lebih syok dibanding Lily.Bagaimana tidak? dia tak menyentuh Zoya, tapi kini disuruh bertanggung jawab. "Kamu gila Zoya.""Ya, aku sudah tergila-gila denganmu dan kamu harus bertanggung jawab, Nicho.""Apa yang harus aku pertanggungjawabkan? Sedangkan aku tak pernah menyentu

  • Gelora berbahaya Kakak   103. Zoya hamil anak Nicho?

    Tok, tok.Lily memandang pintu penginapan yang kini di ketuk seseorang."Lily, buka pintunya, Sayang," ucap Nicho dari luar.Lily membuka pintu dengan lemas. Nicho segera memeluk Lily. Namun Lily mundur, menolak dipeluk sang kakak."Ada apa, Lily?"Belum sempat Lily menjelaskan dan Nicho sendiri dalam kebingungan. Tiba tiba suara seorang wanita mengejutkannya. “Kak Nicho!”Wanita itu tersenyum. "Halo, Nicho?"Mata Nicho melotot dengan kehadiran seorang wanita berdiri di antara dirinya dan Lily saat ini."Kamu?""Kamu?"Dilon tak kalah syok melihatnya. Tadinya Dilon hanya ingin mengantar Nicho ke penginapan. Namun, hal yang tak terduga terjadi.Satu jam yang lalu.Lily bosan menunggu Nicho jadi dia ingin memasak hasil ikan yang mereka tangkap tadi.Lily mulai mengikat rambutnya dengan mencepol di atas, memakai apron layaknya seorang chef yang siap mengeksekusi ikan. Mulai dari membuang sisik dan kotoran, membuat bumbu serta memanggangnya.Kenapa di panggang, tidak digoreng?Karena Nich

  • Gelora berbahaya Kakak   102. Partner ranjang yang gagal

    Saat ini, Lila berada di kamarnya. Dirinya hendak beristirahat namun ponselnya bergetar menandakan ada sebuah pesan.Di buka dan di baca isi pesan tersebut yang isinya sungguh membuat Lila tercengang."Ini,..."Dirinya tak bisa lagi berkata membaca semua yang Alex tuangkan lewat pesan.Air mata luruh membasahi pipi, tak bisa menjelaskan isi hati Lila saat ini. Antara sedih dan bahagia.Bukankah ini yang di harapkan?Harusnya dia bahagia karena terbebas dari jeratan seorang Alex?Namun mengapa membaca pesan itu, hati Lila teriris perih?Sangat sakit sekali.Tangannya gemetar dan tubuhnya berguncang hebat akibat tangisan yang Lila sendiri tak tahu alasannya.Di remas kuat ponsel dan dibanting ke kasur empuk serta dirinya ikut limbung di ranjang tersebut.Di sisi lain, Alex memandang setiap gerakan Stevani melepas sehelai demi sehelai gaun tipis di tubuhnya. Dengan satu hentakan, tubuh polosnya terpampang jelas menyapu kedua mata Alex.Siapapun akan tergoda dan bagian bawah mereka akan

  • Gelora berbahaya Kakak   101. Alex yang putus cinta

    Brakh.Nicho menutup pintu kasar dan segera memakai pakaian. Setelah itu beranjak ke kamar mandi dan Lily masih belum memakai pakaiannya, membuat Nicho menelan ludah. "Lily, kenapa belum berganti pakaian?"Lily diam saja. Dirinya masih terpaku mengingat pembicaraan penting dua orang tadi. "Siapa Kak yang datang?""Dilon.""Kenapa Kakak kesal dengan Kak Dilon? Bukankah dia sahabatmu?"Nicho menghindari tatapan Lily, membuat Lily yakin ada sesuatu yang disembunyikan Nicho. "Aku akan menyelesaikan masalah ini dan menceritakan semuanya kepadamu. Oke?"Lily mengangguk pasrah. Baginya saat ini adalah kepercayaan kepada Nicho yang terpenting."Baiklah aku pergi dulu."Cup.Nicho mencumbu bibir kenyal itu sekilas dan berbalik pergi.***"Boss, aku sangat bahagia. Anda sudah terbebas Bos," ucap John menjemput Alex.Ya, Alex telah bebas dalam waktu kurang sebulan. Sungguh politik yang luar biasa. Dengan kekuasaan yang dimiliki, Alex bisa keluar dengan cepat. Alex tersenyum dan merebahkan tubuh

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status